Bab Ii

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 39

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan Umum Perbankan Indonesia Menurut UU No 10 Tahun 1998 perbankan adalah segala sesuatu yang

menyangkut tentang Bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan menurut UU No 14 Tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan yang dimaksud dengan perbankan adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredran uang. 2.1.1 Pengertian Bank Bank didefinisikan oleh undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Penggolongan bank tidak hanya berdasarkan jenis kegiatan usahanya, melainkan juga mencakup bentuk badan hukumnya, pendirian dan kepemilikannya, dan target pasarnya.

Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan masalah bidang keuangan. Dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama, yaitu : menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa Bank lainnya. Bank secara sederhana diartikan sebagai Lembaga Keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya.

2.1.2

Jenis dan Usaha Bank

2.1.2.1 Jenis Bank Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-undang Perbankan memiliki beberapa jenis Bank. Di dalam Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu undang-undang nomor 14 tahun 1967, terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan. Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan, dan segi menentukan harga. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang ditawarkan maupun jangka wilayah operasinya. Kepemilikan perusahaan dilihat dari segi pemilikkan saham yang ada serta akte

10

pendiriannya. Sedangkan dari menetukkan harga yaitu antara Bank konvensional berdasrkan bunga dan Bank Syariah berdasarkan bagi hasil. Untuk mengetahui jenis perbankan dapat ditinjau dari berbagai segi diantara lain: 1. Jenis Bank dari Kegiatan Usaha Menurut undang-undang pokok perbankan nomor 14 tahun 1967 jenis perbankan menurut usahanya terdiri dari Bank Umum, Bank Pembangunan, Bank Pasar, Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pegawai, dan Bank jenis lainnya. Dengan keluarnya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 mengakibatkan perubahan usaha Bank Pembangunan dan Bank Tabungan menjadi Bank Umum. Kemudian Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa dan Bank Pegawai menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). a. Bank Umum Didefinisikan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagai Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatanny memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

11

b. Bank Perkreditan Rakyat Didefinisikan oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagai Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Secara umum BPR mempunyai kegiatan usaha yang lebih terbatas dibandingkan Bank Umum. Bank umum dapat menghimpun dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat berupa giro, tabungan, dan deposito, sedangkan BPR tidak boleh mengimpun dana dalam bentuk giro dan juga tidak boleh ikut serta dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum dapat melakukan kegiatan valuta asing, sedangkan BPR tidak diperbolehkan. Bank Umum dapat melakukan penyertaan modal pada lembaga keuangan dan untuk mengatasi kredit macet, sedangkan BPR sama sekali tidak boleh melakukan penyertaan modal. Dalam hal melakukan usaha perasuransian, BPR dan Bank Umum sama-sama tidak diperbolehkan. 2. Jenis Bank menurut Badan Usaha Setiap Bank yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh usaha sebagai bank umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan

12

undang-undang tersendiri. Untuk memperoleh izin usaha sebagai bank umum atau Bank Perkreditan Rakyat, suatu lembaga keuangan wajib memenuhi persyaratan mengenai : a. Susunan organisasi dan permodalan b. Permodalan c. Kepemilikan d. Keahlian di bidang perbankan e. Kelayakan rencana kerja Badan hukum suatu bank umum dapat berupa: a. Perseroan Terbatas b. Koperasi, atau c. Perusahaan Daerah Sedangkan badan hukum Bank Perkreditan Rakyat dapat berupa: a. Perusahaan Daerah b. Koperasi c. Perseroan Terbatas, atau d. Bentuk lain yang diterapkan dengan Peraturan Pemerintah

13

Mengingat pada saat diterapkannya UU Nomor 7 Tahun 1992 banyak terdapat lembaga-lembaga keuangan terutama di pedesaan yang mempunyai kegiatan seperti Bank Perkreditan Rakyat, maka lembaga-lembaga keuangan tersebut diberikan status sebagai BPR yang tata caranya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Lembaga keuangan tersebut antara lain : Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari, Lembaga Perkreditan Desa, Badan Kredit Desa, Badan Kredit kecamatan, Kredit Usaha Rakyat Kecil, Lembaga Perkreditan Kecamatan, dan Bank Karya Produksi Desa. 3. Jenis Bank menurut Pendirian dan Kepemilikan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Surat Keputusan Direktur BI nomor 32/33/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum menetapkan ketentuan-ketentuan tentang pendirian dan kepemilikan bank seperti diuraikan di bawah ini. a. Bank Umum i). Pendirian Bank umum hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin Direksi Bank Indonesia oleh Warga Negara Indonesia dan atau badan hokum Indonesia atau Warga Negara Indonesia dan atau badan hokum Indonesia dengan warga Negara asing dan atau badan hokum asing secara kemitraan. Modal disetor untuk mendirikan bank ditetapkan sekurangkurangnya sebesar Rp. 3.000.000.000.

14

Untuk modal yang berasal dari warga Negara asing dan atau badan hokum asing setinggi-tingginya 99% dari modal disetor bank. ii) Persetujuan Prinsip Persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian Bank. Permohonan untuk mendapatkan persetujuan prinsip diajukan sekurangkurangnya oleh calon pemilik kepada Direksi Bank Indonesia sesuai dengan format yang telah ditentukan.dilampiri dengan
a. Rancangan akta pendirian badan hukum, termasuk rancangan anggaran dasar

yang sekurang-kurangnya memuat nama dan tempat kedudukan, kegiatan usaha sebagai bank, permodalan, kepemilikkan,wewenang, tanggung jawab dan masa jabatan dewan komisaris serta direksi b. Data kepemilikkan c. Rencana susunan organisasi
d. Rencana kerja untuk tahun pertama yang sekurangnya memuat rencana

kegiatan usaha yang mencakup penghimpun dan penyaluran dana serta langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan dalam mewujudkan rencana dimaksud. e. Bukti setoran modal sekurang-kurangnya 30% dari modal disetor minimum. iii) Izin Usaha Permohonan untuk mendapatkan izin usaha diajukan oleh direksi bank kepada Direksi Bank Indonesia sesuai dengan format yang telah ditentukan.

15

iv) Kepemilikkan Kepemilikkan bank oleh badan hokum Indonesia setingi-tingginya sebesar modal sendiri bersih badan hokum yang bersangkutan. v) Dewan komisaris dan direksi Anggota dewan komisaris dan direksi wajib memenuhi persyaratan umum anggota dewan komisaris dan direksi. Laporan pengangkatan anggota dewan komisaris atau direksi wajib disampaikan oleh direksi bank kepada Bnak Indonesia selambatnya sepuluh hari setelah pengangkatan disahkan oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota, disertai dengan notulen rapat umum pemegang saham atau notulen rapat anggota. b. Bank Perkreditan Rakyat BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga Negara Indonesia, badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga Negara Indonesia, pemerintah daerah, atau dapat dimiliki bersama di anatara ketiganya. 4. Jenis Bank menurut Target Pasar Secara umum , jenis bank atas dasar target pasarnya digolongkan menjadi tiga: a. Retail Bank Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabahnasabah retail. Retail disini adalah nasabh individual, perusahaan, dan lembaga lain yang skalanya kecil. Ditinjau dari jasa kredit yang diberikan, nasabah debitor yang dilayani adalah yang memerlukan fasilitas kredit

16

tidak lebih besar dari Rp. 20 milyar. Jumlah ini bukan jumlah yang standar atau baku, tapi setidaknya dapat memberikan gambaran tentang kelompok nasabah yang dilayani oleh bank jenis ini. b. Corporate Bank Jenis bank ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah yang berskala besar. Meskipun namanya bank korporat tidak berarti seluruh nasabahnya berbentuk perusahaan. Pelayanan dan transaksi yang diberikan kepada suatu perusahaan seringkali membawa konsekuensi berupa pelayanan yang harus diberikan juga kepada karyawan, direksi, dan komisaris dari perusahaan tersebut secara individual. c. Retail-Corporate Bank Disamping kedua jenis bank diatas, terdapat juga bank yang tidak memfokuskan pada kedua pilihan jenis nasabah di atas. Bank jenis ini memberikan pelayanan tidak hanya kepada nasabah retail tetapi juga kepada nasabah koperasi. Hal tersebut bias terjadi karena manajemen memandang telah terjadi perubahan kondisi pasar atau karena terjadi penggantian manajemen sehingga terjadi perubahan strategi pemasaran. Selain itu terjadi karena adanya program pemerintah yang menghendaki agar bank tertentu melaksanakan program pemerintah tertentu.

2.1.2.2 Usaha Bank Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak akan terlepas dari bidang keuangan. Kegiatan usaha yang utama dari suatu bank adalah penghimpunan dan penyaluran dana. Penyaluran dana dengan

17

tujuan untuk memperoleh permintaan akan dapat dilakukan apabila dana telah dihimpun. Penghimpun dana dari masyarakat perlu dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga efisien dan dapat disesuaikan dengan rencana penggunaan dana tersebut. Setiap bank berbeda dalam melaksanakan kegiatannya antara bank umum dengan kegiatan Bank Perkreditan Rakyat. Kegiatan bank umum lebih luas dari Bank Perkreditan Rakyat. Artinya produk yang ditawarkan oleh bank umum lebih lengkap, hal ini disebabkan bank umum mempunyao kebebasan untuk menentukan jenis produk dan jasanya, sehingga kegiatannya menjual produk dan wilayah operasinya lebih sempit dibandingkan bank umum. Keberhasilan suatu bank dipengaruhi antara lain sebagai berikut (Sigit T&Totok Budisantoso) :
a. Kepercayaan masyarakat pada bank yang bersangkutan. Banyak faktor yang

mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat pada sebuah bank, seperti pelayanan, keadaan keuangan, berita di mass media tentang bank tersebut, laporan-laporan BI tentang bank tersebut, pengalaman masyarakat berhubungan dengan bank tersebut, dan lain-lain. Semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat pada sebuah bank maka semakin tinggi pula kemungkinan bank tersebut untuk menghimpun dana dari masyarakat dengan efisien dan sesuai penggunaan dananya.
b.

Perkiraan tingkat pendapatan yang akan diperoleh (expected rate of return) oleh penyimpanan dana lebih tinggi disbanding pendapatan dari alternative investasi lain dengan tingkat resiko yang seimbang. Semakin tinggi tingkat

18

pendapatan yang diperkirakan oleh calon penyimpanan dana ini, maka semakin mudah sebuah bank untuk menarik dana dari calon penyimpanan dananya. c. Risiko penyimpanan dana. Apabila sebuah bank dapat memberikan tingkat kepastian yang tinggi atas dana masyarakat untuk dapat ditarik lagi sesuai waktu yang telah diperjanjikan, maka masyarakat semakin bersedia untuk menempatkan dananya di bank tersebut. d. Pelayanan yang baik akan membuat penyimpan dana merasa dihargai, diperhatikan, dan dihormati, sehingga merasa senang untuk terus bertransaksi keuangan dengan bank tersebut. Pelayanan ini bias berupa pelayanan dari petugas, pemberian hadiah, atau pemberian fasilitas yang lain. Menurut Undang-undang Perbankan, kegiatan suatu bank dibedakan ke dalam; 1. Kegiatan Bank Umum yang terdiri dari, kegiatan utama dan kegiatan tambahan. 2. Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat. Berdasarkan ketentuan pasal 6 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum adalah sebagai berikut : 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. 2. Memberikan kredit 3. Menerbitkan surat pengakuan utang

19

4. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya : a. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud. b. Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan suratsurat dimaksud. c. Kertas perbendaharaan Negara dan surat jaminan pemerintah. d. Sertifikat Bank Indonesia. e. Obligasi f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun.
g. Instrument surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan

satu tahun. 5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah (transfer). Disamping kegiatan utama seperti disebutkan diatas, maka menurut sistem Undang-undang Perbankan, suatu bank umum mempunyai kegiatan tambahan berupa : a. Melakukan kegiatan dalam valuta asing
b. Melakukan penyertaan modal pada bank, perusahaan lain dalam

bidang keuangan (seperti perusahaan leasing, modal ventura,

20

perusahaan efek, asuransi) atau dalam lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan. c. Melakukan kegiatan penyertaan sementara pada perusahaan yang gagal mengembalikan kredit. d. Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pension. Mengenai kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat diatur dalam Pasal 13 Undang-undang Perbankan, yaitu antara lain: 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan atau bank lainnya yang dipersamakan dengan itu 2. Memberikan kredit
3. Menyedian pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah,

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan bank lain. Dari semua kegitan Bank tersebut diatas, maka pada prinsipnya kegiatan suatu bank (baik Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat) terdiri dari empat golongan: 1. Kegiatan penyaluran dana kepada masyrakat. 2. Penanaman modal ke dalam surat-surat berharga
3. Penyertaan equity ke dalam perusahan-perusahaan tertentu. 4. Penanaman modal ke dalam real estate dalam hal-hal tertentu.

21

2.1.3

Peran Bank dalam Industri Perbankan.

Peran Bank dalam mendukung kegiatan dunia usaha kecil dan menengah sangat besar. Perbankan bekerja untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Perkembangan dunia perbankan merupakan bagian utama dari sisi keuangan kita, tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemerintah dalam menggalakkan sistem perkreditan bagi masyarakat. Jasa yang diberikan Bank adalah jasa lalu lintas peredaran uang. Melalui bank kita dapat memperoleh kredit atau pinjaman uang dalam mendukung kegiatan bisnis yang sangat besar pengaruhnya. Bahwa Bank bekerja dalam menyalurkan kredit bagi masyarakat. Kredit Bank diperlukan bagi pengusaha kecil, pengusaha menengah, dan pengusaha yang telah memiliki modal besar. Tujuan dari Perbankan Indonesia yaitu, menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan dari kesejahteraan rakyat banyak. Berdasarkan dari uraian ini, dapat disimpulkan bahwa dunia Perbankan tidak akan terlepas dari pembangunan Nasional Negara kita. Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehatihatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas bank umum dan BPR. Perbedaan utama bank umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya yang terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut dual bank system, yaitu bank umum dapat melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Sementara prinsip kegiatan BPR

22

dibatasi pada hanya dapat melakukan kegiatan usaha bank konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.

2.2 Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan sarana utama membuat laporan informasi keuangan kepada pihak yang terkait di dalam perusahaan (manajemen, dan para karyawan) dan kepada pihak yang terkait di luar perusahaan (bank, investor, kreditor, pemasok dan sebagainya).

23

Laporan keuangan menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu periode. Selain itu, laporan keuangan juga menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Sebagaimana dasar pemahaman akuntansi adalah suatu proses untuk mencatat, menggolongkan, dan meringkas transaksi ekonomi dan keuangan untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi pemakai, dan interpretasi atas hasil proses tersebut. Proses akuntansi ini disebut istilah siklus akuntansi. Untuk melaksanakan proses akuntansi atau siklus akuntansi tersebut diperlukan beberapa media yang digunakan untuk melaksanakan proses akuntansi sampai dihasilkan laporan. Hasil akhir dari proses akuntansi yaitu kegiatan pelaporan adalah laporan keuangan. 2.2.2 Laporan Keuangan Bank Menurut Lapoliwa (2000) laporan keuangan dalam perusahaan bank sama dengan laporan keuangan lainnya. Neraca bank memperlihatkan gambaran posisi keuangan suatu bank pada suatu saat tertentu. Ikhtisar laba rugi memperlihatkan hasil kegiatan atau operasional suatu bank selama satu periode tertentu. Ikhtisar perubahan posisi keuangan memperlihatkan dari mana saja sumber pendanaan bank dan kemana saja dana yang lebih diserapnya disalurkan. Laporan perubahan posisi keuangan ini di susun dari neraca pada dua periode (tanggal) dan ikhtisar laba rugi selama periode yang dilaporkan. Secara umum tujuan pembutan laporan keuangan suatu bank adalah sebagai berikut :

24

1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan modal

bank pada waktu tertentu. 2. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.
3. Memberikan informasi tentang perubahan yang terjadi dalam aktiva,

kewajiban dan modal suatu Bank.


4. Dan memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu

periode. Ketentuan mengenai laporan keuangan Bank diatur oleh IAI dalam PSAK No 31 tentang Akuntansi Perbankan disebutkan terdapat lima jenis laporan keuangan bank, yakni : 1. Laporan Neraca Dalam penyajiannya, aktiva dan kewajiban dalam neraca bank tidak dikelompokkan menurut lancar atau tidak lancar, namun sedapat mungkin tetap disusun menurut tingkat likuiditas dan jatuh tempo. Setiap aktiva produktif disajikan di neraca sebesar jumlah bruto dari tagihan atau penempatan bank dikurangi dengan penyisihan penghapusan yabg dibentuk untuk menutupi kemungkinan kerugian yang timbul dari masing-masing aktiva produktif yang bersangkutan. 2. Laporan Komitmen dan Kontijensi Laporan ini wajib disajikan secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran mengenai posisi komitmen, dan kontijensi, baik yang bersifat tagihan maupun kewajiban pada tanggal laporan. Komitmen adalah suatu ikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Kontijensi

25

adalah tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya suatu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang. 3. Laporan Laba Rugi Perhitungan laba rugi bank wajib disusun sedemikian rupa agar dapat memberikan gambaran mengenai hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Laporan laba rugi bank disusun dalam bentuk berjenjang (multiple step) yang menggambarkan pendapatan atau beban yang berasal dari kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya. Cara penyajian laporan laba rugi bank anatara lain wajib memuat secara terinci unsur pendapatan dan beban, unsure pendapatan dan beban harus dibedakan antara pendapatan beban yang berasal dari kegiatan operasional dan non operasional. 4. Laporan Arus Kas Disusun berdasarkan kas selama periode laporan dan harus menunjukkan apakah semua aspek penting dari kegiatan bank tanpa memandang apakah transaksi tersebut berpengaruh langsung pada kas. 5. Catatan atas Laporan Keuangan Di samping hal-hal yang wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan sebagaimana dijelaskan dalam standar akuntansi keuangan, bank juga wajib mengungkapkan dalam catatan tersendiri mengenai posisi devisa netto menurut jenis mata uang serta aktifitas-aktifitas lain seperti kegiatan wali amanat, penitipan harta dan penyaluran kredit pengelolaan. 2.3 Kinerja Keuangan Bank Menurut Mukhyi (2008), kinerja keuangan bank mencerminkan kemampuan operasional bank baik dalam penghimpunan dana, penyaluran dana, teknologi serta

26

sumber daya manusia. Dalam mengukur kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan adalah dengan analisis rasio keuangan, dimana merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi secara individu maupun secara simultan. Menurut Jumingan (2008) kinerja bank merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan dimana kinerja bank dalam operasionalnya, baik yang menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Kesimpulan dari kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indicator kecukupan modal, likuiditas, dan rentabilitas bank. 2.4. 2.4.1 Jenis Rasio Keuangan Bank. Rasio Solvabilitas Rasio permodalan sering disebut juga rasio solvabilitas atau capital adequacy ratio. Analisis solvabilitas digunakan untuk : 1) ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian yang tidak dapat dihindarkan, 2) sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu, karena sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan asset yang tidak dipakai dan lain-lain, 3) alat pengukuran besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang dimilikioleh para pemegang sahamnya, dan 4) dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut. Pada rasio permodalan yang dapat diukur adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk

27

menutup kemungkinan kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. 2.4.2 Rasio Likuiditas Suatu bank dikatakan liquid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi kewajiban utang-utangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Oleh karena itu,bank dapat dikatakan liquid apabila : 1) bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang digunakan untuk memenuhi likuiditasnya, 2) bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari kebutuhan likuiditasnya, tetapi mempunyai asset atau aktiva lainnya (missal surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya, dan 3) bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash asset baru melalui berbagai bentuk hutang. Dalam rasio likuiditas, rasio yang dapat diukur adalah Earning Assets to total Assets Ratio (EATAR) yang digunakan untuk mengukur perbandingan aktiva produktif terhadap total aktiva dan Loan to Deposit Ratio (LDR), rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dana dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya, semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. 2.4.3 Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Pada rasio rentabilitas (keuntungan), rasio yang dapat diukur antara lain: Biaya Operasional Pendapatan Operasiona; (BOPO) yang digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi / biaya intermediasi terhadap pendapatan operasi yang diperoleh bank. Semakin kecil angka rasio BOPO, maka semakin baik kondisi bank

28

tersebut dan Return on Assets (ROA). Rasio ini mengukur kemampuan bank didalam memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan.

2.5

Rasio Keuangan Bank sebagai Tolak Ukur Kinerja Keuangan

Perbankan. Analisis rasio keuangan sangat diperlukan bagi penilaian prestasi usaha yang telah dilakukan oleh sebiah bank, terutama bagi manajemen penyusunan kebijaksanaan strategi bank. Banyak jenis analisis rasio keuangan yang umum berlaku di dalam bank. Tetapi juga ada alat rasio keuangan lainnya yang lebih khusus dan berkembang di kalangan perbankan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yanglain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau member gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi suatu bank. Dalam penyajian laporan keuangan banyak sekali analisa rasio keuangan yang bias dikembangkan dan dihasilkan dari data yang tersedia. Masing-masing rasio keuangan mempunyai kegunaan serta tergantung dengan posisi keuangan yang akan dilihat. Menurut Lukman Dendawijaya (2005:114) rasio-rasio keuangan yang digunakan sebagai tolak ukur kinerja dari suatu bank adalah sebagai berikut :

29

1. Analisis Rasio Likuiditas Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang digunakan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain adalah sebagai berikut : a. Cash ratio Cash ratio adalah rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun bank yang harus segera dibayar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah (deposan) pada saat ditarik dengan menggunakan alat likuid yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, namun dalam praktik akan dapat mempengaruhi profitabilitasnya. Cash ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

A latLikuid Pinjam an yangH arusSegeraD ibayar


b. Reserve requirement

100%

Reserve requirement atau lebih dikenal juga dengan likuiditas wajib minimum adalah suatu simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro di Bank Indonesia bagi semua Bank. Untuk mengetahui besarnya reserve requirement dapat menggunakan perbandingan berikut :
Jumlah Alat Likuid Jumlah Dana (Simpanan) Pihak Ketiga 100 %

30

Reserve requirement merupakan ketentuan bagi setiap bank umum untuk menyisihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum yang berupa giro bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia.
c. Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh Bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah Kredit Yang Diberikan Total Dana Pihak Ketiga + KLBI + Modal Inti 100 %

d. Loan to Asset Ratio Loan to Asset Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yag menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah Kredit Yang Diberikan 100 % Jumlah Asset

31

e. Rasio Kewajiban Bersih Call Money Presentase dari rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar atau aktiva yang paling likuid dari bank. Jika rasio ini semakin kecil nilainya, likuiditas bank dikatakan cukup baik karena bank dapat segera menutup kewajiban dalam kegiatan pasar uang antar bank dengan alat likuid yang dimiliknya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Kewajiban Bersih Call Money 100 % Aktiva Lancar f. Earningr Asset to Total Asset Ratio (EATAR)

EATAR yaitu rasio asset produktif terhadap total asset. Asset produktif terdiri dari efek-efek, penempatan pada bank lain, pinjaman, dan penyertaan. Menurut Etty M. Nasser dan Titik Aryati (1999) earning assets suatu bank akan menjadi sumber pendpatan atau laba yang akan menjadi salah satu sumber dana bagi bank yang bersangkutan. Dengan rendahnya kualitas asset suatu bank akan menimbulkan kerugian yang justru akan mengurangi volume dana yang dimilikinya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Aktiva Produktif 100 % Total Aktiva

2. Analisis Rasio Rentabilitas

32

Analisis rasio rentabilitas adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efesiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Analisis rasio rentabilitas suatu bank pada bab ini antara lain sebagai berikut :
a. Return on Assets (ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Laba Bersih 100 % Total Aktiva b. Return on Equity (ROE)

ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan ROE modal sendiri. Rasio ROE ini merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Laba Bersih 100 % Modal Sendiri

c. Rasio Biaya Operasional (BOPO)

33

Rasio Biaya Operasional (BOPO) adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Biaya (Beban) Operasiona l 100 % Pendapatan Operasiona l

d. Net Profit Margin (NPM) Ratio Net profit margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat

keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Laba Bersih 100 % Pendapatan Operasiona l

3. Analisis Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas dalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dana yang diperoleh dari berbagai utang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber-sumber lain di luar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Rasio-rasio yang digunakan antara lain:
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

34

CAR dalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. CAR merupakan rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau mengahsilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Modal Bank 100 % Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

b. Debt to Equity Ratio Debt to equito ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri. Rasio ini mengukur seberapa besar total pasiva yang terdiri atas presentase modal bank sendiri dibandingkan dengan besarnya utang. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Jumlah Uta ng 100 % Jumlah Modal Sendiri

c. Long Term Debt to Assets Ratio

35

Rasio ini digunakan untu mengukur seberapa jauh nilai seluruh aktiva bank dibiayai atau dananya diperoleh dari sumber-sumber utang jangka panjang. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Utang Jangka Panjang 100 % Total Aktiva

2.6.

Kredit Bank merupakan lembaga perantara yang menghimpun dana dan

menyalurkannya ke dalam sektor-sektor produktif atau dalam bentuk penempatan pada aktiva produktif. Salah satu aktiva produktif yang paling besar menyumbangkan pendapatan bagi bank adalah pemberian kredit pendapatan dari bunga kredit pada umumnya masih mendominasi pendapatan bank selain fee base income. Meskipun pendapatan bunga kredit besar, produk kredit mempunyai risiko yang tinggi. Oleh karena itu bank sangat hati-hati dalam melakukan ekpansi kredit. 2.6.1 Pengertian Kredit Kata kredit berasal dari kata dari credere yang artinya kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit berarti telah memperoleh kepercayaan. Pihak yang mendapat kepercayaan ini disebut debitur, dan pihak yang memberi kepercayaan disebut kreditur. Menurut UU No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah di ubah dengan UU No 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa :

36

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungannya. Malayu Hasibuan (2002:87) menjelaskan kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali beserta bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Sedangkan Kasmir (2008:74) menyimpulkan bahwa pengertian manajemen kredit adalah bagaimana mengelola pemberian kredit adalah bagaimana mengelola pemberian kredit mulai dari kredit tersebut diberikan sampai dengan kredit tersebut lunas. Ditarik kesimpulan bahwa kredit adalah uang atau tagihan yang nilainya dapat dipersamakan dengan uang, dimana peminjam diwajibkan untuk melunasi hutang beserta bunganya setelah jangka waktu tertentu. 2.6.2 Kredit Bermasalah Kredit bermasalah, dalam ilmu keuangan dan akuntansi keuangan, adalah bagian dari piutang yang tidak dapat lagi ditagih, biasanya berupa piutang dagang atau pinjaman. Kredit bermasalah dalam akuntansi dianggap sebagai biaya. Terdapat dua metode untuk memperhitungkan kredit bermasalah:

37

1. Metode penghapusan buku langsung (direct write off method), namun tidak

sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum - suatu piutang yang dianggap tidak tertagih dibebankan langsung ke laporan laba rugi.
2. Metode penyisihan (allowance method), sesuai prinsip akuntansi yang

berlaku umum - sebuah perkiraan jumlah kredit bermasalah dibuat pada akhir setiap tahun anggaran. Jumlah ini kemudian dikumpulkan dalam ketentuan tertentu, yang kemudian digunakan untuk mengurangi piutang tertentu di saat dan bila diperlukan. (Wikipedia) Kredit bermasalah (Non Performing Loan) dalam jumlah yang cukup besar dapat meimbulkan kesulitan sekaigus menurunkan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Oleh sebab itu bank dituntut untuk selalu menjaga kredit tidak berada dalam Non Performing Loan. Meskipiun tak dapat menghindari penih, tetapi diusahakan agar jumlah kredit yang bermasalah berada dalam batas yang wajar. Bank yang berhasil dalam pengelolaan adalah bank yang mampu mengelola Non Performing Loan pada tingkat yang wajar dan tidak merugikan bagi bank. Untuk menangani besarnya tingkat Non Performing Loan suatu bank, maka diperlukan suatu ukuran. Bank Indonesia menginstruksikan perhitungan Non Performing Loan dalam laporan tahunan perbankan nasional sesuai dengan ketentuan SE BI No. 3/33/DPNP tanggal 14 Desember 2001.

38

2.7

Arsitektur Perbankan Indonesia (API) Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem

perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Berpijak dari adanya kebutuhan blue print perbankan nasional dan sebagai kelanjutan dari program restrukturisasi perbankan yang sudah berjalan sejak tahun 1998, maka Bank Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004 telah meluncurkan API sebagai suatu kerangka menyeluruh arah kebijakan pengembangan industri perbankan Indonesia ke depan. Peluncuran API tersebut tidak terlepas pula dari upaya Pemerintah dan Bank Indonesia untuk membangun kembali perekonomian Indonesia melalui penerbitan buku putih Pemerintah sesuai dengan Inpres No. 5 Tahun 2003, dimana API menjadi salah satu program utama dalam buku putih tersebut. Bertitik tolak dari keinginan untuk memiliki fundamental perbankan yang lebih kuat dan dengan memperhatikan masukan-masukan yang diperoleh dalam mengimplementasikan API selama dua tahun terakhir, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk menyempurnakan program-program kegiatan yang tercantum dalam API. Penyempurnaan program-program kegiatan API tersebut tidak terlepas pula dari perkembangan-perkembangan yang terjadi pada perekonomian nasional maupun internasional. Penyempurnaan terhadap program-program API tersebut antara lain mencakup strategi-strategi yang lebih spesifik mengenai pengembangan perbankan syariah, BPR, dan UMKM ke depan sehingga API diharapkan memiliki program kegiatan yang lebih lengkap dan komprehensif yang mencakup sistem perbankan

39

secara menyeluruh terkait Bank umum dan BPR, baik konvensional maupun syariah, serta pengembangan UMKM. (http://www.bi.go.id/web/id/) 2.7.1 Enam Pilar API Visi Arsitektur Perbankan Indonesia adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan nasional dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk merealisasikan pencapaian visi API tersebut maka ditetapkan 6 (enam) pilar API.

Enam pilar API tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.1 Enam Pilar pada kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia Sumber : http://www.bi.go.id/web/id/ Keenam pilar API tersebut adalah sebagai berikut :

40

1. Menciptakan struktur perbankan domestic yang sehat yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan. 2. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada standar international. 3. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko. 4. Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi internal perbankan nasional. 5. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya industry perbankan yang sehat. 6. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan.

2.7.2

Program API Pelaksanaan keenam pilar API dijabarkan lebih rinci oleh Bank Indonesia

dalam program kegiatan pada rentang waktu sepuluh tahun (dari tahun 2004 hingga tahun 2013). Dalam kurun waktu 5 sampai 10 tahun mendatang, implementasi program-program tersebut diharapkan dapat menciptakan konsolidasi sektor perbankan secara keseluruhan yang mengarah kepada struktur perbankan yang lebih optimal Visi Arsitektur Perbankan Indonesia dipadukan dengan pertimbangan adanya tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan pada periode mendatang membawa konsekuensi adanya enam pilar API dan juga program kegiatan sebagai berikut : 1. Penguatan Struktur Perbankan

41

Penguatan permodalan bank umum (konvensional dan syariah) dijalankan dalam rangka meningkatkan kemampuan bank dalam mengelola risiko, mengembangkan teknologi informasi, maupun meningkatkan skala usahanya guna mendukung peningkatan kapasitas pertumbuhan kredit perbankan. Implementasi program penguatan permodalan bank dilaksanakan secara bertahap. Upaya peningkatan modal bank tersebut dapat dilakukan dengan membuat rencana usaha (business plan) yang memuat target waktu, cara, dan tahap pencapaian. Adapun cara pencapaiannya dapat dilakukan melalui : a) Penambahan modal baru baik dari pemegang saham lama maupun investor baru. b) Merger untuk mencapai persyaratan modal minimum baru. c) Penerbitan saham baru atau secondary offering di pasar modal. d) Penerbitan pinjaman subordinasi (subordinated loan). Apabila program ini dapat berjalan dengan baik, dalam waktu sepuluh sampai lima belas tahun ke depan, program peningkatan permodalan tersebut diharapkan akan mengarah pada terciptanya struktur perbankan yang lebih optimal, yaitu terdapatnya : a) 2 sampai 3 bank yang mengarah kepada bank international dengan kapasitas dan kemampuan untuk beroperasi di wilayah international serta memiliki modal di atas Rp 50 trilliun. b) 3 sampai 5 bank nasional yang memiliki cakupan usaha yang sangat luas dan beroperasi secara nasional serta memiliki modal antara Rp 10 triliun sampai dengan Rp 50 triliun. c) 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank.

42

Bank-bank tersebut memiliki modal antara Rp. 100 miliar sampai dengan Rp. 10 triliun. d) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank dengan kegiatan usaha terbatas yang memiliki modal di bawah Rp. 100 miliar. 2. Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan Program ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengaturan serta memenuhi standar pengaturan yang mengacu pada international best practices. Program tersebut dapat dicapai dengan penyempurnaan proses penyusunan kebijakan perbankan serta penerapan 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision secara bertahap dan menyeluruh. Dalam jangka waktu lima tahun ke depan diharapkan Bank Indonesia telah sejajar dengan negara-negara lain dalam penerapan international best practices termasuk 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision. Dari sisi proses penyusunan kebijakan perbankan diharapkan dalam waktu dua tahun ke depan Bank Indonesia telah memiliki sistem penyusunan kebijakan perbankan yang efektif yang telah melibatkan pihakpihak terkait dalam proses penyusunannya. 3. Peningkatan Fungsi Pengawasan Program ini bertujuan untuk meningkatkan independensi dan efektivitas pengawasan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal ini dicapai dengan peningkatkan kompetensi pemeriksa bank, peningkatan koordinasi antar lembaga pengawas, pengembangan pengawasan berbasis risiko, peningkatkan efektivitas enforcement, dan konsolidasi organisasi sektor perbankan di Bank Indonesia. Dalam jangka waktu dua tahun ke depan diharapkan fungsi pengawasan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia akan lebih efektif dan sejajar dengan pengawasan yang dilakukan oleh otoritas pengawas di negara lain.

43

4. Peningkatan Kualitas Manajemen dan Operasional Perbankan Program ini bertujuan untuk meningkatkan good corporate governance (GCG), kualitas manajemen resiko dan kemampuan operasional manajemen. Semakin tingginya standar GCG dengan didukung oleh kemampuan operasional (termasuk manajemen risiko) yang handal diharapkan dapat meningkatkan kinerja operasional perbankan. Dalam waktu dua sampai lima tahun ke depan diharapkan kondisi internal perbankan nasional menjadi semakin kuat. 5. Pengembangan Infrastruktur Perbankan Program ini bertujuan untuk mengembangkan sarana pendukung operasional perbankan yang efektif seperti credit bureau, lembaga pemeringkat kredit domestik, dan pengembangan skim penjaminan kredit. Pengembangan credit bureau akan membantu perbankan dalam meningkatkan kualitas keputusan kreditnya. Penggunaan lembaga pemeringkat kredit dalam publicly-traded debt yang dimiliki bank akan meningkatkan transparansi dan efektivitas manajemen keuangan perbankan. Sedangkan pengembangan skim penjaminan kredit akan meningkatkan akses kredit bagi masyarakat. Dalam waktu tiga tahun ke depan diharapkan telah tersedia infrastruktur pendukung perbankan yang mencukupi bagi terwujudnya perbankan yang sehat dan kuat. 6. Peningkatan Perlindungan Nasabah Pemberdayaan nasabah dilakukan melalui penetapan standar penyusunan mekanisme pengaduan nasabah, pendirian lembaga mediasi independen, peningkatan transparansi informasi dan pendidikan mengenai produk perbankan bagi nasabah. Dalam waktu dua sampai lima tahun ke depan diharapkan program-program tersebut

44

dapat meningkatkan kepercayaan nasabah pada sistem perbankan, karena landasan dari beroperasinya lembaga keuangan adalah kepercayaan.

2.8

Kajian Penelitian Sejenis Berikut berbagai penelitian yang membahas mengenai kinerja bank

diantaranya adalah Nita Puspita Sari (2009). Mengenai evaluasi kinerja keuangan bank dalam kerangka API. Pada Januari 2004, Bank Indonesia mencanangkan implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Mengacu ke kerangka API, bank di Indonesia dibagi menjadi 4 kelompok bank berdasarkan kemampuan modalnya, yaitu bank internasional, bank nasional, bank fokus, dan bank dengan kegiatan terbatas. Sampai Desember 2009, tercatat tidak ada bank internasional, 5 buah bank nasional, dan sisanya tercatat dalam kelompok bank dengan kegiatan fokus dan bank dengan kegiatan terbatas. Dari 20 bank yang diteliti, hasil uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata CAR, NPL, dan LDR antara bank fokus dan bank terbatas, namun terdapat perbedaan rata-rata EATAR, BOPO, dan ROA antara kedua kelompok bank tersebut. Sedangkan pada perbandingan kinerja keuangan antara bank dengan kegiatan fokus dan bank dengan kegiatan terbatas menunjukkan hasil bahwa bank dengan kegiatan focus menunjukkan efisiensi, persentase aktiva produktif dan tingkat keuntungan yang lebih tinggi, bank dengan kegiatan fokus juga mempunyai persentase kredit bermasalah yang relative lebih rendah. Namun pada kecukupan modal (CAR) dan likuiditas (LDR), bank fokus memiliki persentase yang lebih rendah dari bank terbatas. Rini Restu Rakhmawati (2005). Evaluasi kinerja keuangan bank dalam kerangka API perbandingan kredit bermasalah, kecukupan modal, likuiditas dan rentabilitas. Kegiatan bisnis perbankan dapat dikatakan berhasil apabila bank mampu meningkatkan kinerjanya. Indikator-indikator kinerja perbankan seperti kredit

45

bermasalah, rasio kecukupan modal, likuiditas, dan rentabilitas bank harus menunjukkan perkembangan yang positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara indikator-indikator kinerja perbankan seperti kredit bermasalah (NPL), CAR, likuiditas yang diukur dengan LDR dan EATAR, serta rentabilitas bank yang diukur dengan BOPO dan ROA. Sejalan dengan itu penelitian diarahkan untuk membandingkan NPL, CAR, LDR, EATAR, BOPO, dan ROA antara bank fokus dan bank terbatas. Perbandingan kinerja kedua bank tersebut mengacu pada penggolongan bank dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan bank tahun 2004. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial yang terdiri dari korelasi, independent samples t test, dan analisis diskriminan. Hasil analisis korelasi yang menunjukkan hubungan kuat dan signifikan adalah NPL dengan BOPO, NPL dengan ROA, CAR dengan EATAR, dan BOPO dengan ROA. Hasil uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata NPL, CAR, dan LDR, namun terdapat perbedaan rata-rata EATAR, BOPO, dan ROA antara kedua kelompok bank tersebut. Sedangkan hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa keenam variabel penelitian bisa mengklasifikasikan bank menurut kerangka API. Persentase pengklasifikasiannya tergolong tinggi yaitu 76,7 % dengan variabel BOPO mempunyai daya pembeda tertinggi dibandingkan 5 variabel lainnya. Jika dikaitkan dengan kerangka implementasi API, hasil penelitian ini mendukung salah satu program API, hasil penelitian ini mendukung salah satu program API yaitu pengelompokkan bank berdasarkan kemampuan modalnya. Yogi Dwi Hartantyo (2008) yang melakukan penelitian mengenai analisis perbandingan kinerja keuangan pada bank fokus dan bank terbatas. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Rasio kecukupan modal (CAR), likuiditas (LDR dan EATAR), dan rentabilitas (BOPO dan ROA) adalah tolak ukur yang sering digunakan dalam pengukuran kinerja bank. Faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja perbankan adalah besarnya kredit bermasalah (NPL) yang dimiliki oleh bank.

46

API (Arsitektur Perbankan Indonesia) merupakan policy direction dan policy recommendations untuk industri perbankan nasional dalam jangka panjang. Keberadaan API memiliki tujuan yang sangat fundamental yaitu terciptanya struktur industri perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Setiap bank diharapkan untuk melihat kembali kemampuan dan sumber daya masing-masing apakah mereka mempunyai tujuan jangka panjang untuk menjadi bank internasional, bank nasional, atau menjadi bank spesialis yang memiliki fokus kegiatan tertentu. Metodologi penelitian dalam penelititan ini berupa data sekunder yaitu laporan keuangan bank periode Januari-Desember 2007. Metode analisis yang digunakan adalah independent samples t test dan analisis diskriminan. Hasil analisis menggunakan metode independent samples t test menunjukkan bahwa kinerja bank fokus dan bank terbatas jika dilihat dari NPL, CAR, LDR, EATAR dan ROA cenderung sama sedangkan jika dilihat dari BOPO, kinerja bank fokus cenderung lebih baik dibandingkan bank terbatas. Hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa pengelompokkan bank berdasarkan kemampuan modalnya jika dilihat dari kredit bermasalah (NPL), rasio kecukupan modal (CAR), likuiditas (LDR dan EATAR), dan rentabilitas (BOPO dan ROA) dapat memprediksi pengelompokkan bank berdasarkan kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), dengan variabel yang paling dominan adalah rasio BOPO dan variabel paling lemah adalah rasio NPL.

Anda mungkin juga menyukai