Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa transisi dari anak ke dewasa, pada masa ini remaja mengalami perubahan baik secara fisik maupun secara psikologis. Perubahan yang terjadi saat remaja diantaranya timbulnya proses perkembangan dan pematangan dari alat serta fungsi organ reproduksi sehingga timbulnya tanda seks sekunder (Warliana, 2001). Terjadinya kematangan organ-organ reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi, hal itu sangat penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus, karena bila timbul dorongandorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab (Yani Widyastuti, dkk, 2009:10). Menurut Hurlock (dalam Ghatra Chirtani Yoni, 2007:1) timbulnya dorongan seksual dan ketidakstabilan emosi serta tidak jelasnya informasi yang didapat mengakibatkan remaja terjerumus ke dalam suatu permasalahan. Kurangnya tanggapan dari keluarga maupun lingkungan akan informasi atau penjelasan sehubungan dengan perubahan fisik yang dialami remaja mengenai seks, memaksa remaja untuk mencari akses sendiri (Dianawati, 2003). Akses informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dapat berdampak buruk kepada remaja. Menurut Munir (2002), informasi tentang seks yang diperoleh

dengan menonton film yang bertema seksual memicu remaja untuk melakukan perilaku seksual yang seharusnya belum mereka lakukan sehingga banyak remaja yang jatuh dalam seks bebas. Minimnya pengetahuan seks ditambah lagi dengan mudahnya mendapatkan prasarana untuk melakukan seks bebas seperti di motel, villa, alat kontrasepsi, lebih cepatnya gadis mendapatkan haid (9-11 tahun), serta tertundanya perkawinan, semua itu faktor yang mempengaruhi remaja melakukan perilaku seksual bebas (BKKBN, 2007). Permasalahan remaja akan muncul jika terjadi kehamilan. Untuk remaja yang masih di bangku sekolah terutama remaja putri, hal ini dapat menghancurkan masa depannya karena pasti mereka akan dikeluarkan. Menurut Widjanarko (dalam Yoni 2007:2), perilaku hubungan seks pranikah perlu mendapatkan perhatian yang serius karena perilaku ini memberi peluang penting bagi munculnya penyakit menular seksual, HIV/AIDS, kehamilan yang tidak dikehendaki, perkawinan usia muda, anak-anak lahir di luar nikah, kematian ibu dan bayi serta timbulnya depresi pada wanita yang sudah terlanjur melakukan hubungan seks. Perilaku seks pranikah biasa muncul dikarenakan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal bersumber pada diri remaja itu sendiri seperti kematangan fisik, hormon serta psikologisnya. Sedangkan untuk faktor eksternal bersumber pada sekitar remaja atau dunia luar seperti: media massa, keluarga, kebudayaan, pengalaman dan tingkat pengetahuan (dalam Puspitasari, 2005:14).

Dalam www.id-jurnal.blogspot.com (2009) dilaporkan hasil sebuah studi menyatakan bahwa lebih dari 500 juta usia 10-14 tahun yang hidup di negara berkembang rata-rata pernah melakukan hubungan suami-isteri (intercouse) pertama kali di bawah usia 15 tahun (Sedlock, 2000; US Bureau of The Cencus, 1998, cit Suarta, 2001). Kurang lebih 60% kehamilan yang terjadi pada remaja di negara berkembang adalah tidak dikehendaki (unwanted pregnancy) dan 15 juta remaja pernah melahirkan. Sekitar 32% remaja SMP dan SMK di Indonesia sudah pernah melakukan hubungan seksual pra nikah dan 20% remaja putri sudah pernah melakukan aborsi (Data MetroTV, Jumat 21 Mei 2010). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Direktur Eksekutif Lembaga Study Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Latihan Bisnis dan Humaniora (LSC&K PUSBIH), Iip Wijayanto sejak 16 Juli 1999 hingga 16 Juli 2002 didapatkan hasil bahwa 97,05 mahasiswi dari 1660 responden di Yogyakarta, sudah tidak perawan karena pernah melakukan kegiatan intercourse (seks pra nikah) selama menyelesaikan kuliah

(www.suaramerdeka.com). Perilaku yang sangat memprihatinkan ini, juga mempunyai dampak yang besar juga. Menurut WHO (dalam Ambarwati, 2007: 1) setengah dari infeksi HIV di seluruh dunia terjadi pada remaja di bawah 25 tahun. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia dengan total kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali ditemukan tanggal 5 Juni 1981

(www.wikipedia.com).

Menurut Depkes pada tahun 2006 (dalam Nastiti, 2007: 3) estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia sekitar 90.000-130.000 kasus. Sedangkan Menurut Humas Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) DIY pada akhir 2009 tercatat 849 pengidap HIV/AIDS namun April 2010 meningkat menjadi 1.185 pengidap. Dari jumlah tersebut, 750 orang terinfeksi dan pengindap HIV, serta 433 orang pengindap AIDS. Korban meninggal akibat penyakit ini mencapai 97 orang (www.yustisi.com). Pemerintah telah merumuskan kebijakan mengenai pernikahan yang harus ditaati oleh semua rakyat Indonesia. Kebijakan ini tertuang dalam UU

Perkawinan No. 1 Tahun 1974 yang berbunyi: Perkawinan harus dengan persetujuan kedua mempelai. Bagi yang belum mencapai 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita 16 tahun. Jika dilihat dari pernyataan tersebut, ada batasan usia untuk menikah. Sesuai Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) tahun 1994 dan Konferensi Beijing tahun 1995, Pemerintah Indonesia semakin sadar akan kebutuhan komprehensif kesehatan seksual dan reproduksi remaja. Melalui BKKBN, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama dan Departemen Sosial Affair dan lembaga penelitian lainnya, telah memulai program dan penelitian yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja (YKB, 1993; Irdjati, 1997; LD-UI, 1999). Namun permasalahan kesehatan reproduksi remaja lebih banyak dikelola oleh BKKBN. BKKBN bertugas memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja

baik remaja itu sendiri dan juga orang tua, BKKBN bekerjasama dengan UNFPA telah memperkenalkan berbagai pelatihan modul, baik untuk orang tua dan remaja. BKKBN juga melakukan bekerja sama dengan lembaga donor internasional seperti UNFPA, Ford Foundation, WHO, Population Council, IPPF, USAID dan AusAID (Agustina Situmorang, 2003:8-11). Pencegahan dan penanganan kesehatan reproduksi tidak hanya dikelola oleh pemerintah saja namun ada banyak LSM yang ikut berperan seperti Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). PKBI bertugas untuk memberikan informasi dan konseling untuk remaja tentang isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. PKBI juga memberikan penanganan bagi remaja yang mungkin memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi melalui Klinik PKBI (Agustina Situmorang, 2003: 11). Umat Islam sendiri pun telah diperingatkan oleh ALLAH SWT melalui firman-Nya dalam Al Quran surat Al Israa: 32 yang berbunyi :


Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. Dari ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa zina atau melakukan seks pranikah merupakan suatu tindakan yang tidak dibenarkan oleh agama bahkan diharamkan. Dari studi pendahuluan yang telah dilaksanakan pada 12 Oktober 2010 di SMK YPKK (Sekolah Menengah Kejuruan Yayasan Pendidikan Kejuruan dan

Ketrampilan) 2 Sleman dengan menggunakan wawancara sederhana dan pendekatan interpersonal pada 30 responden. Dan dari 30 responden tersebut, kesemuanya belum paham dampak perilaku seks pranikah dan pengetahuan yang berkaitan HIV/AIDS. Menurut guru BK (Bimbingan Konseling) bahwa tahun ini ada 6 siswi (dari 180 siswa) yang mengundurkan diri dari sekolah karena telah hamil. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan sikap terhadap perilaku siswa kelas XI di SMK YPKK 2 Sleman tahun 2010, dengan harapan setelah diketahui tingkat pengetahuan remaja di sekolah tersebut akan diperoleh gambaran untuk langkah-langkah tindakan selanjutnya. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Adakah hubungan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan sikap terhadap perilaku seks pra nikah siswa kelas XI Di SMK YPKK 2 tahun 2010?

C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum Diperolehnya informasi tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan sikap terhadap perilaku seks pra nikah siswa siswa kelas XI di SMK YPKK 2 Sleman tahun 2010.

Tujuan Khusus
a.

Diperolehnya informasi tentang tingkat pengetahuan tentang

HIV/AIDS siswa kelas XI di SMK YPKK 2 Sleman tahun 2010.


b.

Diperoleh informasi tentang sikap terhadap perilaku seks pra nikah

siswa kelas XI di SMK YPKK 2 Sleman tahun 2010.


c.

Keeratan hubungan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS

Dengan sikap terhadap perilaku seks pra nikah siswa kelas XI di SMK YPKK 2 Sleman tahun 2010.

D. MANFAAT PENELITIAN
a. Manfaat Penelitian bagi Perpustakaan STIKES Aisyiyah Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan sehingga dapat menjadi wacana dan wawasan ilmu pengetahuan khususnya tentang kesehatan reproduksi dalam upaya penanganan perilaku seksual pranikah.
b. Bagi Siswi SMK YPKK 2 Sleman

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pengetahuan dan wawasan kepada remaja tentang HIV/AIDS.
c. Bagi Guru SMK YPKK 2 Sleman

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau informasi serta sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan mutu pendidikan, bimbingan dan konseling pada remaja di sekolah tersebut.
d. Bagi Bidan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dalam memberikan asuhan kebidanan mengenai kesehatan reproduksi khususnya tentang perilaku seksual pranikah.

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN


1. Ruang Lingkup Materi

Materi penelitian ini dibatasi pada materi tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan sikap terhadap perilaku seks pra nikah siswa. 2. Ruang Lingkup Responden Responden penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMK YPKK 2 Sleman. 3. Ruang Lingkup Waktu Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dari penysunan proposal sampai dengan penyusunan KTI diperkirakan bulan Oktober 2010-Juli 2011. 4. Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini dilakukan di SMK YPKK 2 Sleman.

F. KEASLIAN PENELITIAN
1. Euis Hanifah Munir (2002) dengan Hubungan Antara Minat Menonton Film

Barat dengan Kecenderungan Perilaku Seksual Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Penelitian ini

menggunakan metode penskalaan yang terdiri atas skala kecenderungan perilaku seksual pada remaja dan skala minat menonton film drama. Model skala yang digunakan yaitu model skala Likert di mana subjek diminta memilih salah satu dari alternatif jawaban-jawaban yang sesuai dengan keadaan subjek. Metode analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi product moment dari Pearson. Dan hasil penelitiannya menunjukan bahwa terdapat hubungan positif atau sangat signifikan antara minat menonton film barat dengan kecenderungan perilaku seksual remaja. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel tinkkat

pengetahuan tentang HIV/AIDS kemudian metode penelitiannya adalah survey dan pendekatan waktu cross sectional, teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling, tempat dan tahun penelitiannya berbeda, yaitu di SMK YPKK 2 Sleman.
2. Dewi Ambarwati (2007) dengan Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai

Infeksi Menular Seksual dengan Sikap Tentang Perilaku Seksual Pada Siswa Kelas XI di MAN Yogyakarta III Tahun 2007. Penelitian ini menggunakan penelitian deskritif korelasi dan pendekatan waktu yang digunakan adalah

10

cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling. Teknik analisa data yang digunakan adalah product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan mengenai infeksi menular seksual dengan sikap tentang perilaku seksual pada siswa kelas XI di MAN Yogyakarta III tahun 2007. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel, tempat penelitian dan tahun penelitian. Variabel yang membedakan adalah tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS sedangkan tempat penelitian di SMK YPKK 2 Sleman dan pelaksanaan penelitiannya tahun 2010.
3. Vina Aprilia Dewi (2008) dengan Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan

reproduksi dengan Perilaku Seksual Remaja Usia 14-19 Tahun Di Dusun Nganti Mlati Sleman. Penelitian ini menggunakan desain penelitian survey analitik sedang metode pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling. Pengujian hipotesa dengan menggunakan korelasi Kendal Tau. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja usia 14 sampai dengan 19 tahun di Dusun Nganti Mlati Sleman tahun 2008. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel, tempat penelitian dan tahun penelitian. Variabel yang membedakan adalah tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dan sikap terhadap perilaku

11

seks pranikah. Sedangkan tempat penelitian di SMK YPKK 2 Sleman dan pelaksanaan penelitiannya tahun 2010.
4. Meylina Uji Nastiti (2007) dengan Gambaran Pengetahuan Tentang

HIV/AIDS Dan Perilaku Seksual Di Kalangan Pelajar Dan Mahasiswa. Penelitian ini menggunakan penelitian survey observational dan pendekatan waktu yan digunakan adalah cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik analisa data yang digunakan adalah t-test. Hasil penelitian yang menggambarkan tentang perilaku responden adalah banyak responden yang tidak mengakui jika pernah melakukan hubungan seksual, serta kontak sesual yang paling sering dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa adalah berciuman, sedangkan pengetahuan mengenai penularan HIV/AIDS pada pelajar dengan jenis kelamin tidak signifikan, sedangkan pengetahuan tentang pencegahan HIV/AIDS cukup signifikan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel, tempat penelitian, tahun penelitian, jenis penelitian, dan

pengambilan sampel. Variabel yang membedakan adalah sikap terhadap perilaku seks pranikah. Sedangkan tempat penelitian di SMK YPKK 2 Sleman dan pelaksanaan penelitiannya tahun 2010.
5. Tita Puspitasari (2005) dengan Hubungan Antara Intensi Menonton Film

Drama Romantis di Televisi Dengan Kecenderungan Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja. Penelitian ini menggunakan penelitian deskritif

12

korelasi dan pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah stratified cluster random sampling. Teknik analisa data yang digunakan adalah product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara intensi menonton film drama romantis dengan kecenderungan perilaku seksual pranikah pada remaja. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel, tempat penelitian, tahun penelitian, dan metode pengambilan sampel. Variabel yang membedakan adalah tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dan sikap terhadap perilaku seks pranikah. Sedangkan tempat penelitian di SMK YPKK 2 Sleman dan pelaksanaan penelitiannya tahun 2010.

Anda mungkin juga menyukai