Anda di halaman 1dari 4

Perusahaan Kelapa Sawit Perusahaan Kelapa Sawit atau yang biasanya disebut sebagai PKS merupakan perusahaan yang

mengelola atau mengolah kelapa sawit mulai dari perkebunan hingga menjadi CPO. Biasanya tiap PKS sudah memiliki sendiri area perkebunan sawit yang akan dikelolanya atau mereka sudah menjalin kerjasama dengan petani kelapa sawit untuk menyetorkan komoditas tersebut kepada perusahaan yang bersangkutan. Semakin besar luas lahan kelapa sawit yang dimiliki perusahaan, belum tentu pasokan CPO yang dihasilkan berjumlah besar. Semua tergantung pada jumlah kelapa sawit yang dihasilkan tiap lahan perkebunan. Berikut ini adalah beberapa Perusahaan Kelapa Sawit pemasok CPO untuk minyak goreng Nama Perusahaan Pasokan CPO (ton) Sinar Mas Group /PT Agri Golden 15.000 Resources Wilmar internasional Group 7.500 Astra Agro Lestari group/PT Astra Agro 6.000 Lestari Tbk Asian Agri group/Raja Garuda Mas 5.000 Duta Palma group 5.000 Salim group/PT Salim 5.000 Plantations/Indofood group/PT IndoAgri LONSUM group(PT PP London 4.000 Sumatera Indonesia)/Napan Group Bakrie Plantation group/PT Bakrie 1.200 Sumatra Plantations Dari data tersebut dapat dilihat bahwa Perusahaan Kelapa Sawit yang memasok CPO paling besar adalah Sinar Mas Group yaitu mencapai 15.000 ton dengan area penanaman lahan 113.562 ha. Padahal luas lahan yang ditanami Astra Agro Lestari group lebih besar dari pada Sinar Mas. Berarti kualitas perkebunan Total Lahan Indonesia 320.463 210.000 192.375 259.075 65.800 1.155.745 245.629 49.283 luas Luas Lahan di yang Ditanami(ha) 113.562 64.700 125.461 96.330 25.450 95.310 78.944 23.392

kelapa sawit milik Sinar Mas lebih baik dari pada yang dimiliki oleh Agro Lestari Group. Harga komoditas kelapa sawit sangat ditentukan oleh kebutuhan pasar kebijakan pemerintah. Perusahaan sama sekali tidak dapat mengontrol harga, demikian pula dengan suplai kelapa sawit karena hasilnya sangat bergantung pada kondisi alam yang sulit untuk diprediksi. Dengan kata lain, terdapat beberapa faktor dalam proses produksi dan penentuan harga yang tidak bisa dikontrol sepenuhnya oleh perusahaan. Saat ini harga kelapa sawit sedang tinggi karena selain dibutuhkan untuk industri pangan dan kimia, CPO juga digunakan untuk bahan bakar penganti minyak bumi, khususnya di negara-negara Eropa. Sedangkan suplai CPO dunia ditentukan oleh Indonesia, sebagai produsen CPO terbesar di dunia. Tingginya permintaan CPO dunia belum mendapat respon yang seimbang. Industri CPO di Indonesia masih bertumbuh secara horizontal. Artinya, perusahaan masih memperbanyak lahan, memeperluas dan mengakuisisi kebun, bukannya berusaha untuk meningkatkan produksi CPO dengan jumlah komoditas yang tetap. Selain harga yang ditentukan sepenuhnya oleh pasar serta kebijakan pemerintah, karakteristik lainnya dari industri CPO adalah padat modal. Perusahaan harus mempersiapkan investasi untuk tiga tahun pertama, ketika perkebunan belum berproduksi. Jika produksi terhenti di tahun kedua, misalnya, maka semua modal yang ditanamkan akan hilang. Di luar faktor-faktor tersebut, terdapat beberapa faktor yang dapat dikontrol oleh perusahaan, yaitu biaya langsung dan tidak langsung, efisiensi, dan produktivitas. Aliran kas Perusahaan Kelapa Sawit terdiri dari aliran pengeluaran (outflow), yaitu semua biaya per tahun, dalam nilai unag yang dikeluarkan oleh perusahaan selama pelaksanaan kegiatan, dan aliran penerimaan (inflow), yaitu semua penerimaan per tahun, dalam nilai uang yang diterima perusahaan dari pelaksanaan kegiatan perkebunan kelapa sawit. Total biaya per tahun untuk melaksanakan perkebunan kelapa sawit merupakan penjumlahan dari semua pengeluaran dalam kurun waktu satu tahun tertentu, untuk melaksanakan kegiatan tertentu, sesuai dengan jadwal pelaksanaan

kegiatan. Biaya-biaya yang arus dikeluarkan oleh perusahaan dalam pelaksanaa kegiatan proyek diantaranya adalah biaya untuk: 1) Mendapatkan Hak Guna Usaha (HGU) lahan perkebunan kelapa sawit. 2) Investasi tanaman kelapa sawit. 3) Pemeliharaan tanaman. 4) Pemanenan TBS (Tandan Buah Sawit). 5) Pemupukan. 6) Pengangkutan TBS ke pabrik pengolahan. 7) Invstasi pembangunan pabrik. 8) Biaya pengolahan TBS menjadi CPO dan KPO. 9) Biaya pengangkutan CPO dan KPO dari lokasi PKS ke pelabuhan ekspor. 10) Biaya overhead dan biaya depresiasi. Penerimaan dalam nilai uang diperoleh dari hasil penjualan CPO dan KPO yang dijiual di pasar domestik maupun yang diekspor. Untuk meningkatkan Perusahaan Kelapa Sawit, akan lebh baik jika perusahaan memanfaatkan IT untuk mengintegrasikan proses bisnis mereka dari hulu ke hilir. Dengan ini, perusahaan dapat mengintegrasikan dan mengontrol setiap proses bisnis yang berlangsung, mulai dari perkebunan, pabrik, pengolahan kantor cabang, dan kantor pusat. Perusahaan juga dapat menghitung setiap aktivitas yang dilakukan, membandingkan kondisi sebelum dan keadaan sesudah sebuah aktvitas dilaksanakan. Dari sisi logistik, untuk menekan biaya, perusahaan dapat melakukan sentralisasi pembelian bibit, pupuk, pestisida, dan sebagainya, serta mengatur keluar masuk barang sesuai dengan wilayah yang membutuhkannya. Perusahaan juga mampu menghitung setiap biaya dan anggaran yang dibutuhkan dalam setiap aktivitas, mengontrol transaksi dari beberapa perkebunan dan perusahaan, mempersingkat financial close-cycle, serta pajak. Untuk melaksanakan semua itu, perusahaan harus mempersiapkan perangkat-perangkat yang dibutuhkan untuk menunjang aplikasi yang digunakan. Perangkat yang paling kritikal, yaitu SDM yang tahu dan mengerti tentang IT dan jaringan komunikasi data bagi lokasi perkebunan dan kantor cabang yang biasanya terletak jauh dari kota dan belum terjangkau jaringan komunikasi

terrestrial. Memang hal ini akan membutuhkan biaya yang besar pada saat pertama kali melaksanakannya. Selain itu, pelaksanaan sistem ini tidak dapat langsung berjalan lancar karena baru diterapkan. Pasti akan ada kesalahan, kelalaian dalam penggunannya. Tetapi lama-kelamaan perusahaan dan SDM nya akan terbiasa dengan sistem baru itu dan hal ini akan sangat bermanfaat bagi perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai