Anda di halaman 1dari 3

Aku terpaku dalam sebuah dilemma. Terbelenggu dalam 2 pilihan.

Ketika sebuah Kuasa perasaan tak mampu lagi berkata apa-apa, dikala sebuah pertanyaan di tanyakan, kamu pilih aku apa dia? seketika itu guncangan hebat menerpaku. Tangan dan kakiku gemetar, aku tak bergeming, Aku diam, tapi aku tetap memegang tangannya. iya, aku tau, aku doain kamu langgeng sama dia. Ucapnya, melepas genggaman tanganku. tunggu.. aku bingung, aku gak bisa jawab. Aku sayang kamu, aku juga sayang dia kuraih tangannya lagi. kamu udah gede, aku tau, kamu bisa milih 1 diantara aku atau dia! Aku gak mau kamu nyesel. Dia tersenyum. aku gak bisa milih! aku terpaku sambil terus melihat tanganku yang menggenggam tangannya erat. maksud kamu? Cuma orang maruk yang milih lebih dari 1! Kamu milih, atau enggak sama sekali!!, udah jangan nangis lanjutnya. aku terus menahan air mataku supaya tidak ada 1 bulirpun yang jatuh. Aku tak mau kelihatan lemah dihadapannya. ** Aku sayang dia, karena dia pernah menyelamatkanku dari hidupku sendiri. Dia yang membuatku bangkit dari kesengsaraan yang mencekikku dengan kuku-kuku tajam kebengisan kesalahan, yang aku buat dengan pikiranku sendiri. Dana yang mendongkrak semangatku lagi untuk tetap melanjutkan hidupku. Dengan sebuah rangkaian katanya, dia mampu membuatku malu pada diriku sendiri. mati? Tu lagu lama buat mereka yang terlalu goblok disaat berpikir lari dari emosi. kita punya otak buat ngontrol masalah. Bukan masalah yang ngontrol kita! Dan ketika kamu mampu buat nyelarasin otak dan hati nurani kamu, buat berdiri lagi, dan bisa ngelawan ego kamu. Disitu kamu punya kemenangan Dikala itu, aku mulai memiliki perasaan lain terhadapnya. 3 minggu tanpa kabar darinya, membuatku buntu, seakan aku kehilangan sebuah semangat yang telah lama melekat dalam hidupku. Dan ternyata aku siap untuk merasakan sakitnya patah hati kala itu, dia memiliki seorang pacar. Aku mundur perlahan. Tapi, semakin aku melupakannya, semakin aku terus mengingat-ingat segala tentangnya. Aku terus mengharapnya datang ke hidupku lagi. Dengan membawa sebongkah perasaan bernama sayang. Dan ketika aku sudah mendapatkannya, aku malah jatuh cinta lagi dengan laki-laki lain. ** aku sayang kamu. tapi aku juga sayang dia, susah buatku buat ngelepasin dia. Tapi aku juga gak mau kamu pergi dari aku! ucapku, seolah meminta belas kasihnya. Dia diam. aku pulang dulu ya.. dia berpamitan. Tapi tangan ini enggan untuk melepaskan genggaman. jangan marah dong cing! kucing, ya, aku memanggilnya kucing. Karena dia sangat takut dengan binatang yang bernama kucing itu. enggak marah kok. 3 kata yang terangkai itu terus menerus ku dengar. Tapi dari raut wajahnya, tak menyiratkan bahwa dia benar tidak marah kepadaku. Aku tau betul sifatnya.

cing!! teriakanku sama sekali tak dihiraukannya. Dia berlalu. ** kita jauh yang. Tapi aku percaya, kamu enggak macem-macem Dana berkata memecah keheningan. kenapa? tanyaku penasaran. aku percaya. Kalo nanti kamu disuruh milih. Aku atau laki-laki lain. Kamu pasti milih aku! Percaya deh! Kita buktiin nanti. Sebuah senyuman mengembang di wajahnya. PeDe bener kamu yang! Hahaha. Satu tangan Dana menggenggam satu tanganku. Bibirnya menyentuh keningku. aku sayang kamu ucapnya pelan. Aku tersenyum. ** Kenapa disaat aku mulai mengikuti perasaanku untuk tetap bertahan dengannya. Aku justru merasakan cinta yang lain, cinta yang kurasa lebih dari cinta yang kurasa dari Dana. Tapi mengapa sulit untukku mengakhiri hubunganku dengannya? Disisi lain ada kucing yang selalu ada untukku. dak. Aku bakalan nunggu kamu. asalkan kamu janji, kalau dia sudah bukan dia yang kamu harapkan dulu. Kamu bakal sama aku. Aku bener-bener sayang sama kamu. kalimat dari Kucing yang terus terbayang di benakku. Aku tak mungkin merelakannya pergi dari hidupku. Karena, hes the one who knows me better. maafin aku ya cing. Aku enggak bisa nomor satuin kamu. Dia hanya tersenyum miris. ** pinjem hape dong! Dana memohon. buat? tanyaku. bawel. Mana yang? Cepetan! Aku memberikan hapeku padanya. Kotak masuk, pesan terkirim, laporan, log, menjadi target sasarannya. inget ya yang. Aku percaya kamu! ucapnya sambil mengembalikan hape yang dia pinjam. seolah Dana bisa membaca segala gerak-gerik dan pikiranku. yalaaah. Kadang aku cemburu saat Dana dekat dengan perempuan lain. Disisi lain, aku juga sangat tak adil kepadanya. Tapi Dana sama sekali tidak menganggapku ketika aku berada ditengah-tengah dia dan temannya. Dana mengenalkanku kepada temannya sebagai adiknya. Aku santai. Karena dia pernah bilang, cinta tak perlu di koarkan, yang perlu kamu percaya. Aku sayang kamu. itu yang aku rasa, gak usah denger apa kata mereka. Tapi cukup kamu rasain sayang yang aku kasih ke kamu. ** bentar lagi, aku mau kuliah di Universitas tempat kakakku kuliah. Ni orangnya pulang Cuma gara-gara mau ngebantuin aku ngurus syarat-syarat daftar ulang sama packing barangnya. Tinggal itungan hari aja, jadi mahasiswa. Jadi makin susah deh ketemu kamu Dak. Kucing meringis.

iya deh. Yang mau kuliah. Yaelah jangan gitu dong Cing. Kamu udah janji lo! Kalo ntar kuliah sering main kesini. Inget! Kemarin kamu udah janji kelingking. Remember it? lebaynya kumat kan Badak! Wuuuu! dicubitnya pipiku. sakit Cing! aku balas menggelitikinya. hahahaha. Geli Dak. Ampuuuuuunnn! ** Benar-benar hari yang sangat aneh. Ketika 2 manusia yang mencuri hatiku itu, selama 3 hari ini tak ada kabar sama sekali. Kemana Dana? Kemana Kucing? Padahal biasanya mereka yang paling Getol mengirim pesan singkat untukku. Pertanyaanku terjawab sudah kini. Pada hari ke 5, aku melihat Kucing dan Dana pergi bersama. Tak sengaja kami bertemu. Dana memanggilku, Tara! Sini! panggilnya sambil melambaikan tangan kepadaku. Dengan hati takut dan sekujur badan gemetar. Ku beranikan diri untuk menghampirinya. Sebuah senyuman terpaksa ku lepaskan, eh, Mas Dana, ada Mas Jona juga ni adikku Yang! Seakan tersambar petir di siang hari, ku kuatkan diriku untuk tidak roboh. eh, santai aja Dik, aku udah nyeritain semuanya ke kakakku. Kucing ikutan ngomong. ternyata cewek yang biasa aku certain ke Jona, sama cewek yang biasanya di certain Jona ke aku, sama. hahahaha Dana tertawa. Hatiku miris, seakan aku adalah seorang perempuan yang tak bernurani. Aku malu, seandainya mukaku ini rakitan, mungkin akan ku copot satu persatu bagiannya. maafin aku ya mas ucapku lirih, aku tertunduk. aku gak bisa nyalahin kamu sayang. Setiap orang punya perasaan, dan alasan. Aku mau tanya dulu, alasan kamu kayak gini apa? Kalo perasaan, aku tau kamu pasti jawab apa. Dana mengelus-elus rambutku. kamu gak pernah nganggep aku ada. Aku kesepian. Sampe mas Jona dateng ke hidupku. Aku punya rasa ke dia. Tapi gak tau kenapa, aku gak bisa ngelepasin kamu. aku terisak. Dana dan Jona tersenyum. yaudah kak. Gua ke parkiran duluan ya Jona pamit. Perlahan tubuhnya menghilang seiring jaraknya yang semakin jauh. Lagi-lagi Dana tersenyum. terbuktikan apa yang aku bilang dulu. Kamu bakalan terus milih aku.. maafin aku yang.. aku meminta maaf padanya. Dia menyeka air mataku. udah gak usah nangis. Semua ini salahku. Maafin aku juga ya. Alasanku, aku gak mau kamu ikut masuk duniaku. Dunia perkuliahan yang orang-orangnya mayoritas nganggep dirinya itu orang yang udah gede. Sedangkan kamu masih SMA, kelas 1 pula. Iyakan? kok bisa gitu? alasannya tak masuk akal untukku. Mas Jona gimana? tambahku. kamu pasti tau nantinya.. dia? Sehari juga udah dapet ganti.. Dana tertawa. Akupun ikut-ikutan. aku sayang kamu. dan aku gak mau. Hal kayak gini terulang lagi! Dana berbisik di telingaku. iyaaa. Aku janji, buat matahari dan bulan yang selalu menyelaraskan kehidupan 6:31 AM. 16 Mei 2011.

Anda mungkin juga menyukai