Anda di halaman 1dari 14

Belajar dan Berwisata di Rumah Pintar

Anastasya Putri

Artikel Terkait
y y y y y

Ribuan Ruang Kelas Rusak, Siswa Belajar di Tend Jangan Sembarangan Memilih Permainan Anggota DPRD Prihatin Prilaku Seksual Pelajar J Sekolah Disegel, Ratusan Murid SD Bakar Buku Wacana Tes Keperawanan Calon Siswa Dikritik

03/10/2010 07:19

Liputan6.com, Depok: Berwisata sambil belajar. Mungkin manfaat itulah yang bisa dipetik jika berkunjung ke Rumah Pintar Cakra Cendekia I di Markas Kostrad, Cilodong, Depok, Jawa Barat. Di Rumah Pintar banyak sarana yang bisa digunakan untuk mencerdaskan anak-anak. Mereka bisa belajar sambil bermain. Di tempat itu ada salah satu ruangan yang bisa dipakai pengunjung berkreasi. Misalnya saja mengerjakan seni origami. "Ruangan ini digunakan untuk mengasah keterampilan," kata Desiana, isntruktur Rumah Pintar, belum lama berselang. Ruangan lain di Rumah Pintar bisa dimanfaatkan anak-anak untuk mengembangkan bakat, seperti menari. Belajar sambil berwisata juga bisa dilakukan di alam terbuka. Sambil menghirup udara segar pengunjung bisa mempelajari cara membuat telur asin. Atau dapat pula mengunjungi tempat atau rumah jamur tiram putih. Di rumah ini pengunjung bisa belajar mulai dari pembuatan jamur hingga panen. Prosesnya mencapai 30 hingga 40 hari. "Rasa jamur ini mirip daging ayam," kata Desiana. Lebih menarik lagi jika anak-anak juga diajak melihat peternakan kambing etawa. Hewan ini terdiri dari dua macam, yakni kambing etawa asli dan campuran Jawa-India. Susu kambing etawa banyak manfaatnya, di antaranya obat asma, asam urat, kolestrol. Bahkan susu kambing etawa berkhasiat untuk kecantikan.(IAN)

TAHU taman bacaan di Surabaya? Tolong antar saya ke sana, dong. Pertanyaan itu hampir selalu ditanyakan oleh teman-teman saya yang menaruh minat pada dunia literasi saat berkunjung ke Surabaya. Tak jarang pula, di deretan e-mail saya ada kiriman bersubjek, Mohon informasi taman bacaan di Surabaya. Menarik untuk disimak. Geliat literasi yang mulai menampakkan wujud di Surabaya seharusnya bisa ditindaklanjuti menjadi aset pariwisata baru. Bila belakangan ini geliat kampung tematik (Ruang Publik Metropolis Jawa Pos, 27 Februari 2010) merajalela, begitu juga wisata lingkungan alternatif yang sering dipublikasikan koran ini. Lalu, bagaimana wisata baca? Di Surabaya, setidaknya sudah ada 12 titik perpustakaan independen atau taman bacaan. Baik taman bacaan yang dinaungi lembaga selevel LSM maupun berdiri berdasar inisiatif pribadi masyarakat. Itu masih yang tergabung dalam jaringan pengelola perpustakaan independen, Insan Baca. Belum lagi taman bacaan masyarakat di bawah binaan Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia (YPPI). Juga 200 titik sudut baca yang dikelola Baperpus Surabaya. Fenomena itu tak bisa dianggap remeh, tanpa dampak apa-apa. Kenyataannya, peran taman bacaan masyarakat (TBM) sangat berpengaruh bagi peningkatan pengetahuan masyarakat sekitar. Dari situ, potensi masyarakat yang selama ini tidak terlihat karena ketiadaan fasilitator pengetahuan (baca: pengelola TBM) mulai tampak. Sebut saja Perpustakaan Medayu Agung di Medokan Ayu, Rungkut. Perpustakaan yang memiliki koleksi khas bidang sosial dan sejarah tersebut bersinergi dengan warga dalam memberikan informasi tentang sejarah perjuangan bangsa lewat pameran dan pemutaran film. Selain itu, TB Kawan Kami di tengah lokalisasi Dolly sangat berpengaruh dalam mengedukasi anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang tidak biasa tersebut. Dengan begitu, mereka bisa memiliki rasa percaya diri dan menemukan karakter masing-masing. TB Anak Sholeh Fadhli dan Perpustakaan Ummi Fadhilah di belakang Pasar Genteng lain lagi. Dengan program pembinaan anak yang terintegrasi dengan pendidikan akhlak islami, anak-anak pasar tak lagi liar dan lambat laun memiliki sopan santun yang memadai. Pondok Baca Bocah di Rusun Penjaringan Sari pun mampu mewarnai aktivitas keseharian anak-anak yang rata-rata menghabiskan waktu bermain tanpa pengawasan ekstra dari orang tua. Masih di kawasan Rungkut, Perpustakaan Pelangi Pusdakota Ubaya juga memberikan warna lewat pendekatan kreatif melalui program seperti kancil (pustakawan cilik) dan poling (polisi lingkungan). Selain itu, mereka merintis teras-teras baca yang memanfaatkan rumah warga, yang kebanyakan buruh dari daerah. Begitu juga Sanggar Anak Lengger di setren kali Barata Jaya. Meski frekuensi buka hanya seminggu sekali, aktivitas bermain dan belajar yang beraneka mampu menghindarkan anak-anak untuk berpikir tentang nasib rumahnya yang mau tidak mau akan tergusur suatu saat. Ada pula Yayasan Himmatun Ayat cabang Gembong. Mereka punya sudut baca rintisan. Dengan bahan bacaan ala kadarnya, anakanak yatim piatu belajar mengembangkan imajinasi. Bahkan, anak dengan kecerdasan mental minim juga difasilitasi. Itu masih sebagian TBM. Lalu, kenapa itu menarik? Jawabannya adalah pengalaman baru yang ditawarkan. Bagi orang-orang yang biasa berwisata untuk memuaskan nafsu belanja di pusat perbelanjaan, mengenal dan melihat langsung berjalannya terminal pengetahuan berjenis TBM bakal membuat mereka merasa berarti. Selain itu, pelajaran tentang karakteristik budaya tiap-tiap tempat bisa didapat. Akan banyak inspirasi dari cerita kegigihan para pengelola TBM. Itu menjadi langka di tengah arus globalisasi, kala semuanya mengagungkan gelimang kemewahan atau aura kapitalis. Lalu, apa untung TBM yang dikunjungi? Tentu saja kunjungan orang-orang yang menaruh perhatian lebih kepada aktivitas mereka bakal menambah semangat juang yang tidak terkira. Juga ajang promosi gratis, tentunya. Siapa tahu, dari situ makin terbuka jalan lain untuk meningkatkan mutu TBM. Wisata baca itu, selain dimaknai sebagai melihat dan menikmati aktivitas membaca di TBM, bisa berarti membaca fenomena geliat literasi. Dengan begitu, pelan tapi pasti, masyarakat akan mengakrabi

literasi. Buku dan membaca menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Menurut saya, ada beberapa hal yang bisa diaplikasikan untuk mengawal gagasan itu. Pertama, menyosialisasikan dan mempersiapkan TBM sehingga benar-benar siap untuk dikunjungi. Tidak perlu terlalu repot me-makeover. Sebab, secara organik, mereka telah tumbuh menjadi sebuah komunitas yang memiliki tujuan jelas bagi warga belajar masing-masing. Yang perlu dilakukan hanya menambah wawasan tentang pemberdayaan potensi yang dimiliki. Dengan demikian, TBM juga bisa menjadi ruang pamer karya yang dapat menghasilkan dana segar untuk mendukung kegiatan operasionalnya. Kedua, menjadwal kunjungan. Bus Surabaya Heritage Track yang memiliki tempat pemberhentian dan tujuan terjadwal untuk menyusuri jejak-jejak Surabaya lama dapat direplikasi. Pemandu wisatanya bisa disediakan dengan menggandeng komunitas literasi yang memang berfokus pada isu itu. Selebihnya, para wisatawan bisa langsung berinteraksi dengan pengelola TBM. Ketiga, wisata baca akan lebih lengkap jika disajikan secara komprehensif dengan pemetaan toko buku. Bisa toko buku besar yang menyediakan buku-buku terbaru, seperti Gramedia dan Toga Mas, sampai pusat perbukuan murah meriah, seperti Pasar Buku Indonesia Cerdas (PBIC) atau bursa buku bekas di Jl Semarang, Kampung Ilmu. Kafe buku yang menyediakan nuansa kafe dilengkapi buku-buku dan hotspot juga bisa menjadi pelengkap lain. Dengan begitu, wisata bukan sekadar membelanjakan uang. Malah sebaliknya, mereka yang berwisata baca bisa beramal. Caranya, membeli produk kreativitas TBM atau menjadi dermawan buku. Pemerintah pun ikut untung. Lewat program kreatif seperti itu, peningkatan budaya baca dan pembinaan perpustakaan di masyarakat bukan lagi hal yang berliku. Tapi, tentu saja mengawal itu semua harus diniati dengan ketulusan hati seperti ikhlasnya para pengelola TBM menyediakan akses informasi gratis untuk masyarakat di sekitar. Selamat membaca! (*/c11/mik)

Ibu ini Bikin Perpustakaan dari Jualan Jamu.. SALUT!

Pahlawan Pustaka Usia : 43 tahun Profesi : Ibu Rumah Tangga Domisili : Parung, Bogor Kegiatannya : Taman Bacaan, Warung Baca Lebak Wangi (Warabal) Setelah mampu membeli sepeda, Kiswanti berkeliling meminjamkan buku sambil berjualan jamu gendong buatan sendiri. Tak pernah terbayang sebelumnya oleh Kiswanti bahwa taman bacaan yang dirintisnya bakal berkembang seperti ini. Walau sederhana, kini taman bacaan yang dinamai Warabal (Warung Baca Lebakwangi) berfungsi bagaikan pusat studi yang lengkap. Terletak di Desa Pemagar Sari di Parung Bogor, Warabal memiliki 7.515 judul buku (di luar buku sekolah dan majalah), 7 unit komputer (satu unit di antaranya dengan akses internet) dan motor boks yang siap berkeliling ke 4 kecamatan untuk peminjaman buku. Anggotanya mencapai 1.725 orang, dengan rentang usia antara 5 hingga 50 tahun. Aktifitas di Warabal pun sangat beragam, mulai dari PAUD, TPA, belajar mengaji, menjahit, menyulam, tari tradisional, angklung dan komputer. Juga diadakan les bahasa Inggris, pengetahuan alam, dan matematika. Dibantu oleh 15 sukarelawan pengajar yang terdiri dari mahasiswa maupun dosen. Bahkan ada program character building selama dua hari, berupa permainan outbound dan sharing tentang lingkungan yang bertujuan membentuk karakter positif pada anak. Sebagian fasilitas dan kegiatan tersebut gratis. Kalaupun ada biaya, nilainya sangat terjangkau oleh masyarakat kecil.

Dengan berbagai pekerjaan serabutan, termasuk mencari dan menjual biji melinjo, sejak 1980 (setelah lulus SD) hingga 1987 Kiswanti berhasil mengkoleksi 1.500 buku. Tahun 1987, Kiswanti ke Jakarta, menjadi pembantu rumah tangga di sebuah keluarga Filipina yang memiliki perpustakaan pribadi. Ini membuat semangatnya semakin berkobar. Di tahun ini pula wanita kelahiran 4 Desember 1963 ini bertemu Ngatmin, seorang tukang bangunan. Mereka menikah setelah Ngatmin mendukung cita-citanya mewujudkan perpustakaan. Tahun 1994 mereka pindah ke Parung setelah membeli tanah dan membangun rumah di sana. Saat itu Kiswanti langsung menyadari tantangan yang lebih berat: kondisi desa yang masih tertinggal (tidak ada listrik dan telepon), rendahnya kesadaran terhadap pendidikan akibat faktor ekonomi dan perangai anak-anak yang sering berbicara kasar. Untuk memperbaiki hal tersebut perlu pendekatan terhadap masyarakat. Dan upaya tersebut menjadi bertambah sulit karena status yang melekat pada dirinya. "Saya adalah pendatang baru, hanya lulusan SD dan mantan pembantu rumah tangga," ujar ibu dua anak ini. Upaya pendekatan pun dilakukan Kiswanti dengan menerapkan kehidupan gotong-royong, menjenguk tetangga yang sakit, membantu menimba air, menyapu jalan, dan mendekatkan diri dengan orang-orang lanjut usia. Selain itu ia mengajak anak-anak bermain di rumahnya, memperkenalkan belajar membaca dan wisata pendidikan keliling kampung dengan mengunjungi SPBU, puskesmas, sawah dan lain-lain. "Anak-anak melakukan wawancara dan yang membuat laporan mendapat hadiah," jelas Kiswanti. Setelah mampu membeli sepeda, Kiswanti berkeliling meminjamkan buku sambil berjualan jamu gendong buatan sendiri. Namun, tak semua warga bisa menerima apa yang dilakukannya. Kiswanti sempat mendapat penolakan besar-besaran, karena warga beranggapan untuk mencari makan saja susah, apalagi untuk belajar. Tahun 2003 akhirnya Kiswanti berhasil mewujudkan cita-citanya: perpustakan sederhana di rumahnya sendiri. Tapi bukan berarti Warabal tidak mengalami hambatan. Koleksi 1.500 buku di Yogya musnah dilahap banjir pada tahun 2006, padahal buku-buku tersebut rencananya dibawa ke Parung untuk menambah koleksi. Anak pertamanya pun sempat tertunda masuk universitas karena uang tabungannya digunakan untuk menambah buku-buku Warabal. Kini, keberadaan Warabal semakin diakui. Operasional Warabal saat ini bersumber dari iuran berbagai kegiatan dan honorarium Kiswanti saat menjadi pembicara. Untuk buku, Warabal mendapat sumbangan dari sejumlah donatur. Tujuan utama Kiswanti melalui Warabal adalah agar anak-anak di lingkungannya mendapat pengarahan, tidak lagi membeda-bedakan suku, saling berempati, gotong-royong dan bersikap santun. "Anak-anak tidak harus pandai, tapi yang penting bisa mengekspresikan diri dan percaya diri," ungkap Kiswanti. Tapi selain untuk anak-anak, Kiswanti juga mengajak kaum ibu belajar memasak dari buku, di mana bahan-bahannya dibeli patungan supaya terjangkau. Sedangkan kaum bapak diajak memanfaatkan lahan kosong untuk bercocok tanam yang caranya dipelajari dari buku. Juga ada gerakan wajib menabung Rp. 5.000/bulan melalui pertemuan kelompok ibu-ibu sebulan sekali yang anggotanya berjumlah 300 orang. Pertemuan tersebut menarik karena sang tuan rumah harus menjadi pembicara setelah sebelumnya membaca buku. Tema buku bebas, bisa tentang tanaman, kesehatan, atau apa saja sesuai keinginan calon pembicara. Pertemuan tersebut diikuti oleh 450 rumah tangga yang dibagi dalam 9 kelompok. Menurut Kiswanti, hasil berbagai kegiatan di Warabal terlihat dari anak-anak yang lebih menghargai waktu, tidak lagi memandang teman dari suku, serta pihak sekolah menyatakan bahwa nilai dan sikap anak-anak lebih baik. Yang menggembirakan, keinginan berbagi ilmu juga menular ke sejumlah anak-anak peserta kursus. Mereka yang lebih senior kerap membantu mengajar, termasuk putra-putri Kiswanti - Afief Priadi (20 tahun) dan Dwi Septiani (15 tahun) yang membantu mengajar bahasa Inggris dan komputer. "Bahkan Dwi bercita-cita menjadi guru," ujarnya bahagia.

Walau banyak berperan dalam perkembangan Warabal dan pendidikan di lingkungannya, Kiswanti tidak mau menjadi tokoh tunggal. Ia lebih menginginkan adanya peran serta masyarakat. "Intinya pemberdayaan dan kemandirian masyarakat," jelas wanita yang akrab disapa Bude Is ini. Ia pun kini tidak lagi memegang majelis taklim dan tabungan bulanan. Dan Kiswanti bersyukur memiliki masa lalu yang sulit sehingga bisa menjadi pembangkit semangat bagi mereka yang mengalami nasib serupa. Kiswanti berhasil membuktikan, dengan segala keterbatasan pada dirinya dan pada lingkungannya, ia berhasil meraih apa yang dicita-citakannya. Memandang segala kelemahan yang dimilikinya sebagai kekuatan untuk berbagi dengan sesama. Membangkitkan gairah untuk menimba ilmu bagi kaum tak berpunya.

Diposkan oleh TAMAN BACAAN RC di 22:09 0 komentar

Sabtu, 09 Agustus 2008

DASAR PEMIKIRAN Taman Bacaan RC


Banyaknya penduduk usia 5 19 tahun atau usia anak-anak dan remaja membawa dampak-dampak sosial tersendiri bagi kelurahan Grendeng. usia anak-anak dan remaja adalah usia-usia pertumbuhan manusia. Pada usia-usia inilah pembentukan kepribadian seseorang terjadi dan mengalami perkembangan. Oleh karenanya, usia anak-anak dan remaja adalah fase penting dalam kehidupan manusia. Bahkan masadepan generasi yang akan datang ditentukan dari baik-buruknya keadaan remaja dan anak-anaknya saat ini. Oleh karena itu pada fase usia ini pendidikan adalah hal terpenting yang dibutuhkan oleh mereka. Pendidikan itu sendiri tidak hanya pendidikan formal sekolah semata, lebih dari itu yang dibutuhkan adalah menciptakan lingkungan belajar dan bermain yang mendidik diluar jam-jam sekolah mereka. Atas dasar pemikiran itu maka menciptakan lingkungan pendidikan informal dalam bentuk Taman Bacaan Rumah Cendikia menjadi relevan dengan kebutuhan masyarakat Grendeng, apalagi melihat kenyataan masih banyak rumah tangga di Grendeng yang berpenghasilan rendah. Tingkat penghasilan yang rendah akan mendorong masyarakat menempatkan kebutuhan akan ilmu dan informasi sebagai prioritas akhir setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman mereka. Sehingga munculnya Taman Bacaan Rumah Cendikia yang dapat diakses oleh seluruh anak-anak dan remaja Grendeng akan sangat membantu keluargakeluarga yang tidak mampu untuk dapat memperluas ilmu dan wawasannya dengan banyak membaca. Lingkungan pendidikan informal dalam bentuk Taman Bacaan Rumah Cendikia sangat penting dan bermanfaat bagi anak-anak, karena di era saat ini keberadaan TV dan playstation telah banyak menyita waktu bermain dan apalagi waktu belajar anak-anak. Keberadaan Taman Bacaan Rumah Cendikia ini akan meningkatkan minat baca anak-anak yang akan memacu kreativitas dan memotivasi anak-anak untuk meraih cita-citanya. Bila anakanak sudah tenggelam dalam kenikmatan membaca buku, maka diharapkan anak-anak akan mengurangi waktunya dalam menonton TV dan bermain playstation. Kehadiran taman bacaan bagi masyarakat Grendeng akan mencerdaskan anak-anak mereka. Selain itu bisa jadi taman bacaan juga memfasilitasi para orang tua untuk menambah wawasan ilmu mereka, dan jika hal itu terjadi akan sangat mungkin para orang tua untuk dapat lebih mengoptimalkan potensi ekonomi disekitar mereka, sehingga sebesar 34.11% penduduk Grendeng yang tergolong UMKM dapat meningkatkan serta memperbaiki manajemen usahanya secara lebih baik melalui ilmu yang mereka dapatkan dari membaca buku. Hal ini berarti

kehadiran taman bacaan ini juga dapat membuka akses bagi masyarakat Grendeng pada sumbersumber ekonomi yang ada.

iposkan oleh TAMAN BACAAN RC di 02:52 1 komentar

Manfaat Taman Bacaan Rumah Cendikia


Kegiatan Taman Bacaan Rumah Cendikia diharapkan akan memberikan kegunaan sebagai berikut: 1. Mengeratkan hubungan kekeluargaan mahasiswa dengan masyarakat 2. Meningkatkan kualitas intelektual sumber daya manusia masyarakat sekitar kampus. 3. Membangun kerjasama peran dan fungsi yang sinergis antara civitas akademika dengan masyarakat sekitar kampus 4. Meningkatkan kepekaan sosial civitas akademika Unsoed terhadap permasalahanpermasalahan sosial masyarakat sekitar kampus.

Diposkan oleh TAMAN BACAAN RC di 02:43 1 komentar

Tujuan Program Taman Bacaan Rumah Cendikian (RC)


Tujuan dari pendirian Taman Bacaan Rumah Cendikia adalah: 1. Menyediakan Taman Bacaan Anak Plus yang nyaman dan akrab 2. Menyelenggarakan lingkungan pendidikan yang baik dan bermanfaat bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu 3. Memfasilitasi civitas akademika dalam memberikan sumbangsihnya bagi masyarakat 4. Membangun kerjasama peran dan fungsi yang sinergis antara civitas akademika dengan masyarakat.

Tambah Pintar di Taman Bacaan Buat bulan bahasa kali ini lebih berkesan semarak dengan mengajak balita berkunjung dan melihat koleksi taman bacaan. KAMPUNG BUKU Namanya tampaknya disesuaikan dengan lokasi didirikan karena meski berada di wilayah kota Jakarta, lokasi Kampung Buku di lingkungan Cibubur yang masih dihiasi dengan sawah dan sungai kecil. Tempat membaca ini berbentuk saung. Anak-anak yang membaca di sana dapat duduk lesehan sambil menikmati udara segar. Semua orang bebas masuk dan meminjam buku selama 24 jam, asalkan tidak mengotori, merusak dan membawa pulang buku. Tidak ada petugas tetap yang berperan menjaga, pengelola menempatkan pembaca sebagi petugas yang mengamankan Kampung Buku. Maka anak-anak pun senang diberi tanggung jawab dan berusaha keras menjaga buku-buku koleksi. Selain menjadi tempat membaca dan berkumpul, Kampung Buku juga bertujuan sebagai sarana berkreasi. Maka kegiatan seperti belajar menari tarian daerah, belajar ketrampilan flanel atau bedah buku juga diadakan. Koleksi buku: buku cerita anak, buku dongeng rakyat, ensiklopedia dan kamus untuk anak-anak, komik dan majalah anak.

TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) Terobosan baru: taman baca di dalam kawasan mall! Taman Bacaan Masyarakat yang cukup mudah ditemukan ini mustinya bisa menjadi tempat orangtua menitipkan anaknya di mall. Daripada melulu di tempat bermain, pilihan lain adalah dengan membiarkan si kecil duduk manis sambil membaca buku atau melakukan kegiatan menggambar atau mencocokkan warna. Staf penjaga TBM cukup asertif membantu si kecil bila dia mengalami kesulitan. Serunya lagi, orangtua pun disediakan pilihan-pilihan buku untuk dibaca karena TBM ini memang untuk segala usia. Koleksi buku : buku cerita bergambar, buku dongeng, buku sejarah, buku aktivitas, novel, buku panduan orangtua, buku tentang hobi. RUMAH BACA ZHAFFA Garasi di depan rumah tidak lagi terpakai, maka seorang ayah memanfaatkannya menjadi

perpustakaan mini. Bekerja sama dengan Komunitas 1001 Buku yang memasok buku secara berkala, Rumah Baca Zhaffa pun menjadi rumah baca favorit anak-anak yang tinggal di sekitar Manggarai, Jakarta Selatan. Meski ruangan tidak terlalu besar, ruangan begitu nyaman dipakai untuk dibaca. RB Zhaffa buka sejak jam 09.00 hingga 21.00, dan sore hari biasanya diisi dengan kegiatan belajar bersama, mendongeng, atau membaca bersama. Koleksi buku : Buku aktivitas anak, buku cerita anak, buku komik, buku pelajaran TK dan SD, buku esiklopedia, buku latihan belajar. RUMAH BACA ASMA NADIA Tidak heran kalau penulis buku Asma Nadia cinta dengan dunia buku. Bentuk cintanya itu dengan pula membuka rumah baca di tengah perumahan agar bisa dikunjungi banyak anak. Ruangan yang sangat besar menambah kenyamanan anak-anak untuk membaca. RB Asma Nadia juga dilengkapi dengan permainan puzzle dan lego untuk sarana bermain bila anak-anak mulai bosan. Berhubung Asma Nadia, suami dan kedua anaknya juga penulis, maka kegiatan belajar menulis atau membedah buku sering diadakan di sini. Memang banyak cara untuk membuat anak cinta dengan buku. Koleksi buku: Buku cerita anak, ensiklopedia, buku pelajaran, buku berkreasi, majalah anak, buku novel, majalah dewasa untuk orang tua.

Seminar Pengembangan Minat Baca

Kebutuhan masyarakat dalam bidang informasi dirasakan semakin meningkat sebagai akibat dari keterkaitan dan ketergantungan manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Untuk menambah wawasan masyarakat akan informasi, Perpustakaan Nasional RI mengadakan Seminar Pengembangan Minat Baca dan Mobil Pintar diminta untuk menyajikan tema Pengembangan Minat Baca Masyarakat, yang dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Desember 2007 di Auditorium Perpustakaan Nasional RI, Jl. Salemba Raya No. 28A, Jakarta Pusat

Tema dari Mobil Pintar

Pengembangan Minat Baca Masyarakat


Tema di atas disampaikan oleh Ibu Laily M. Nuh (dari Sikib), yang menjelaskan kiprah Mobil Pintar, Motor Pintar dan Rumah Pintar di seluruh penjuru tanah air, sehingga apa yang menjadi cita-cita Ibu Negara Ani Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu terciptanya masyarakat Indonesia yang cerdas dan sejahtera dapat terwujud. Kesimpulan tambahan, yang disebabkan Ibu Laily M. Nuh adalah isteri Menkominfo, menyarakan agar mengatur siaran televisi, karena akan menurunkan minat baca. Tema yang disampaikan oleh Bapak Supriyanto, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan adalah :

Kebijakan Pembudayaan Kegemaran Membaca (PKM)

KEBIJAKAN PEMBUDAYAAN KEGEMARAN MEMBACA (PKM) (UU No. 43 th 2007) Pembudayaan Kegemaran Membaca (PKM) dilakukan melalui Keluarga, Satdik dan Masyarakat
1. Keluarga, difasilitasi Pemerintah dan Pemerintah Daerah melalui buku murah dan berkualitas 2. Satdik, dengan mengembangkan dan memanfaatkan perpustakaan sebagai proses pembelajaran 3. Masyarakat, penyediaan sarana perpustakaan di tempat umum yang mudah dijangkau, murah dan bermutu 4. Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat mendorong tumbuhnya TBM dan rumah baca untuk menunjang PKM 5. Pemerintah, Pemerintah Daerah memfasilitasi dan mendorong PKM dengan menyediakan bahan bacaan bermutu, murah dan terjangkau serta menyediakan sarpras perpustakaan yang mudah diakses 6. PKM dilakukan melalui Gerakan Nasional Gemar Membaca (GNGM) 7. GNGM dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dengan melibatkan seluruh masyarakat 8. Satdik membina PKM peserta didik dengan memanfaatkan perpustakaan 9. Perpustakaan wajib mendukung dan memasyarakatkan GNGM melalui penyediaan KT, KC dan KR 10. Untuk mewujudkan PKM perpustakaan bekerjasama dengan pemangku kepentingan 11. Pemerintah, Pemerintah Daerah memberikan penghargaan kepada masyarakat yang berhasil melakukan GNGM

12. Lebih lanjut akan diatur dengan PP

Tema yang disampaikan oleh Bapak Tantowi Yahya, Duta Baca Indonesia adalah :

Minat Baca di usia Remaja Sukses ada di buku Anda !

Sebelum memberikan presentasi, Bapak Tantowi Yahya, sebagai Duta Baca Indonesia, menjelaskan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan Minat Baca adalah ditularkan, mungkin bisa dipaksa oleh lingkungan. Sebagai contoh, beliau terpaksa rajin shalat, karena pada setiap magrib dan subuh semua teman sekostnya melaksanakan shalat, masuk ke kamarnya, pada saat magrib dan subuh

Untuk menggairahkan Minat baca, digunakan rumus A-B-C : A-Ambil satu buku Langkah pertama ini terlihat mudah, namun jika tidak terbiasa untuk ambil buku, maka ini akan menjadi langkah yang akan selalu tertunda sampai akhir hayat B-Baca sampai habis Dikenal sebagai home-run method, cara ini memastikan Anda menjadi bergairah untuk membaca buku berikutnya. Buku apa yang terakhir Anda home-run ? C-Ceritakan kepada orang lain Menceritakan kembali membuat anda lebih menikmati isi kandungan buku yang telah Anda baca dan pada saat yang sama "mengiklankan" buku itu kepada orang lain sehingga ia tertarik untuk juga membacanya

Anda mungkin juga menyukai