2 (2008) p: 103-113
PEMETAAN EROSI DAS LUKULO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
Puguh Dwi Raharjo dan Saifudin
Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jl. Karangsambung KM.19 Kebumen, Jawa Tengah Telp.(0287) 5506953; HP +628156719080 Corresponding author: puguh.draharjo@yahoo.co.id
Abstract
Lukulo Upstream Watershed is one of watershed residing in Central Java covering 3 sub-province, Kebumen, Banjarnegara, and Wonosobo. Rain season discharge of Luk Ulo river mount sharply and very small at dry season. Most farms is used for the forest of production (pinus) and non irrigated dry field. Exploiting of natural resources which not according to land capability and regional planology, its can causes the happening of erosion, land slide, water deposit decrease and also generate the problem of floods, sedimentation and dryness. Infiltration capacity ill assorted with rainfall result some of rain turn into surface runoff which cause erosion. Evidence of erosion storey on the upstream watershed can be seen from height mount sedimentation of especial of the river stream exploited by society as mineral. Usage of remote sensing and GIS (Geographic Information System) can be used for the mapping of erosion storey that is using by USLE method. This research use Landsat TM satellite censor. Parameters which used in USLE methods is Rain Erosivity Index, Soil Erodibility Indek, Land Conservtion (CP), Length and Slope (LS), only Rain Erosivity Index which cannot be tapped by remote sensing. got result that very heavy erosion storey in Lukulo Upstream Watershed is countryside of Wadasmalang, Langse, Wonotirto, Kalibening, Denial, Kebutuhjurang, Seboro, Pagedangan, Gunungjati, Kebondalem, Duren, Lebakwangi and of Kedunggong, and heavy erosion class there are countryside of Giritirto and Pesangkalan. Key words: Lukulo, Watershed, erosion, USLE, remote sensing and GIS
Pendahuluan
DAS Lukulo Hulu merupakan salah DAS yang terletak di daerah Propinsi Jawa Tengah dengan koordinat 340.000 mT 365.000 mT dan 916.0000 mU - 917.5000 mU. Secara Administrasi DAS Lukulo Hulu ini meliputi 3 (tiga) kabupaten, yakni Kabupaten Kebumen, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Wonosobo. DAS Luk Ulo mempunyai anakanak sungai antara lain K.Kating, K. Sentol, K. Kedung Bener, K. Gebang, K. Cacaban, K. Mondo, K. Cangkring, K. Loning dan K. Maetan dengan luas 675,53245 km2, sedangkan yang masuk wilayah Kebumen seluas 572,84365 km2. Panjang sungai sungai sekitar 68,5 km, pola aliran dominan denritik di bagian atas hingga tengah, sedangkan dari tengah ke bawah pola aliran berbentuk paralael hingga sub paralel. Fisiografi bagian upperstream berupa perbukitan, pegunungan dan lembah antar pegunungan. Curah hujan di bagian upperstream berkisar antara 2500 mm/tahun
sampai
3250
mm/tahun,
dan
bagian
Kerusakan DAS sering dipicu oleh perubahan tata guna lahan akibat naiknya tingkat kebutuhan hidup manusia serta lemahnya penegakan hukum. Penggunaan lahan merupakan bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik materiil maupun spiritual. Perkembangan bentuklahan ditentukan oleh proses pelapukan dan perkembangan tanah, erosi, gerakan massa tanah, banjir, sedimentasi, abrasi marin, oleh agensia iklim., gelombang laut, gravitasi bumi, dan biologi termasuk manusia. Perubahan bentuk lahan berpengaruh terhadap kondisi tanah, tata air (hidrologi), potensi bahan tambang, potensi bencana seperti banjir, erosi, dan longsor lahan, vegetasi, dan
104
kegiatan manusia dalam bidang pertanian, permukiman, kerekayasaan, industri, rekreasi, dan pertambangan. Secara garis besar, penggunaan lahan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan ke dalam macam penggunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat di atas lahan tersebut. DAS Lukulo merupakan salah satu DAS yang mempunyai tingkat erosi yang tinggi, hal tersebut terlihat dari sedimen-sedimen yang dihasilkan. Proses terkikisnya dan terangkut nya tanah oleh media alami yang berupa air (air hujan) memberikan sedimentasi yang tinggi pada sungai dan terendapkan membentuk poin bar-poin bar. Erosi ini dapat mempengaruhi produkti-vitas lahan yang biasanya mendominasi DAS bagian hulu dan dapat memberikan dampak negatif pada DAS bagian hilir (sekitar muara sungai) yang berupa hasil sedimen. Penggunaan data penginderaan jauh dan pemodelan dengan menggunakan SIG (sistem Informasi Geografis) dapat digunakan untuk prediksi tingkat erosi suatu wilayah sehingga dapat digunakan dalam pengelolaan DAS.
Kajian ini dilaksanakan pada DAS Luk Ulo hulu yang meliputi sub DAS Loning, sub DAS Maetan, sub DAS Medono, sub DAS Lokidang, sub DAS Cacaban, sub DAS Gebang dan sub DAS Welaran. Waktu kajian dilakukan antara bulan Agustus Oktober 2008. Bahan dan peralatan yang diperlukan dalam kajian ini dapat dirinci sebagai berikut: a. Beberapa peta tematik, di antaranya peta jaringan sungai di dalam DAS Luk Ulo Hulu, peta RBI digital skala 1 : 25.000, Citra Landsat TM wilayah kajian, peta iklim (peta curah hujan) serta data sekunder curah hujan. b. Komputer dengan aplikasi sofware untuk SIG c. Kertas kalkir, kertas milimeter, kertas dot grid, planimeter, kalkulator, penggaris, peralatan menggambar dan alat tulismenulis; lapangan dan
Analisis tingkat bahaya erosi dilakukan dengan cara memperkirakan (memprediksi) laju erosi tanah pada satuan-satuan lahan. Sedangkan untuk menghitung laju erosi tanah digunakan pendekatan persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) sebagai berikut:
105
Gambar 1. Lokasi Penelitian DAS Lukulo Hulu Jawa Tengah Erosivitas Hujan merupakan kemampuan hujan untuk mengerosi tanah. Semakin tinggi nilai erosivitas hujan suatu daerah, semakin besar pula kemungkinan erosi yang terjadi pada daerah tersebut. Erodibilitas merupakan suatu ketahanan dari tanah yang yang menunjukkan resistensi partikel tanah terhadap pengelupasan dan transportasi partikel-partikel tanah oleh adanya energi kinetik air hujan dan ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah. Pada pembuatan peta indek panjang dan kemiringan lereng, panjang lereng dapat diabaikan dan yang berpengaruh hanya kemiringan lereng (kemiringan lereng berpengaruh 3x panjang lereng terhadap erosi) didasarkan pada satuan topografi pada wilayah penelitian. Pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi adalah (1) melalui fungsi melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan, (2) menurunkan kecepatan air larian, (3) menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya dan (4) mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air (Chay asdak, 1995: 452). Gambar 2. merupakan diagram alir penelitian.
106
Penutup Lahan
Kemiringan Lereng
Jenis Tanah
Indeks CP
Indeks LS
Indeks Erodibilitas
Indeks Erosivitas
EROSI (ton/ha/thn) Gambar 2. Diagram Alir Penelitian Pada daerah penelitian indek erosivitas berkisar antara 155 sampai 228. Penyebaran indek-indek erosivitas DAS Lukulo hulu adalah sebagai berikut: Indek Erosivitas Hujan 218 228 terdapat dibagian utara yang meliputi desa Kebondalem, Duren, Lebak-wangi, Majalengka, Gentansari, Kebutuh-duwur, Gunungjati, Pagedongan, Twelagiri, Argosasoka, Ampelsari, Pasangkalan, Cendana, Pringamba, Kedunggong, Kaliguwo, Tabel 1. Nilai Erosivitas di Pos Stasiun Hujan Nama Alian Karangsambung Karanggayam Kaligendhing Waduk sempor Sadang x 357121 353042 344300 354020 333873 359731 y 9157251 9165420 9160682 9162491 9162245 9169107 CH rata-rata bulanan (cm) 24.52 26.65 22.73 22.23 34.48 29.00 R (cm) 171.42 192.02 154.61 150.00 272.52 215.40 Pesodongan, Ngasinan, Lamuk, Pucungkerep, Gambaran, dan Panawaren. Daerah ini merupakan suatu daerah perbukitan dengan jenis batuan yang komplek. Indek Erosivitas Hujan 207 218 terdapat dibagian tengah DAS yang meliputi desa Petir, Wanadri, sebagian Kebutuhjurang, Giritirto, Seboro, Sadang Kulon, Sadang Wetan, Wonosari, Cangkring, Lancar, Somagede, Kalidadap, Lebak, Ngadisono, dan Purwosari.
107
Hujan 165 176 terdapat dibagian tengah selatan yang meliputi desa Pagebangan, sebagian Clapar, sebagian Logandu, sebagian Kebakalan, sebagian Banioro, sebagian kalisan. Watumalang, dan Peniron. Indek Erosivitas Hujan 155 165 terdapat didaerah outlet pada DAS yang meliputi desa Karangrejo, Langse, dan Kaligending. Gambar 3. Merupakan Peta Indek Erosivitas Hujan DAS Lukulo Hulu. Tabel 2. Nilai Erodibilitas DAS Lukulo Hulu Luas (Ha) No. Kelas 1 2 3 4 rendah sedang tinggi sangat tinggi 306.510 9166.317 268.329 16852.065
Pemetaan Indeks Erodibilitas Tanah Pada penelitian ini Erodibilitas tanah diukur di lab berdasarkan analisis contoh tanah untuk tekstur, permeabilitas, kadar bahan organik, dan pengamatan klas struktur tanah. Besar nilai K ditentukan dengan menggunakan nomograf. Tabel 2. Merupakan Tabel nilai erodibilitas pada daerah penelitian diklasifikasikan sebagai berikut:
Range Nilai 0.11 - 0.20 0.21 - 0.32 0.41 - 0.55 0.56 - 0.64
108
109
Tabel 3. Penilaian Kelas Kemiringan Lereng (LS) Topografi Landai Agak curam curam sangat curam terjal Kemiringan Lereng (%) 0-5 5 -15 15 - 35 35 -50 > 50 Nilai LS 0,25 1,20 4,25 9,50 12,00 Hektar 3950,280 7455,290 8960,463 3888,190 2381,101
larian, (3) menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya dan (4) mem-pertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air (chay asdak, 1995: 452). Tabel 4. merupakan tabel nilai konservasi dan pengelolaan tanaman DAS Lukulo Hulu. Nilai faktor CP 0.00 merupakan suatu penggunaan lahan yang tidak memerlukan suatu konservasi karena semua lahannya tidak ditanami oleh tanaman, aliran air tidak berfungsi dalam melakukan penggerusan permukaan. Sebagai contoh Jenis penggunaan pemukiman dan tubuh air tidak memerlukan sutau konservasi tanah dan pengelolaan tanaman yang merupakan 100% tanah tertutup. Tubuh air merupakan suatu tempat terkonsentrasinya beberapa sedimen dari permukaan pada DAS. Dalam konversi nilai CP terhadap tabel perkiraan factor CP berbagai jenis penggunaan lahan di jawa (abdurachman dkk.,1984) jenis penggunaan lahan tanah ladang didaerah penelitian merupakan tanaman pertanian biji-bijian. Tanaman ini biasanya mempunyai tingkat penguraian tanah tinggi sehingga tanah akan menjadi remahremah dan mudah ter-erosi. Gambar 6. Merupakan peta indek konservasi tanah dan pengolahan tanaman DAS Lukulo Hulu.
Tanam DAS Lukulo Hulu Konservasi Tanah dan Pengelolaan Tanaman Sebagian Berumput tanpa tumbuhan bawah tanpa seresah kebun-talun 100% endapan 100% tanah tertutup penutupan tanah sebagian ditumbuhi alang-alang padi urigasi 1 tahun tanam - 1 tahun bero
Luas(ha) 354.8 2283.7 776.3 11050.4 26.7 1906.5 2.5 764.1 4506.4
110
Tanah Ladang
0.51
4964.1
Gambar 5. Peta Indek Panjang dan Kemiringan Lereng DAS Lukulo Hulu Dari peta tersebut dapat diketahui bahwa pada DAS Lukulo hulu ini sebagian besar nilai CP 0.02. Nilai CP 0.00 tersebut merupakan jenis penggunaan lahan pemukiman dan tubuh air. Jenis penggunaan lahan tanah ladang yang mempunyai nilai CP besar yaitu 0.51 juga banyak tersebar di lokasi penelitian serta lahan hutan yang ditanamai pohon pinus tanpamempunyai tanaman bawah dan seresah CP 0.5. Penyebaran CP 1.00 yaitu berupa endapan tererosi hanya terlihat di satu bagian di sekitar sungai yang hal tersebut menandakan bahwa daerah lokasi pengendapan tersebut merupakan suatu daerah yang landai dan sering terkena banjir. Konsentrasi kemudahan penggunaan lahan untuk ter-erosi penyebarannya bayak terdapat disebelah barat dan tengah pada DAS Lukulo Hulu yang sebagian besar berupa tanah ladang dengan tanama pertanian yang berupa biji-bijian. Secara kerapatan tajuk tanaman ini merupakan tanama dengan kerapatan jarang, bertekstur kasar, kemampuan tanaman dalam stroughfall dan streamfall sangat kecil, sehingga penggerusan permukaan tanah permukaan besar. terhadap aliran air
Pemetaan Erosi (USLE) Pemetaan erosi pada penelitian ini menggunakan metode USLE yang merupakan perkalian antara nilai erosivitas, nilai erodibilitas, faktor kelerengan serta faktor pengelolaan lahan. Dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi maka tingkat erosi dalam DAS dapat dipetakan secara spasial. Proses pemetaan erosi dengan menggunakan metode USLE ini merupakan suatu overlay dari beberapa parameter yang telah dilakukan suatu penghitungan. DAS Lukulo hulu merupakan suatu DAS dengan tingkat erosi yang relatif tinggi, hal tersebut karena daerah ini merupakan daerah yang hampir sebagian besar permukaannya berupa perbukitan serta kondisi tanah yang kurang resisten atau mudah terbawa oleh tenaga kinetik air hujan. Tabel 5. merupakan tabel tingkatan erosi pada DAS Lukulo Hulu
111
Gambar 6. Peta Konservasi Tanah dan Pengolahan Tanaman DAS Lukulo Hulu Tabel 5. Tabel Erosi DAS Lukulo Hulu Tingkat Erosi Jumlah (ton/ha/tahun) Luas, (hektar) sangat ringan ringan sedang berat sangat berat < 15 15 - 60 60 - 180 180 - 480 > 480 13787.088 6076.038 3804.078 1564.231 1399.518
112
dan anggota batu gamping formasi napal. Kriteria erosi sedang mempunyai luasan sebesar 3804.078 hektar (14,28%) dengan jumlah erosi 60 sampai 180 ton/ha/tahun dan penyebarannya di sebelah barat dan timur pada DAS Lukulo Hulu. Kriteria erosi berat mempunyai luasan sebesar 1564.231 hektar (5,87%) dengan jumlah erosi 180 sampai 480 ton/ha/tahun dan erosi sangat berat seluas 1399.518 hektar dengan jumlah erosi lebih dari 480 ton/ha/tahun (5,26%). Meskipun luasan erosi dengan kriteria berat dan sangat berat ini hanya sedikit akan tetapi kriteria erosi berat sam pai sangat berat terjadi pada DAS Lukulo Hulu. Sungai Lukulo mempunyai tipe sungai yang meander pada sungai utamanya,
bentukan-bentukan lahan tersebut akibat tenaga fluvial. Bentuklahan fluvial dipenga-ruhi oleh adanya tenaga air yang mengalir sehingga proses erosi, transportasi dan sedimentasi dari material-material permukaan di proses pada zona ini. Karena adanya proses meandering maka pada sungai tersebut banyak ditemukan poin bar-poin bar yang merupakan material yang terendapkan oleh transportasi air. Proses hydrolic action yang berupa menumbuk, menggerus dan menggendapkan sangat intensif terjadi. Pertumbuhan penduduk yang semakin padat akan diiringi dengan peningkatan kebutuhan lahan.
Kelestarian sumberdaya alam menjadi terganggu, sebagai akibatnya hutan atau vegetasi semakin berkurang dan lahan mengalami kerusakan. Pengurangan luas hutan sampai saat ini masih berarti sebagai suatu kerusakan hutan akibat eksploitasi terhadap sumberdaya alam tersebut yang kurang memperhatikan azas kelestarian, disamping akibat kebakaran hutan dan juga sebab-sebab lain di dalam pengelolaan hutan.
Kondisi ini juga didukung oleh adanya penambangan penambangan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Zonazona wilayah yang mempunyai kondisi fisiografi berupa perbukitan akan semakin tidak terkontrol oleh kerusakan-kerusakan tersebut sehingga permukaan semakin tidak stabil.
113
Kesimpulan
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara fisik DAS Lukulo hulu sebagian besar mempunyai tingkat kelerengan yang curam yaitu sekitar 33,64 % dengan curah hujan tinggi lebih dari 3.000 mm/th sehingga DAS Lukulo hulu ini memiliki aliran permukaan yang tinggi dan mengakibatkan erosi -sedimentasi pada sistem sungai. Dengan menggunakan data penginderaan jauh dan SIG kelas erosi sangat berat di DAS Lukulo Hulu meliputi desa Wadasmalang, Langse, Wonotirto, Kalibening, Pesangkalan, Kebutuhjurang, Seboro, Pagedangan, Gunungjati, Kebondalem, Duren, Lebakwangi dan Kedunggong, dan kelas erosi berat terdapat di desa giritirto, pesangkalan, dan tersebar merata pada DAS.
Daftar Pustaka
Blij, Muller. 1993. Phisical Geography of The Global Environment. Jonh Wiley & Sons lnc. Canada M, Darmawijaya. 1992. Klasifikasi Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada University Press Priyatna 2001. Indek Erodibilitas dan potensi erosi pada kebun kopi rakyat dengan umur dan lerengb yang berbeda . Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian. Volume 3, Nomor 2. hal: 84-88 Strahler. 1951. Physical Geography. Jonh Wiley & Sons lnc. Canada Yusmandani. 2002. Pengukuran Bahaya Erosi Sub DAS Cipaminggis Kabupaten Bogor. Buletin Teknik Pertanian. Vol. 7 Nomor 2. Hal 44 47 http://rsandgis.com diakses tgl 13 September 2008 jam 09.31 wib http://geo.unesa890m.com. 14 Sept-2008, jam 10.00