Anda di halaman 1dari 8

PAPER

TUBERCULOSIS PARU

Oleh : SYAIFUL JIHAD AL IQBAL H1A 006 047 Pembimbing dr. H. HASAN AMIN, Sp. Rad

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI BAGIAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 2011

TUBERKULOSIS PARU A. Pendahuluan Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (dan kadang-kadang oleh M. Bovis ). Organisme ini disebut pula sebagai basil tahan asam. Penularan terjadi melalui udara (airborne spreading) dari droplet infeksi. Sumber infeksi adalah penderita TB patu yang membatukkan dahaknya, dimana pada pemeriksaan hapusan dahak umumnya ditemukan BTA positif. Batuk akan menghasilkan droplet infeksi (droplet nuclei). Pada sekali batuk dikeluarkan 3000 droplet. Penularan umumnya terjadi dalam ruangan dengan ventilasi kurang. Sinar matahari dapat membunuh kuman dengan cepat, sedangkan pada ruang gelap kuman dapat hidup. Resiko penularan infeksi akan lebih tinggi pada BTA (+) daripada BTA(-). Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menahun, bahkan dapat seumur hidup. Setelah seseorang terinfeksi kuman tuberkulosis, hampir 90 % penderita secara klinis tidak sakit. Penderita yang sakit, bila tanpa pengobatan, setelah 5 tahun, 50 % penderita TB akan mati, 25% sehat dengan pertahanan tubuh yang baik, dan 25% menjadi kronik dan infeksius. B. Patogenesa Tuberkulosis primer : infeksi terjadi setelah seseorang menghirup mikobakterium tuberkulosis. Setelah melalui barier mukosiliar saluran nafas, basil TB akan mencapai alveoli. Kuman akan mengalamai multiplikasi di paru yang disebut fokus ghon. Melalui aliran limfa, basil mencapai kelenjar limfe hilus. Fokus ghon dan limfadenopati akan membentuk kompleks primer. Melalui kompleks primer basil dapat menyebar melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh. Respon imun seluler/hipersensitiviti tipe lambat terjadi 4-6 minggu setelah infeksi primer. Banyaknya basil TB dan kemampuan daya tahan tubuh host akan menentukan perjalanan penyakit selanjutnya. Pada kebanyakan kasus, basil akan menjadi dorman. Kompleks primer akan mengalami salah satu sebagai berikut : 1. Penderita akan sembuh tanpa meninggalkan cacat.

2. Sembuh dengan meninggalkan bekas (sarang ghon, fibrosis, perkapuran) 3. Menyebar dengan cara perkontinuitatum ke jaringan sekitar, bronkogen, secara hematogen dan limfogen. Tuberkulosis Posprimer : terjadi setelah periode laten (beberapa bulan/tahun) setelah infeksi primer. Dapat terjadi karena reaktivasi atau reinfeksi.TB postprimer umumnya menyerang paru, tetapi dapat pula di tempat lain di seluruh tubuh umumnya pada usia dewasa. Karakteristik TB postprimer adalah adanya kerusakan paru yang luas dengan kavitas, pemeriksaan BTA(+), pada lobus atas, umumnya tidak terdapat limfadenopati intratoraks. TB postprimer dimulai dari sarang dini yang umumnya pada segemen apikal lobus superior atau lobus inferior. Awalnya berbentuk sarang pneumonik kecil. Sarang ini mengalami salah satu dari keadaan sbb : 1. Diresorbsi dan sembuh tanpa meninggalkan cacat. 2. Sarang meluas, tetap segera mengalami penyembuhan berupa jaringan fibrosis dan perkapuran. Sarang dapat aktif kembali membentuk jaringan keju dan bila dibatukkan menimbulkan kaviti. Kaviti akan mengalami : meluas cavity. C. Gejala klinis Gejala klinis dibagi menjadi gejala respiratorik dan sistemik. Gejala respiratorik berupa batuk >3 minggu, berdahak, batuk darah, nyeri dada, sesak nafas. Gejala sistemik berupa demam, keringat malam, malaise, nafsu makan turun, berat badan menurun. Penderita dengan gejala tersebut dianggap sebagai curiga TB dan harus diperiksaBTA (SPS) D. Gambaran Radiologi Tuberkulosis primer : pada foto polos PA posisi erek tampak gambaran bercak semiopak terletak di suprahiler (di atas hilus), perihiler (sepanjang limfangitis) dan parakardial (di samping kor) dengan batas tak tegas (Gambar 1). Tampak pembesaran limfonodi di lnn. Hilus, lnn. Parabronkial, lnn paratektal. Pada fase dan menimbulkan satang penumonik baru, memadat dan membungkus diri (tuberkuloma), menyembuh dan disebut open healed dapat

lanjut tampak garis-garis fibrosis berupa garis-garis berjalan radier dari hilus ke arah luar (superior), kalsifikasi di lnn. Hilus, cairan di sinus costophrenicus, pericardial efusion, serta atelektasis di perihiler.

Gambar 1. Tampak sarang berbentuk awan atau bercak berdensitas rendah dengan batas tidak tegas di paru kanan atas. Tuberkulosis postprimer : pada foto polos toraks posisi erek tampak gambaran bercak semiopak bentuk amorf seperti kapas batas tak tegas di infraklavikula (ini menunjukkan infiltrat), tampak densitas inhomogen bentuk amorf di apeks dan basis paru (ini menunjukkan fibroeksudatif), tampak garis-garis fibrosis, densitas sama dengan jantung yang menarik organ sekitaranya ke arah ipsilateral (mediastinum, trakea, dan diafragma), tampak caverne (bulatan opak dengan lusen di tengahnya) bentuk bulat dan oval, tampak bulatan opak, batas tegas, tepi irreguler, inhomogen didalamnya terdapat kalsifikasi amorf ( ini merupakan gambaran tuberkel/tuberkuloma)( Gambar 2).

Gambar 2. Tuberkulosis postprimer Beberapa hal penting mengenai TB : 1. Tuberkulosis primer berlokasi dimana saja di parenkim paru, disertai pembesaran kelenjar limfe regional (kompleks primer). 2. Tuberkulosis postprimer : sarang-sarang berkedudukan di lapangan atas segmen apikal lobi bawah, lapangan bawah disertai pleuritis. Pembesaran kelanjar limfe jarang. 3. Proses aktif ditandai dengan : sarang-sarang yang berbentuk awan/bercak-bercak dengan densitas rendah/sedang dengan batas tidak tegas, adanya kavitasi (apabila lubangnya sangat kecil biasanya merupakan residual kaviti yang menunjukkan proses nonaktif)(Gambar 3). 4. Proses tenang ditandai dengan sarang-sarang seperti garis fibrotik atau bintikbintik kapur (kalsifikasi).

Gambar 3. Tampak sarang-sarang yang berbentuk awan dengan batas tidak tegas, juga tampak adanya kavitasi.

Salah satu perburukan/perluasan penyakit TB yaitu penyebaran miliar. Akibat penyebaran hematogen tampak sarang-sarang kecil 1-2 mm, atau sebesar kepala jarum (milium), tersebar secara merata di kedua belah paru. Pada foto toraks tampak menyerupai gambaran badai kabut (snow storm appearance). Penyebaran seperti ini juga dapat terjadi ke ginjal, tulang sendi, selaput otak, dan sebagainya.(gambar 3).

Gambar 3. Tampak gambaran badai kabut di kedua paru.

DAFTAR PUSTAKA 1. Wibisono, M. Jusuf, et al. 2010. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT PARU 2010. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair. Surabaya. Hal. 9-26. 2. Malueka. Rusdhy G. 2008. Radiologi Diagnostik. Pustaka Cendekia Press. Yogyakarta. Hal. 51-54. 3. Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik. Departemen Radiologi FKUI/RSCM. Jakarta. Hal. 131-144. 4. Agrawal, Anjali. 2010. Lung, Postprimary Tuberculosis Imaging. Medscape Refference. Available at http://emedicine.medscape.com/article/358735-overview. 5. Catanzano, Tara M. 2010. Primary Lung Tuberculosis Imaging. Medscape Refference. Available at http://emedicine.medscape.com/article/358610.

Anda mungkin juga menyukai