Anda di halaman 1dari 5

Pergaulan antara Laki-laki dan perempuan terhadap Peradaban Islam Salah satu penyebab redupnya cahaya peradaban islam

adalah dekadensi moral. Dekadensi moral yang terjadi saat ini dapat kita lihat dari pergaulan bebas yang marak terjadi pada lakilaki dan perempuan. Padahal, di dalam hubungan antara manusia, Islam telah mengatur adab dan etika terhadap pergaulan antara lawan jenis. Adab pergaulan antara lawan jenis memang dibutuhkan oleh setiap manusiademi meraih ridho dan kecintaan Allah swt. Terutama bila laki-laki dan perempuan yang telah beranjak dewasa, diperlukan suatu batasanbatasan yang harus dipahami. Seorang Muslim yang beriman tidak mencintai selain karena Allah swt. Ia tidak mencintai kecuali apa yang dicintai Allah swt dan Rasul-Nya. Begitupun bila ia membenci, ia tidak membenci kecuali apa yang di benci Allah swt dan Rasul-Nya. Rasulullah saw bersabda, Allah dan Rasul-Nya, dan membenci karena keduanya. Dalilnya ialah sabda Rasulullah saw, Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Alah, l memberi karena Allah, dan menahan pemberian karena Allah, sungguh a telah rnenyempurnakan imannya. (Diriwayatkan Abu Daud). Adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan berguna agar kaum Muslim tidak tersesat di dunia. Adab-adab tersebut antara lain: 1. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis Allah berfirman:

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS. An-Nur: 30)

Dan katakanlah kepada wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya. (QS. An-Nur: 31) 2. Tidak berdua-duaan Rasulullah saw bersabda: Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (khalwat) dengan wanita kecuali bersama mahromnya. (HR. Bukhari dan Muslim) 3. Tidak menyentuh lawan jenis Di dalam sebuah hadits, Aisyah ra berkata, Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia kepada pemimpin). (HR. Bukhari) Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu perkara yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah bersabda, Seandainya kepala

seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (HR. Thabrani dengan sanad hasan) Kenyataannya, kemerosotan akhlak membuat laki-laki dan perempuan melupakan batasanbatasan tersebut. Akibatnya, mereka kehilangan jati diri mereka sebagai orang islam. Mereka tidak malu lagi berpacaran di muka umum, yang jelas-jelas dilarang oleh islam. Mereka tidak malu lagi berbuat zina, yang kesemuanya itu bukan merupakan ciri-ciri peradaban islam. Kedudukan Laki-laki dan perempuan dalam Islam Ketika islam tak lagi digunakan sebagai pedoman hidup, maka terjadi pula permasalahan mengenai kedudukan laki-laki dan perempuan. Banyak sekali isu-isu mengenai gender. Mereka memperjuangkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Mereka menganggap wanita selama ini tertindas. Padahal Islam telah menegaskan pada awal surat An-Nisaa' bahwa perempuan dan laki-laki setara dalam hal penciptaan dan perkembangan. Allah subhanahu wata'ala berfirman,

artinya, Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu (QS. An-Nisa':

1) Maka perempuan adalah pasangan laki-laki, demikian juga sebaliknya. Ayat di atas memberikan manfaat bahwa hubungan akan menjadi sempurna, lagi lengkap bila ada masingmasing dari keduanya, laki-laki dan perempuan. Demikian juga Allah subhanahu wata'ala menggabungkan antara dua jenis ini dalam urusan kekhilafahan bumi untuk mengatur dan memperbaiki dunia, laki-laki dan perempuan. Allah subhanahu wata'ala berfirman, artinya, "Dan ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat-Nya, "Sungguh Aku akan jadikan khalifah di muka bumi ... Dan Kami berfirman, "Wahai Adam, tinggallah kamu beserta pasanganmu di dalam surga." (QS. AlBaqarah: 30 dan seterusnya)

Allah menyamakan laki-laki dan perempuan dalam hal kemuliaan dan keutamaan, di mana hal ini merupakan kekhususan bagi manusia. Allah subhanahu wata'ala berfirman, ar tinya, "Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak keturunan Adam, dan Kami bawa mereka di daratan dan di lautan, dan Kami beri rizki mereka dengan rizqi yang baik, dan Kami utamakan mereka di atas kebanyakan makhluk Kami." (QS. Bani Israil: 70) Wahai Daud, Sungguh Kami telah menjadikanmu sebagai khalifah di bumi, maka tetapkanlah hukum terhadap manusia dengan benar, dan janganlah mengikuti hawa nafsu." (QS. Shad: 26) Al-Qur'an dan As-Sunnah sudah menetapkan bahwa laki-laki dan perempuan sederajat ini. Maka kita tidak mendapati penyebutan laki-laki, kecuali pasti digandengkan dengan penyebutan perempuan. Allah subhanahu wata'ala berfirman, artinya, "Barangsiapa beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia dalam keadaan beriman, kecuali pasti kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia)..." (QS. An-Nahl: 79) Demikianlah, Al-Qur'an telah memberikan penjelasan dengan sangat gamblang yang tidak mungkin bisa ditutup-tutupi oleh kedustaan para pendusta dan sekaligus jastifikasi atas kesepadanan laki-laki dengan wanita dalam penciptaan dan perkembangan. Dan para propagandis kesetaraan gender lupa atau pura-pura lupa bahwa Islam memperlakukan sama, baik kepada laki-laki maupun perempuan, dalam hak untuk mendapatkan pendidik-an dan beramal. Allah subhanahu wata'ala berfirman, artinya, "Dan barangsiapa yang beramal dengan amal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia dalam keadaan mukmin...." (An-Nahl: 97) Dalam ayat ini, Allah subhanahu wata'ala menyejajarkan Islam untuk laki-laki dan Islam untuk perempuan dalam hal mendapat pahala atas amal kebajikannya. Allah subhanahu wata'ala pun berfirman, artinya, "Allah memberikan bagian bagi laki-laki atas apa yang sudah mereka usahakan, dan Allah juga memberikan bagian kepada perempuan atas apa yang mereka telah usahakan." (QS. An-Nisaa': 32) Demikian juga dalam permasalahan pengurusan tanggung jawab dalam tambahan ayat berikutnya. Allah subhanahu wata'ala berfirman, artinya, "Mereka mengajak kepada yang bajik dan melarang dari perbuatan munkar." (QS. At-Taubah: 71) Amar ma'ruf dan nahi munkar adalah tugas khusus yang Allah subhanahu wata'ala berikan kepada orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Pun sudah masyhur, adanya wanita yang dikenal dengan ketelitian dan kejujurannya dalam periwayatan hadits. Dan tidak pernah diketahui dalam sejarah periwayatan hadits, adanya seorang wanita yang dikenal sebagai pendusta. A'isyah, ummul mukminin, adalah di antara wanita yang terbanyak meriwayatkan hadits,

sampai beliau disebutkan telah meriwayatkan 1210 hadits. 'Urwah bin Zubair mengo-mentari kehebatan Aisyah dengan mengatakan, "Aku tidak pernah menemui seorang yang lebih berilmu dalam fiqh, medis, dan syair daripada Aisyah." Beliau adalah seorang ulama, memberikan pengajaran kepada anak-anak di masa khilafah Umar dan Utsman, bahkan hingga beliau wafat. Dan dalam tataran kesejajaran sebagaimana yang dijabarkan Allah dalam Al-Qur'an dan hadits, tidak pernah ada masing-masing saling menjatuhkan, baik laki-laki dengan kelebihannya ataupun perempuan dengan kelebihannya yang lain. Bahkan keduanya sama kedudukannya dalam tanggung jawab. Hal ini sungguh jauh berbeda dengan sistem-sistem aturan yang pernah ada sebelumnya yang menjadikan laki-laki mendhalimi perempuan. Misalnya, tidak ada qishash jika ada yang membunuh perempuan, Islam tidak demikian!!! Allah berfirman, artinya, "Setiap diri akan bertanggung jawab terhadap apa yang telah diperbuatnya." (QS. Al-Muzammil: 38) "Dan kami sudah mewajibkan kepada mereka dalam urusan in yaitu nyawa harus dibalas i, dengan nyawa." (QS. Al-Ma'idah: 45) "Dan janganlah kalian membunuh jiwa yang telah Allah haramkan kecuali dengan alasan yang benar." (QS. Bani Israil: 33) "Dan ketika bayi-bayi perempuan ditanya, atas dosa apakah mereka dibunuh." (QS. AlTakwir: 8-9) Laki-laki Berbeda dengan Wanita Di antara kesalahan yang terus melekat dan dialami oleh kaum muslimin adalah mengimpor budaya Barat, padahal permasalahan dan gaya hidup mereka benar benar berbeda dengan karakteristik dan kebutuhan kita. Kita telah melampaui masa sekian abad lamanya dan kita tidak memprotes sedikit pun terhadap ayat Allah yang berbicara tentang perempuan. Allah berfirman, artinya, "Dan tidaklah sama antara laki-laki dengan perempuan." (QS. Al-Imron: 36) Para laki-laki muslim dari dahulu tidak pernah "merasa lebih" dengan ayat ini; dan para wanita muslimahnya pun tidak merasa disingkirkan dengan ayat di atas. Mereka memahami bahwa ayat tersebut memang sedang berbicara bahwa demikianlah sifat fitri (sesuai dengan tabiat) yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri tidak hanya antara anak manusia, bahkan antar laki-laki dan antar wanita pun demikian. Mereka yang selalu mempropagandakan kesetaraan gender mengatakan, "Sesungguhnya perbedaan antara laki-laki dan perempuan hanyalah muara yang ditumbuhkan oleh lingkungan yang mengelilingi mereka, adat kebiasaan yang tumbuh bersamanya, dan pendidikan yang ia terima semenjak kecil." Dr. Muhammad Rasyid Al-Oweid membantah ucapan mereka dengan jawaban yang sangat bagus. Beliau berkata, "Penelitian dan penelaahan serta ilmu pengetahuan secara

keseluruhannya mengatakan hal yang sebaliknya daripada apa yang mereka katakan. Sudah tegas dan jelas bahwa perbedaan antara 2 gender (laki-laki dan perempuan) adalah perbedaan pada organ-organ tubuh, genetika, dan bukan perbedaan yang dicapai melalui proses belajar. Oleh karena itu, propaganda kesetaraan gender adalah propaganda yang akan gagal dan selalu gagal, sebab hal itu bertentangan dan menentang fithrah dan tabiat setiap jenis manusia." Tidak akan ada wanita "normal" yang mau dikatakan sama dengan laki laki, dan tidak akan ada laki-laki "normal" yang mau dikatakan sama dengan wanita, laki-laki ya laki-laki, wanita ya wanita. Sampai hari Kiamat mereka tetap berbeda.

Anda mungkin juga menyukai