Anda di halaman 1dari 45

TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS

A. TINJAUAN TEORITIS 1.Konsep Dasar Kista Ovarii a. Pengertian Kista ovarium adalah suatu kantong abnormal berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam indung telur (ovarium).(www.IT GUIDE Cybertech. 2006). Kanker ovarium adalah bentuk neoplasma yang sering ditemukan pada wanita dan terjadi baik dari epitel pemukaan sel-sel benih maupun tali benih stroma. (Robbin Contran Kumar, 1999). b. Patofisiologi Penyebab terjadinya kista ovarium secara pasti belum bisa diketahui, namun ada beberapa faktor predisposisi yang dapat meningkatkan resiko terrjadinya kista ovarium, antara lain adanya riwayat kanker ovarium dalam keluarga, khususnya ibu atau saudara perempuan, menopause yang lambat, kehamilan pertama setelah berusia lebih dari 30 tahun, riwayat kanker payudara, kanker kolon yang juga dapat meningkatkan resiko kista ovarium. Beberapa faktor lain yang juga berpengaruh adalah infertilitas terutama penggunaan obat-obatan infertilitas untuk menstimulasi ovulasi. Secara umum pertumbuhan jaringan abnormal di ovarium yang telah diawali oleh adanya faktor predisposisi diatas yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hormonal. Pada gejala dini tanda dan gejala yang mungkin muncul adalah rasa berat pada panggul, sering berkemih, keadaan tidak nyaman di abdomen, distres gastrointestinal, nyeri pada abdomen pada tahap lanjut, selain itu gejala diperut yang samar-samar yang dapat dilihat adalah konstipasi, mual, anoreksia. Pada kanker ovarium stadium lanjut dapat bermetastase dengan invasi langsung ke organ terdekat pada abdomen dan panggul selain itu cairan yang mengandung sel ganas dapat masuk ke limfe menuju pleura sehingga akhirnya menyebabkan efusi pleura.
1

c. Pemeriksaan Diagnostik 1) USG Dapat digunakan untuk melihat massa dan mengidentifikasi letak atau batas tumor. 2) Foto Thorax Untuk mengetahui adanya metastase ke paru 3) IVP Untuk mengetahui invasi kekandung kemih 4) CT Scan dan MRI Untuk mengetahui adanya tekanan nodus limfe 5) Pemeriksaan Darah Lengkap dan Kimia Darah Untuk mengetahui perubahan pada komponen darah. Penurunan Hb dapat menunjukkan Anemia Kronis, sementara penurunan Ht menunjukkan kehilangan darah aktif sedangkan peningkatan sel darah putih dapat mengidentifikasi proses inflamasi atau infeksi. 6) Laparoskopi Untuk mengetahui keterlibatan usus dan sistem gastroinestinal. 7) Dilatasi dan Kuretase dengan Biopsi Memungkinkan pemeriksaan kispatologis sel untuk menentukan adanya atau lokasi kanker. 8) Pemeriksaan PA Pasca Operasi Untuk melihat adanya keganasan. d. Penatalaksanaan Medis 1) Operatif a) Kistektomi
2

Adalah tindakan pembedahan untuk mengangakat kista tanpa pengangkatan uterus.( Mansjoer, 1999) b) Histerektomi (1) Pengertian Histerektomi adalah pengangkatan uterus melalui pembedahan, untuk kondisi keganasan dan bukan keganasan dilakukan

tertentu(contoh:

Endometriosis/tumor). Untuk mengontrol perdarahan yang mengancam jiwa, infeksi pelvis yang tidak sembuh-sembuh atau ruptur uterus yang tidak dapat diperbaiki (Doengoes, 2000). (2) Indikasi Dilakukan pada myoma yang besar dan multiple. (3) Jenis-jenis Histerektomi (a) Histerektomi Vaginal Dapat dilakukan pada kondisi tertentu, seperti prolaps uteri, sistokel/rektokel, karsinoma insitu, dan risiko kegemukan. Ini dikontraindikasikan bila diagnosis tak jelas. (b) Histerektomi Tipe Abdominal ((1)) Sub Total (Parsial) : Badan uterus diangkat, puntung servik dipisahkan ((2)) Total : Pengangkatan uterus dan serviks ((3)) Total dengan Salpingo-ooforektomi bilateral : pengangkatan uterus, serviks, tuba palopii dan ovarium adalah pengobatan untuk kanker invasif, tumor fibroid yang cepat tumbuh dan menghasilkan perdarahan abnormal berat, dan endometriosis yang melibatkan organ pelviks lain. 2) Radioterapi

Radioterapi umumnya hanya dikejakan bila terdapat kontra indikasi untuk tindakan operasi, dengan tujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause. 3) Kemoterapi Adalah suatu tindakan pengobatan yang digunakan untuk membunuh sel kanker dengan menghambat perkembangannya, indikasi kemoterapi biasanya lebih efektif saat inti tumor masih kecil. Jenis sitostatika yang biasa diberikan adalah : a) CAP (Cyclophosphamide, Adriameycine dan Cisplatinum) b) PBV (Platamin, Bleosyn dan Vincristin) c) VAC (Vincristin. Actinomycin dan Cyclophosphamide) e. Penatalaksanaan Keperawatan 1 )Mengurangi Nyeri Kolaborasi dalam pemberian analgetik, mencegah syok dan sinkope akibat nyeri yang luar biasa. Tindakan mandiri perawat yang bisa mengurangi nyeri yaitu tehnik distraksi dan relaksasi. 2) Penyuluhan pasien tentang pentingnya tehnik aseptik dalam merawat luka dirumah 3) Mencegah kekurangan volume Cairan 4) Mempertahankan integritas kulit 5) Memberikan nutrisi yang adekuat 6) Mengurangi ansietas

f. Penatalaksanaan Praoperatif 1) Memberi penjelasan pada pasien tentang prosedur pembedahan 2) Perawat menyiapkan pasien untuk pembedahan
4

3) Infus IV digunakan untuk mencegah kekurangan cairan 4) Terapi antibiotik dapat diberikan untuk mencegah infeksi g. Penatalaksanaan Pasca Operatif 1) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi 2) Pantau cairan masuk dan cairan keluar 3) Meminimalkan/batasi pergerakan pasien 4) Terapkan tehnik perawatan luka aseptik.

2. Konsep Dasar asuhan Keperawatan Kista Ovarium Pre Operasi a. Pengkajian Pada pengkajian pre operasi pasien dengan kista ovarium biasanya didapatkan data subyektif : Pasien mengatakan rasa penuh diperut, perut terasa kembung, nyeri pada perut bagian bawah, mual, tidak ada nafsu makan, riwayat kanker payudara dan kanker kolon serta ada rasa takut atau cemas. Selain itu akan ditemukan data obyektif : teraba massa pada perut, pembengkakan perut, acites, pengeluaran cairan pervaginam, pasien bertanya-tanya tentang penyakit yang diderita dan cara pengobatannya. Diagnosa yang dapat muncul Menurut Carpenito,L.J (2000) adalah : 1) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, iritasi lambung, mual dan intake makanan kurang
2) gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan destruksi jaringan saraf akibat

inflamasi sel kanker 3) Ganguan istirahat tidur berhubungan dengan efek pengobatan kemoterapi (mual, muntah) 4) Ansietas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang tidak dikenal, ketidak pastian pengobatan, perasaan putus asa dan tidak berdaya, serta kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan.
5

5) Gangguan konsep diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan gaya hidup,

peran dan penampilan. 6) Berduka berhubungan dengan kehilangan potensial fungsi tubuh

b. Perencanaan Perencanaan merupakan tahap kedua dalam proses keperawatan yang terdiri dari prioritas diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan. Tahap awal dimulai dengan memprioritaskan diagnosa keperawatan. 1) Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang paling dikeluhkan pasien :
a) gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan destruksi jaringan saraf

akibat inflamasi sel kanker. b) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, iritasi lambung, mual dan intake makanan kurang c) Ganguan istirahat tidur berhubungan dengan efek pengobatan kemoterapi (mual, muntah) d) Ansietas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang tidak dikenal, ketidak pastian pengobatan, perasaan putus asa dan tidak berdaya, serta kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan.
e) Gangguan konsep diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan gaya hidup,

peran dan penampilan. f) Berduka berhubungan dengan kehilangan potensial fungsi tubuh. 2) Rencana Keperawatan Rencana keperawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan menurut Doengoes (2000) dan Carpenito (2000) :

a) gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan destruksi jaringan saraf akibat inflamasi sel kanker. Tujuan Intervensi : Rasa nyeri pasien berkurang :

(1) Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap,hilang timbul, kolik) Rasional : membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan terapi. (2) Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi Rasional : pengalihan perhatian terhadap nyeri yang dirasakan (3) Observasi vital sign setiap 6 jam Rasional : respon nyeri meliputi perubahan pada tekanan darah, nadi dan pernafasan yang berhubungan dengan keluhan dan tanda vital memerlukan evaluasi lanjut. (4) Kolaborasi dalam pemberian analgetik Rasional : analgetik dapat menghilangkan spasme dan nyeri otot. b) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, iritasi lambung, mual dan intake makanan kurang. Tujuan Intervensi : Kebutuhhan nutrisi terpenuhi :

(1) Berikan makan sedikit dan makanan tambahan yang tepat Rasional : dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah perioda puasa
7

(2) Timbang berat badan setiap hari Rasional : Menimbang berat badan memberikan informasi tentang kebutuhan diet atau keefektipan terapi (3) Pertahankan higiene oral yang baik sebelum dan sesudah makan Rasional : mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan (4) Hindari membaui makanan dan rangsangan yang tidak mengenakkan Rasional : membaui makanan yang tidak mengenakkan dapat meningkatkan rasa mual pasien. c) Ganguan istirahat tidur berhubungan dengan efek pengobatan kemoterapi (mual, muntah) Tujuan Intervensi : Istirahat tidur terpenuhi :

(1) Kaji tingkat tidur pasien Rasional : untuk mengetahui tingkat tidur pasien (2) Ciptakan lingkungan yang nyaman Rasional : lingkungan yang nyaman membantu pasien tidur dengan tenang (3) Anjurkan untuk memilih posisi yang nyaman saat tidur Rasional : posisi yang nyaman dapat meningkatkan jam tidur pasien (4) Observasi tanda vital terutama tekanan darah Rasional : tekanan darah yang rendah (hipotensi) menunjukkan kekurangan tidur pada pasien

d) Ansietas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang tidak dikenal, ketidak pastian pengobatan, perasaan putus asa dan tidak berdaya, serta kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan. Tujuan Intervensi : Ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi :

(1) Beri HE tentang penyakit dan pengobatan yang akan dijalani Rasional : Untuk menambah dapat berkurang. (2) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya Rasional : mengurangi beban yang dirasakan pasien dan mempermudah dalam memberikan intervensi (3) Libatkan pasien dan orang terdekat dalam mengambil keputusan Rasional : meningkatkan rasa kontrol dan kerjasama, menurunkan rasa tak berdaya/putus asa (4) Evaluasi tingkat kecemasan, catat respon verbal dan non verbal Rasional : Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat e) Gangguan konsep diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan gaya hidup, peran dan penampilan. Tujuan Intervensi : Gangguan konsep diri dapat diatasi : pengetahuan pasien sehingga cemasnya

(1) Anjurkan orang terdekat untuk memperlakkukan pasien sebagai orang normal Rasional : Menyampaikan harapan bahwa pasien mampu mengatur situasi dan membantu mempertahankan harga diri pasien
9

(2) Berikan lingkungan yang terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah seksualitasnya Rasional : Meningkatkan pernyataan keyakinan/nilai tentang subyek positif dan mengidentifikasi kesalahan/mitos yang dapat mempengaruhi penilaian situasi (3) Kaji tinggkat dukungan untuk pasien Rasional : Dukungan yang cukup dari orang terdekat dapat membantu peningkatan harga diri pasien (4) Kaji adanya prilaku merusak diri Rasional : Menunjukkkan disfungsi koping dan upaya untuk menangani masalah dalam tindakan tidak efektif f) Berduka berhubungan dengan kehilangan potensial fungsi tubuh. Tujuan Intervensi : Pasien dapat mengekspresikan berdukanya :

(1) Catat adanya pernyataan tarhadap perasaan putus asa, tidak berdaya dan hampa Rasional : Perasaan putus asa, tidak berdaya dan hampa merupakan indikasi untuk mengakhiri hidup (Bunuh diri) (2) Hormati keinginan pasien untuk tidak bicara Rasional : mungkin tidak siap untuk menghadapi perasaan berduka (3) Bersikap tulus jangan memberikan jaminan yang tidak pasti Rasional : Ketulusan dapat meningkatkkan hubungan saling percaya (4) Rujuk pada pelayanan lain, konseling dan sebagainya Rasional : Dengan konseling pasien dapat mengekspresikan perasaannya secara terbuka
10

c. Pelaksanaan Pelaksanaan keperawatan merupakan implementasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya, berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. (Tarwoto, 2003)

d. Evaluasi 1) Kebutuhan nutrisi terpenuhi 2) Rasa nyeri berkurang 3) Istirahat dan tidur terpenuhi 4) Ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi 5) Gangguan konsep diri dapat diatasi
6) Pasien dapat mengekspresikan proses berduka

2. KONSEP DASAR ASKEP POST OPERASI a. Pengkajian 1). Data Subyektif (a) Nyeri diarea bekas operasi (b) Merasa penuh dikandung kemih (c) Merasa tidak nyaman diperut (d) Tidak ada haluaran urine (e) Ketidaknyamanan abdomen (f) Takut penolakan atau reaksi orang terdekat
11

2). Data Obyektif (a) Terdapat luka bekas operasi (b) Menarik diri dan selalu mengeluh tidak berguna (c) Distensi kandung kemih (d) Inkontinensia urine (e) Nyeri tekan pada area bekas operasi (f) Ekspresi wajah meringis 3). Diagnosa Keperawatan (1) Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan otot (2) Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit/jaringan (3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pembedahan, trauma jaringan dan statis jaringan tubuh (4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah jaringan pasca operasi (5) Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal (6) Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan feminitas b. Perencanaan 1). Perencanaan dibuat berdasarkan prioritas kebutuhan menurut hirarki Abraham Maslow, adapun urutan prioritasnya adalah sebagai berikut : (a)Perubahan perfusi jaringan (b)Nyeri akut (c)Perubahan eliminasi urinarius
12

(d) Kerusakan integritas kulit/jaringan

(e)Resiko tinggi infeksi (f) Harga diri rendah 2). Rencana Keperawatan (a) Perubahan perfusi jaringan Tujuan Intervensi : Perfusi jaringan adekuat :

(1) Pantau tanda vital, pengisian kapiler, warna kulit, membran mukosa

Rasional : Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan intervensi yang tepat (2) Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi Rasional : Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark (3) Catat keluhan rasa dingin dan pertahankan suhu lingkungan Rasional : Vasokonstriksi (keorgan vital) menurunkan sirkulasi perifer (4) Kolaborai pemberian oksigen sesuai indikasi Rasional : Memaksimalkan transfor oksigen kejaringan (b) Perubahan eliminasi urunarius Tujuan Intervensi : Eliminasi urine lancar/nomal :

(1) Kaji adanya kateter uretral dan observasi aliran urine Rasional : Mempertahankan potensi ureter dan membantu penyembuhan anastomosis dengan mempertahankan bebasnya urine
13

(2) Catat keluaran urine, sedikit penurunan/penghentian urine secara tiba-tiba Rasional : Penurunan urine secara tiba-tiba dapat mengindikasikan

obstruksi/disfungsi
(3) Observasi dan catat warna urine

Rasional : Warna urine dapat kemerahmudaan yang seharusnya jernih 2-3 hari
(4) Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan adekuat

Rasional : Mempertahankan hidrasi dan aliran urine baik (c) Gangguan rasa nyaman nyeri Tujuan Intervensi : Rasa nyeri pasien berkurang :

(1)Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap,hilang timbul, kolik) Rasional : membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan terapi. (2) Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi Rasional : pengalihan perhatian terhadap nyeri yang dirasakan (3) Observasi vital sign setiap 6 jam Rasional : respon nyeri meliputi perubahan pada tekanan darah, nadi dan pernafasan yang berhubungan dengan keluhan dan tanda vital memerlukan evaluasi lanjut. (4) Kolaborasi dalam pemberian analgetik Rasional : analgetik dapat menghilangkan spasme dan nyeri otot. (d) Kerusakan integritas kulit/jaringan
14

Tujuan Intervensi

: Kerusakan integritas kulit dapat diperbaiki :

(1) Kaji atau catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi disekitar luka Rasional : memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk pada area sirkulasi luka (2) Beritahu pasien agar tidak menggaruk dan menepuk kulit Rasional : Agar luka tidak bertambah luas (3) Gunakan lotion pada kulit yang kering Rasional : Lotion dapat memberikan kelembaban pada kulit (4) Gunakan pakaian lembut dan longgar Rasional : Pakaian yang ketat dapat merusak kulit (e) Resiko tinggi infeksi Tujuan Intervensi : Infeksi tidak terjadi :

(1) Kaji tanda vital terutama suhu Rasional : Peningkatan suhu dapat mengindikasikan terjadinya infeksi (2) Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik terhadap staf dan pengunjung Rasional : Melindungi pasien dari sumber-sumber infeksi (3) Tekankan higiene personal Rasional : Membantu potensial sumber infeksi dan/pertumbuhan sekunder (4) Hindari/batasi prosedur invasif, taati teknik aseptik

15

Rasional : menurunkan resiko kontaminasi, membatasi entri portal terhadap agen infeksi (5) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi Rasional : Antibiotik merupakan obat pencegah infeksi (f) Harga diri rendah Tujuan : Harga diri meningkat Rasional : (1) Dengarkan keluhan pasien dan tanggapannya mengenai keadaan yang dialami Rasional : Memberikan petunjuk bagi pasien dalam memandang dirinya, adanya perubahan peran dan kebutuhan dan berguna untuk memberikan informasi pada saat tahap penerimaan. (2) Anjurkan kepada orang terdekat untuk memperlakukan pasien senormal mungkin Rasional : Melibatkan pasien dalam keluarga mengurangi perasaan terisolasi dari lingkungan sosial, tidak berdaya dan perasaan tidak berguna (3) Berikan informasi yang akurat diskusikan tentang pengobatan dan prognosa Rasional : Informasi yang akurat dapat memberikan pengetahuan yang luas sehingga pasien bisa menerima keadaannya (4) Perhatikan perasaan atau reaksi terhadap kecemasan seksual pasien Rasional : Prilaku mungkin kacau. Menciptakan konflik pasien/staf yang selanjutnya membuat perasaan negatif dan dapat menghilangkan keinginan pasien untuk berpartisipasi.

c. Pelaksanaan

16

Pelaksanaan keperawatan merupakan implementasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya, berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. (Tarwoto, 2003)

d. Evaluasi 1) Perfusi jaringan adekuat 2) Eliminasi urinarius lancar/normal 3) Rasa nyeri berkurang
4) Kerusakan integritas kulit dapat diperbaiki

5) Infeksi tidak terjadi 6) Harga diri meningkat

17

WOC

18

Daftar Pustaka
Carpenito, L.J. (2000). Dasar patologi penyakit (edisi ke-5). Jakarta : EGC. Doenges, M. E,Moorhouse, M. F, Geisslen, A. C (1999). Rencana asuhan keperawatan (Edisi ke 6). Jakarta : EGC. Hembing. (2006). Mencegah & mengatasi penyakit kewanitaan dengan tumbuhan obat. www.IT GUIDE Cybertech. Mansjoer, A. (1999). Kapita selekta kedokteran (Edisi ke -3). Jakarta : EGC. Manuaba, I. B. G (2001). Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Jakarta : EGC. Robbin. (1998). Dasar patologi penyakit (Edisi ke-5).Jakarta : EGC.

19

B. TINJAUAN KASUS 1. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 Juli 2008 pukul 16.00 wita di ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar. Data diperoleh dengan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. a. Pengumpulan Data 1) Identitas Nama Umur Jenis Kelamin Pendidikan Status Suku/Bangsa Pasien : M.S : 50 tahun : Perempuan : SMA : Menikah : Bali/indonesia Penanggung W.S (Suami) 53 tahun Laki-laki SMA Menikah Bali/Inddonesia
20

Agama Pekerjaan Alamat

: Hindu : Ibu Rumah tangga : Jln. Krakatau No.1 Denpasar

Hindu Pegawai Swasta Jln. Krakatau No.1 Denpasar

2) Alasan Dirawat a) Keluhan Utama (1) Keluhan saat masuk rumah sakit Nyeri pada daerah perut kiri dan kanan sampai ke pinggang sejak 1 bulan yang lalu (28 Mei 2008). (2) Keluhan saat pengkajian Pasien mengeluh nyeri pada daerah luka operasi.

b) Riwayat penyakit Pasien mengatakan nyeri pada daerah perut bagian kanan dan kiri bawah sampai ke pinggang sejak 1 bulan yang lalu (28 mei 2008). Oleh suaminya pasien diantar kedukun. Disana pasien diberikan tirta, setelah diminum, pasien tidak mengalami perubahan dan pasien merasakan perutnya tambah besar. Suaminya segera mengajaknya kedokter spesialis bedah, pasien diberi obat (nama obat lupa) tetapi tidak ada perubahan. Suami pasien kembali mengajak pasien kedokter spesialis bedah, tetapi disarankan untuk ke dokter spesialis kandungan. Tanggal 6 juli 2008,
21

pasien datang berobat kedokter kandungan. Setelah diperiksa dan dilakukan USG (hasil lupa dan hilang) oleh dokter, dikatakan bahwa terdapat tumor pada kandungan pasien dan disarankan untuk operasi. Atas inisiatif suaminya, tanggal 7 juli 2008, pasien diajak ke poliklinik Kebidanan RSUP Sanglah Denpasar, setelah dilakukan pemeriksaan palpasi abdomen teraba massa di supra simpisis abdomen, nyeri tekan tidak ada, riwayat perdarahan tidak ada. Kemudian pasien didiagnosa Myoma Uteri dan Kistoma Ovarii Dextra. Pasien disarankan untuk operasi. Tanggal 8 Juli 2008 pasien memeriksakan darahnya dilaboratorium dan didapatkan Hb 7,99 g/dl. Atas saran dokter, pasien dianjurkan rawat inap di ruang Cempaka Timur untuk mendapatkan transfusi darah sampai Hb mencapai 10 g/dl. Pada tanggal 9 Juli pasien masuk rumah sakit dan mendapat transfusi darah sebanyak 2 kolf untuk persiapan operasi dan tangga 10 Juli 2008 pasien mendapatkan transfusi lagi 2 kolf. Pada saat melakukan transfusi tidak ada reaksi alergi atau peningkatan suhu tubuh. Pada tanggal 11 Juli 2008, Hb pasien mencapai 11,7 g/dl dan pasien mendapatkan terapi Neomycin 3 x 1 tablet. Setelah mendapatkan terapi Neomycin keadaan umum baik, reaksi alergi tidak ada. Pada tanggal 15 Juli 2008 pukul 08.00 wita pasien menjalani operasi histerektomi dengan general anastesi dan pukul 11.00 wita datang dari ruang operasi dengan kesadaran compos mentis, terpasang infus dextrose 5%, 28 tetes/menit. Diagnosa medis : Post Histerektomi hari ke-0 oleh karena Myoma Uteri Dan kistoma Ovarii Dextra. Terapi (15 Juli 2008):
22

(1) Kedacilin 3 x 1 gam (2) Alinamin F 3 x 1 garm (3) Vitamin C 2 x 1 ampul (4) IVFD Dextrose 5% 28 tetes/ menit (5) Tramal sup 2 x 1 gram c) Riwayat Obstetri (1) Riwayat menstruasi Menarche umur 13 tahun, sklus haid setiap bulan 28 sampai 30 hari. Lama haid 4-5 hari dengan warna merah kecoklatan, konsistensi encer, bau amis, banyaknya darah 50 cc (1 sampai 2 kali mengganti pembalut) Dismenorhae tidak ada setiap haid. Sejak umur 48 tahun sampai sekarang sudah mengalami menopause dan tidak mengalami haid lagi.

(2) Riwayat perkawinan Pasien mengatakan menikah pada umur 23 tahun menikah satu kali lama perkawinan 27 tahun. (3) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas. Pasien mempunyai 3 orang anak. Anak pertama lahir normal di Bidan, Berat lahir 2500 gram, jenis kelamin perempuan, sekarang berumur 26
23

tahun. Anak kedua lahir normal dengan berat 3500 gram di Bidan dengan jenis kelamin laki-laki, sekarang berumur 23 tahun dan anak ketiga lahir dioperasi di rumah sakit swasta dengan berat 3500 gram, jenis kelamin laki-laki, sekarang berumur 12 tahun. (4) Riwayat penggunaan alat kontasepsi Setelah melahirkan anak kedua, pasien mengatakan pernah memakai IUD (Spiral) selama 8 tahun, setelah melahirkan anak ketiga pasien langsung steril karena tidak ingin mempunyai anak lagi. d) Penyakit yang pernah diderita Pasien mengatakan tidak pernah mengidap penyakit keturunan seperti jantung, asma, diabetes, hipertensi. Penyakit menular seperti AIDS,TBC dan penyakit kandungan seperti Myoma uteri dan Kista Ovarii. e) Riwayat penyakit keluarga Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengidap penyakit keturunan seperti jantung, asma, Diabetes militus, hipertensi. Penyakit menular seperti AIDS,TBC dan penyakit kandungan seperti Myoma uteri dan Kista Ovarii. 3) Data Bio, psiko, sosial, spiritual. a) Data Biologis (1) Bernafas

24

Sebelum sakit, saat sakit dan saat pengkajian pasien mengatakan tidak pernah mengalami kesulitan dalam bernafas baik saat menarik maupun saat mengeluarkan nafas. (2) Makan dan Minum Sebelum sakit pasien mengatakan biasa makan 3x sehari dengan porsi habis tiap kali makan, dengan menu nasi, sayur, lauk pauk dan minum 7-8 gelas perhari (1800-2400cc). Saat sakit, nafsu makan pasien menurun (sering tidak habis atu porsi). Saat pengkajian pasien masih puasa, pasien mengatakan haus dan selalu ingin minum. Cairan masuk 1100 cc (dari cairan infus saat dikamar operasi). (3) Eliminasi BAB : Sebelum sakit, saat sakit dan saat pengkajian pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan dalam BAB. Pasien biasa BAB satu kali sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning, kecoklatan, lendir tidak ada, flatus ada satu kali. Sebelum operasi (Pukul 04.00 wita) pasien dilakukan lavement dan didapatkan hasil adanya kotoran berwarna kuning, konsistensi encer. BAK : Sebelum sakit, saat sakit mengatakan tidak mengalami kesulitan dalam BAK. Pasien biasa BAK 4-5 kali sehari (1000-1500 cc perhari) dengan bau pesing, warna kuning. Sebelum berangkat ke kamar operasi pasien BAK satu kali ( 150 cc). Saat pengkajian pasien terpasang dower kateter dengan volume cairan 500 cc (dari jam 11.00 sampai 16.00 wita),

25

warna kuning. Jadi ciran keluar keseluruhan adalah 700 cc (kencing pagi + volume cairan dari dower kateter + drain 50 cc). (4) Istirahat dan Tidur Sebelum sakit dan saat sakit, pasien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam istirahat tidurnya. Pasien mengatakan biasa tidur pukul 21.00 wita sampai 05.00 wita dan istirahat siang 1 jam. Sebelum menjalani operasi pasien mengatakan istirahat dan tidurnya tidak mengalami gangguan. Pasien mengatakan tidur mulai pukul 20.00 wita sampai 05.00 wita dan istirahat siang 2 jam. Saat pengkajian pasien mengatakan kepalanya masih pusing, pasien mengatakan sudah sadar saat sampai di ruang Cempaka Timur pukul 11.00 wita. Pasien mengataka tertidur selama 2 jam. (5) Gerak dan Aktivitas Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasien biasa melakukan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga. Saat sakit pasien sulit beraktivitas (terbatas) karena nyeri yang dirasakan dan perutnya yang semakin membesar. Saat pengkajian pasien mengatakan badannya lemah, pasien mengatakan tidak bebas bergerak karena terpasang infus di tangan kanan dan selang kateter di kelaminnya. Setiap bergerak/ bergeser pasien sangat berhati-hati dan tampak meringgis. Kebutuhan pasien dibantu oleh keluarga dan perawat. (6) Kebersihan diri

26

Sebelum sakit dan saat sakit pasien mengatakan, biasa mandi dua kali sehari di kamar mandi, pasien biasa mengganti pakaian setiap habis mandi. Pasien biasa keramas tiga kali seminggu dengan memakai shampo dan mengatakan biasa menggosok gigi. Sehari sebelum operasi sudah mandi, keramas dan gosok gigi. Saat pengkajian kebersihan pasien cukup (7) Pengaturan suhu tubuh Sebelum sakit dan saat sakit, pasien mengatakan tidak pernah mengalami peningkatan suhu tubuh. Saat pengkajian, pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh. b) Data Psikologis (1) Rasa Nyaman Pasien mengeluh nyeri perut bekas luka operasi terutama dirasakan bila pasien menggeser posisi, pasien mengatakan nyerinya berkurang bila dalam posisi tidur. Nyeri dirasakan seperti ditoreh pisau. Skala nyeri 5 (sedang) dari 10 skala nyeri yang diberikan. Pasien tampak meringis dan sesekali memegang perutnya pada daerah luka operasi. (2) Rasa Aman Pasien mengatakan khawatir dengan kondisinya, terutama luka operasi di perutnya, pasien sering bertanya Apakah penyebab tumor diperut saya?, Apakah tumor diperut saya bisa kambuh lagi setelah menjalani operasi ? Wajah pasien tampak tegang. Pasien mengatakan bisa menerima kondisinya dan tidak mempermasalahkan kehilangan rahimnya.
27

c) Data sosial Pasien mengatakan, orang terdekat adalah suaminya. Pasien kooperatif terhadap perawat. Setiap diberikan pertanyaan, pasien menjawab namun dengan nada pelan. d) Data Spiritual Pasien beragama Hindu. Sebelum sakit, pasien mengatekan bahwa biasa sembahyang ke pura pada hari-hari tertentu. Sebelum menjalani operasi dan saat pengkajian, pasien mengatakan sembahyang ditempat tidur. e) Pengetahuan Pasien mengatakan sudah pernah bertanya kepada petugas kesehatan (perawat dan dokter) mengenai tumornya bisa kambuh atau tidak setelah operasi, namun pasien mengatakan informasi yang didapat belum cukup. Pasien bertanya Apakah setelah operasi saya bisa lagi melakukan hubungan intim dengan suami saya dan kapan waktunya ?. 4) Pemeriksaan fisik a) Keadaan umum (1) Kesadaran (2) Bangun Tubuh (3) Postur Tubuh (4) Keadaan kulit : Compos mentis(sadar penuh) : Sedang : Tidak dapat diobservasi : Elastis, warna sawo matang, sianosis tidak ada, ikterus tidak ada.
28

b) Gejala Kardinal (1) Suhu (2) Nadi (3) Tekanan Darah (4) Respirasi : 36,5 oC (aksila), 37,2 oC (rectal). : 104 x/mnt : 130/80 mmHg : 18 x/mnt

c) Ukuran Lain (1) Berat badan Sebelum sakit : 60 kg

Sebelum operasi : 55 kg Saat pengkajian : tidak dapat diobservasi (2) Tinggi badan d) Keadaan fisik (1) Kepala : Kulit kepala bersih, rambut sebahu, beruban, benjolan tidak ada, ketombe tidak ada, nyeri tekan tidak ada. (2) Mata : Bengkak tidak ada, konjungtiva pucat, pupil isokor, bentuk simetris, pergerakan bola mata baik, ikterus tidak ada, penglihatan jelas (3) Telinga : Bentuk simetris, pendengaran jelas, serumen tidak ada
29

: 160 cm

(4) Hidung

: Bentuk simetris,mokusa hidung merah muda,sekret tidak ada, nyeri tekan tidak ada.

(5) Wajah (6) Mulut

: Edema tidak ada, wajah pucat : Bentuk simetris, mukosa bibir kering, gigi berlubang tidak ada, mulut bersih

(7) Leher

: Pembesaran kelenjar limfe, vena jugularis dan tiroid tidak ada

(8) Thorak

: Bentuk simetris, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada, retraksi otot-otot dada tidak ada

(9) Payudara

: Bentuk simetris, kebersihan cukup, putting susu menonjol, massa tidak ada, bekas luka operasi tidak ada.

(10) Abdomen

: Acites tidak ada, terdapat luka Histerektomi sepajang 7 cm, tertutup hypapik, perdarahan tidak ada, pembengkakan tidak ada, nyeri tekan pada daerah luka operasi. Peristaltik usus 5x/menit. Terpasang drain di daerah luka operasi, warnanya merah, volume 50 cc, konsistensi encer.

(11) Ekstremitas Atas : Pergerakan lancar terkoordinir, edema tidak ada, pada tangan kanan terpasang infus dextrose 5% 28 tetes per menit. Bawah : Pergerakan terkoordinir dilakukan secara hati-hati, edema tidak ada, varices tidak ada.

30

(13) Genetalia

: Terpasang Dower kateter, kebersihan cukup, perdarahan tidak ada, keputihan tidak ada

(14) Anus

: Kebersihan cukup, hemorrhoid tidak ada.

5) Pemeriksaan penunjang a) Hasil laboratoriom darah lengkap tanggal 15 juli 2008 Hasil WBC NEU LYM : : : 11.00 11.6 1.67 1.30 170 .118 4.49 10.8 32.6 72.5 24.1 33.3 296 g/dl K/UL 78.1 11.2 8.76 1.15 .797 K/UL %N %L %M %E %B M/UL g/dl L/% fl Normal 4.5 - 11.00 2.50 - 7.50 1.00 - 4.00 1.00 1.20 0.00 500 0.00 - .100 4.60 6.20 13.5 18.0 40.0 54.5 80.0 - 94.1 27.0 32.0 31.0 35.0 150 - 440
31

MONO : EOS BASO RBC HGB HCT MCV MCH : : : : : : :

MCHC : PLT :

32

b. Analisa data
NO 1 1 Data subyektif 2 Ps. Mengatakan kepalanya masih pusing dan badanya lemah Data obyektif 3 Jumlah darah yang tertampung di drain 50 cc Terpasang infus dex 5% 28 tts/mnt Konjungtiva pucat HGB= 10,8 g/dl HCT= 32,6 L/% RBC= 4,49 M/uL kebutuhan Ps. tampak dibantu oleh keluarga dan perawat Ps. Hanya berbaring ditempat tidur tangan kanan terpasang infus Dex 5% dan dower kateter pada alat kelaminnya setiap bergerak/bergeser sangat berhatihati tampak meringis dan sesekali tampak memegangi perutnya skala nyeri 5 (sedang) dari 010 skala nyeri yang diberikan Nadi 104x/mnt Kesimpulan 4 Perubahan perfusi jaringan

Ps. mengatakan badanya lemah Ps. mengatakan tidak bebas bergerak karena tepasang infus ditangan kanan dan dower kateter pada kelaminya

Intoleransi aktivitas

Ps. mengeluh nyeri perut bekas luka operasi terutama dirasakan bila Ps. Menggeser posisi Ps. mengatakan nyerinya berkurang bila dalam posisi tidur Nyeri dirasakan seperti ditoreh pisau

Gangguan rasa nyaman nyeri

33

5 Ps. mengatakan khawatir dengan kondisinya terutama luka bekas operasi ddiperutnya Ps. mengatakan informasi yang diterima dari tenaga kesehatan belum cukup

6 Ps. mengeluh nyeri diluka post operasinya

3 Terdapat luka post operasi (histerektomi) 7 cm, terpasang drain dan tertutup hypapik Terpasang infus Dex 5% 28 tts/mnt Ps. sering bertanya-tanya apakah penyebab tumor diperut saya? Apakah tumor saya bisa kambuh lagi setelah operasi Wajah pasien tampak tegang Ps. bertanyaApakah setelah operasi saya bisa melakukan lagi hubungan intim dan kapan waktunya Terdapat luka post operasi (Histerektomi) 7 cm, terpasang drain diarea luka, luka tertutup hypapik Terpasang dower kateter Terpasan infus Dex 5% 28 tts/mnt Terdapat luka operasi (Histerektomi) 7 cm, terpasang drai diarea luka,

Gangguan cemas

rasa

aman

Resiko tinggi infeksi

Kerusakan integritas kulit

34

tertutup hypapik c. Rumusan Masalah 1. Perubahan perfusi jaringan 2. Intoleransi aktivitas 3. Gangguan rasa nyaman nyeri 4. Gangguan rasa aman cemas 5. Resiko tinggi infeksi 6. Kerusakan integritas kulit d. Analiasa Masalah 1. P = Perubahan perfusi jaringan E = Penurunan komponen seluler darah S = Ps. mengatakan kepalanya masih pusing dan badanya lemah, jumlah darah yang ditampung di drain 50 cc, terpasang infus Dex 5% 28 tts/mnt, konjungtiva pucat, HGB = 10,8 g/dl dan HCT = 32,6 L/%. Proses terjadinya : karena adanya pembedahan sehingga darah banyak keluar dan dapat mengakibatkan penurunan komponen seluler darah, ,maka aliran darah yang membawa darah kaya O2 dan nutrisi mengalami penurunan sehingga pefusi jaringan didalam tubuh menjadi berubah bahkan dapat karena kuantitas dan kwalitas darah yang dialirkan menurun. Akibat bila tidak ditanggulangi : Dapat terjadi hipoksia jaringan 2. P = Intoleransi aktivitas E = Kelemahan S = Ps. mengatakan badanya lemah, Ps. mengatakan tidak bebas bergerak karena terpasang infus Dex 5% 28 tts/mnt di tangan kanan dan dower kateter pada alat kelaminnnya, kebutuhan ps. tampak dibantu oleh keluarga dan perawat, Ps. hanya berbaring ditempat tidur, terganggu. Sehingga jaringan didalam tubuh dapat mengalami kekurangan nutrisi dan O2

35

Proses terjadinya : Karena dilakukan tindakan invasif seperti terpasang infus dan dower kateter, maka pergerakan ps. harus dibatasi agar penyembuhan cepat terjadi oleh karena itu ps. mengalami intoleransi aktivitas. Akibat bila tidak ditanggulangi : Pasien tidak akan mandiri/selalu tergantung

3. P = Gangguan rasa nyaman nyeri E = Trauma jaringan dan spasme otot sekunder tehadap pembedahan S = Ps. mengeluh nyeri area perut bekas luka operasinya terutama dirasakan bila ps. menggeser posisi, ps. mengatakan nyerinya berkurang bila dalam posisi tidur, nyeri dirasakan seperti ditoreh pisau, setiap bergerak/bergeser sangat berhatihati, ps.tampak meringis dan sesekali tampak memegan perutnya, skala nyeri 5 (sedang) dari 0-10 skala yang diberikan, N = 104x/mnt, terdapat luka operasi (histerektomi) 7 cm, terpasang drain dan tertutup hypapik, terpasang infus Dex 5% 28 tts/mnt Proses terjadinya : Dengan adanya luka insisi karena pembedahan menyebabkan kontinuitas jaringan terputus serta destruksi pada jaringan saraf sekitarnya. Saraf tersebut meneruskan rangsangan ke hipothalamus, dari hipothalamus diteruskan kekorteks serebri kemudian rangsangam tersebut akan diterjemahkan oleh otak sebagai rasa nyeri. Akibat bila tidak ditanggulangi : dapat terjadi syok neurogenik dan proses penyembuhaan dapat terhambat. 4. P = Gangguan rasa aman cemas E = Kurang pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya S = Ps. mengatakan khawatir tentang kondisinya terutama luka bekas operasinya, ps.mengatakan informasi yang didapat dari petugas kessehatan masih belum cukup, ps.sering bertanya-tanya apakah penyebab tumor diperutnya, apakah tumornya bisa kamuh lagi setelah operasi, wajah ps. tampak tegang, ps.
36

bertanya apakah setelah operasi bisa melakukan hubungan intim dan kapan waktunya. Proses terjadinya : Cemas pada pasien dan keluarga banyak terjadi karena kurangnya pengetahuan sehingga akibatnya pasien ataupun keluarga menjadi kurang paham terhadap keadaanya yang nantinya dapt mempengaruhi proses perawatan yang dijalani. Akibat bila tidak ditanggulangi : Keluarga dan pasien menjadi tidak kooperatif dan tidak mau bekerjasama dalam perawatan.

5. P = Resiko tinggi infeksi Faktor Resiko = Destruksi jaringan kulit akibat insisi pada area operasi, tindakan invasif, terjadi peningkatan sel darah putih. Proses terjadinya : Karena terjadi destruksi jaringan kulit akibat insisi pada area operasi serta tindakan invasif, jika tidak dirawat dengan baik maka kuman dapat masuk dengan mudah dan menginvasi jaringan disekitarnya serta berkembang biak sehingga infeksi dapat terjadi pada lokasi tersebut. Jika infeksi terjadi maka mekanisme kompensasi yang muncul adalah peningkatan jumlah sel darah putih sebagai mekanisme pertahanan tubuh dimana jika terjadi infeksi tanda yang biasanya muncul adalah luka sulit disembuhkan, luka berbau, mengeluarkan nanah, kemerahan serta bengkak. Jika luka sulit sembuh karena infeksi maka integritas jaringan kulit disekitarnya juga akan terhambat proses penyembuhannya. Akibat bila tidak ditanggulangi : Dapat terjadi infeksi 6. P = Kerusakan integritas kulit E = Penurunan suplai darah dan zat-zat gizi ke jaringan karena operasi S = Ps. mengeluh nyeri di luka bekas operasinya, terdapat luka operasi histerektomi 7 cm terpasang drain di area luka tertutup hypapik
37

Proses terjadinya : Karena adanya operasi/pembedahan menyebabkan suplai darah dan zat-zat gizi kejaringan berkurang sehingga memungkinkan terjadinya kerusakan integritas kulit. Akibat bila tidak ditanggulangi : Kerusakan integritas kulit dapat berlangsung lama. e. Diagnosa masalah a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler darah ditandai dengan Ps. Mengatakan kepalanya masih pusing dan badanya lemah, Jumlah darah yang tertampung di drain 50 cc, terpasang infus dex 5% 28 tts/mnt, konjungtiva pucat, HGB= 10,8 g/dl, HCT= 32,6 L/%, RBC = 4,49 M/uL. b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan Ps. mengatakan badanya lemah,Ps. mengatakan tidak bebas bergerak karena tepasang infus ditangan kanan dan dower kateter pada kelaminya, kebutuhan Ps. tampak dibantu oleh keluarga dan perawat, ps. hanya berbaring ditempat tidurtangan kanan terpasang infus Dex 5% dan dower kateter pada alat kelaminnya c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan truma jaringan dan spasme otot sekunder terhadap pembedahan ditandai dengan Ps. mengeluh nyeri perut bekas luka operasi terutama dirasakan bila Ps. Menggeser posisi, ps. mengatakan nyerinya berkurang bila dalam posisi tidur, nyeri dirasakan seperti ditoreh pisau setiap bergerak/bergeser sangat berhati-hati, tampak meringis dan sesekali tampak memegangi perutnya, skala nyeri 5 (sedang) dari 0-10 skala nyeri yang diberikan, nadi 104x/mnt.

d. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaanya ditandai dengan Ps. mengatakan khawatir dengan kondisinya terutama luka bekas operasi ddiperutnya, ps. mengatakan informasi yang diterima dari tenaga kesehatan belum cukup, ps. sering bertanya-tanya apakah penyebab tumor diperut saya?, Apakah tumor saya bisa kambuh lagi setelah operasi, wajah pasien tampak tegang, ps. bertanyaApakah setelah operasi saya bisa melakukan lagi hubungan intim dan kapan waktunya.

38

e. Resiko tinggi terhadap infeksi behubungan dengan masuknya organisme sekunder terhadap trauma post operasi dan tindakan invasif. f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan suplai darah dan zat-zat gizi ke jaringan karena operasi ditandai dengan ps. mengeluh nyeri diluka bekas operasinya, terdapat luka bekas operasi (Histerektomi) 7 cm terpasang drain diarea luka dan tertutup hypapik.

2. Perencanaan a. Prioritas Masalah Prioritas masalah yang digunakan berdasarkan hirarki Abraham Maslow, adapun urutan prioritasnya adalah sebagai berikut : 1) Gangguan rasa nyaman nyeri 2) Perubahan perfusi jarngan 3) Resiko tinggi infeksi 4) Kerusakan integritas kulit 5) Intoleransi aktivitas 6) Gangguan rasa aman cemas.

39

40

b. Rencana Keperawatan RENCANA KEPERAWATAN PADA PASIEN MS DENGAN POST HISTEREKTOMI OLEH KARENA KISTOMA OVARII DEXRA DI RUANG CEMPAKA TIMUR RSUP SANGLAH DENPASAR TANGGAL 15 17 JULI 2008 No 1 1 Hr/Tgl , jam 2 Selasa, 15 Juni 2008, pukul 17.00 wita Dx 3 Rencana Tujuan 4 Rencana Tindakan 5 1) jelaskan sebabsebab nyeri Rasional 6 1) pemahaman terhadap nyeri mempermudah mekanisme penanganan nyeri 2) untuk mengetahui perubahan gejala kardinal akibat nyeri 3) untk mengetahui tingkat nyeri pasien sehingga mempermudah dalam pemberian intervensi. 4) distraksi dapat menghambat impuls nyeri yang disampaikan ke hipothalamus. Nafas dalam dapat meningkatkan pemasukan O2 sehingga nyeri tidak begitu dirasakan. 5) Menghambat impuls nyeri didaerah sentral korteks serebri
41

Dx 1 Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil : 1. Pasien mengatakan nyerinya berkurang 2. Pasien tidak meringis lagi 3. Skala nyeri berkurang menjadi 3 (ringan) dari 0 10 skala nyeri yang diberikan
4. Nadi 80 -100

2) observasi vital sign tiap 4 jam

3) kaji tingkat nyeri pasien tiap 4 jam

x/menit 5. Dapat bergerak leluasa

4) ajarkan tehnik distraksi (mengalihkan perhatian) dan relaksasi (nafas dalam) setiap merasakan nyeri

5) delegatif dalam pemberian

analgetik 1 2. 2 Selasa, 15 Juni 2008, pukul 17.00 wita 3 4 5 6 1) Degan memantau anda-tanda vital (nadi, suhu,respirasi dan tekanan darah) tiap 4 jam dapat mengidentifikasi tanta-tanda dehidrasi.

Dx 2 Setelah diberikan 1) Pantau tanda-tanda askep selama 3 x 24 vital setiap 4 jam jam diharapkan perfusi jaringan adekut dengan kreteria hasil : 1. Pasien tidak pusing lagi

2. Pasien tidak lemah lagi 3. Konjungtiva merah muda 4. Wajah tidak pucat 5. HGB normal : 13,5 18.0 g/dl 6. HCT normal : 40. 0 54,5 L/ %
7. RBC normal :

2) Anjurkan pasien makan makanan sesuai dengan diit

2) Nutrisi yang adekuat dapat meningkatkan pembentukan hemoglobin dan sel darah merah

3) Istirahat yang 3) Anjurkan pasien cukup dapat istirahat yang cukup membantu pasien sesuai dengan dalam poses kebutuhan (6-8 penyembuhan jam) 4) Hasil laboratorium seperti penurunan Hb, HCT dapat menunjukkan hemokonsentrasi sebagai tanda kekurangan sel darah merah 5) Untuk memenuhu kebutuhan sel darah merah dan Hb dalam tubuh sehingga sirkulasi makanan dan O2 kejaringan terpenuhi 6
42

4.60- 6.20 M/Ul

4) Kolaborasi dlam pemeriksaan laboratorium

5) Delegatif dalam pemberian transfusi

Selasa, 15 Juni 2008, pukul 17.00 wita

Dx 3 Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan infeksi nosokomial tidak terjadi dengan kriteria hasil :
1. Tanda-tanda

1) Obsevasi tanda tanda vital setiap 4 jam terutama suhu tubuh pasien

1) Reaksi awal infeksi adalah peningkatan suhu tubuh

infeksi seperti : rubor, kalor, dolor,tumor dan fungsio laesia tidak terjadi
2. Suhu 36,5-

2) Kaji faktor yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada daerah luka operasi,tempat pemasangan inus dan kateter setiap 8 jam

2) Tempat tersebut merupakan pintu masuk pintu masuk mikroorganisme kedalam tubuh

37oC 3. Keadaan luka bersih dan terawat

3) Lakukan perawatan luka operasi dengan tehnik steril pada hari ke-3

3) Luka merupakan tempat yang bik untuk perkembangbiakan bagi kuman

4) Lakukan rawat infus setiap hari

4) Mengurangi bakteri yang berada ditempat pemasangan infus 5) Tangan meupakan tempat perpindahan kuman yang efektif 6) Antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi

5) Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah memberikan askep pada pasien 6) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik

6
43

Selasa, 15 Juni 2008, pukul 17.00 wita

Dx 4 Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan kerusakan integritas kulit dapat diperbaiki dengn kriteria hasil : 1. Tidak terjadi perluasan kerusakan integritas kulit 2. Luka bekas operasi sembuh dengan cepat

1) Catat ukuran, warna , kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi di sekitar luka

2) Dorong pasien untuk tidak menggaruk 2) Mencegah dan menepuk kulit terjadinya luka di daerah luka pada kulit 3) Anjurkan menggunakan lotion pada kulit yang kering 4) Gunakan pakaian lembut dan longgar

1) Membantu memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan mengetahui sirkulasi disekitar luka

3) Lotion dapat memberikan kelembaban pada kulit 4) Pakaian yang ketat dan kasar dapat merusak kulit 1) Membantu dalam mengkaji respon fisiologis terhadap stres 2) Aktivitas bertahap dapat mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba 3) Meminimalkan kelelahan

Selasa, 15 Juni 2008, pukul 17.00 wita

Dx 5 Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan intoleransi aktivitas pasie dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. Pasien tidak lemah lagi 2. Pasien bebas bergerak 3. Kebutuhan pasien tidak dibantu oleh perawat atupun keluarga 4. Pasien tidak berbaring saja di tempat tidur

1) Kaji respon pasien terhadap aktivitas

2) Berikan dorongan untuk beraktivitas secara bertahap jika dapat ditoleransi

3) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan seharihari 4) Observasi TTV (nadi, suhu, respirasi, tekanan darah) setiap 6 jam

4) Mengetahui perkembangan pasien

1 6

4 Setelah diberikan askep selama 1 x 30

Selasa, 15 Dx Juni 2008,

1) Kaji tingkt ansietas 1) Dengan mengkaji pasien (ringan, tingkat ansietas


44

pukul wita

17.00

menit diharapkan ansietas berkurang bahkan hilang dengan kriteria hasil :


1. Pasien

sedang, berat)

pasien kita dapat mengetahui ansietas yang dirasakan oleh pasien 2) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan perawatan luka post operasinya 3) Memberikan perasaan dihargai pada pasien

mengungapkan kekhawatirnnya berkurang 2. Wajah pasien tampak tenang 3. Pasien tidak bertanyatanya lagi tentang penyakitnnya

2) Beri HE tentang penyakitnya dan perawtan post operasi

3) Dengarkan keluhan pasien dan berikan kesempatan bertanya tentang hal-hal belum dimengerti 4) Berikan penjelasan terhadap keluhan yang dialami dengan bahasa yang mudah dimengerti

4) Meningkatkan persepsi psie terhadap penyakitnya

5) Anjurkan pasien untuk rajin berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan

5) Memberikan ketenanangan secara spiritual

45

Anda mungkin juga menyukai