Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Kulkas Lemari es mampu mengeluarkan hawa dingin di dalamnya sehingga bakteri -bakteri pembusuk tidak bisa hidup

dalam bahan makanan. Berabad-abad lalu, sebelum lemari es ditemukan, orang -orang Romawi kuno mengawetkan makanan menggunakan es yang mereka angkut dari puncak gunung. Sementara di Meksiko, suku Aztek mengawetkan makanan menggunakan salju. Caranya, mereka menggali lubang berukuran besar. Lalu , bagian dasar dan sekelilingnya mereka lapisi dengan bilahan kayu atau jerami. Setelah itu, me reka mengisikan es atau salju ke dalamnya, lalu menutupnya lagi dengan jerami. Barulah mereka meletakkan makanan, kemudian menutupnya dengan rapat.Dengan cara ini, bahan mak anan jadi lebih awet. Penyimpanan makanan dengan cara ini biasanya dilakukan orang zaman dulu ketika musim dingin tiba. Ya, di musim salju kan sama sekali tak ada buah-buahan dan sayuran yang dapat mereka makan. Soalnya, kehidupan ketika itu benar -benar bergantung pada alam. Nah, berkat kulkas tradisional itu, makanan jadi awet dan pend uduk tidak kekurangan makanan. Karena menginginkan cara yang lebih praktis, di awal abad ke -18, orang-orang pintar di Inggris mulai memikirkan membuat lemari pendingin. Mereka merancang lemari es sedemikian rupa, dengan bentuk yang sama sekali tidak sedap dipandang. Ukurannya besaaaaar..., mungkin selebar pintu rumah. Terbuat dari besi kusam dan.... uh, berat banget. Pintunya terbuat dari besi, juga tebal, dan berat.

Kompor Gas

Saat peradaban manusia dimulai, manusia sudah banyak yang mengenal apiuntuk mengolah makanan mentah menjadi makanan yang matang. Bangsa Timur (China, Korea, dan Jepang), sudah lebih dulu mengenal kompor (lebih tepatnya tungku) daripada bangsa barat. Tungku api sudah ada di China sejak jaman Dinasti Qin (221-206/207 SM) dan terbuat dari tanah liat. Desainnya mirip dengan kamado di Jepang pada periode Kerajaan Kofun di abad 3 sampai 6. Kamado sendiri mempunyai bentuk kotak persegi yang mengurung api dengan lubang diatasnya untuk menaruh panci, dan mempunyai tinggi sekitar lutut orang dewasa. Bahan bakarnya kayu atau batubara yang dimasukkan dari lubang di bagian depan. Kamado berkembang dan terus digunakan hingga periode Kerajaan Edo (1603 -1867). Penduduk Eropa pada abad pertengahan, masih memasak secara terbuka dengan kayu bak r. Berkembang kemudian dengan membuat lantai yang lebih e rendah untuk memasak. Selanjutnya dikenal juga memasak menggunakan perapian dari susunan batu. Perapian kemudian dibuat setingi pinggang g dilengkapi cerobong asap. Dengan cara ini memasak bisa dilakuakan sambil berdiri. Panci memasak diletakkan persis di atas api, digantung dengan tiang atau kaki tiga. Untuk mengatur panas tinggal menaikkan atau menurunkan posisi panci. Kompor minyak tanah portabel pertama kali dikenalkan tahun 1849 oleh Alexis Soyer. Kompor ini bertekanan udara yang dicampur dengan minyak tanah (mirip dengan kompor pedagang kaki lima jaman dulu). Sedangkan kompor yang lainnya adalah kompor minyak tanah yang tidak bert kanan karena e menggunkan sumbu kompor. Namun tidak diketahui secara pasti kapan kompor ini ditemukan. Kompor gas pertama kali dibuat pada tahun 1820, namun masih dalam bentuk eksperimen dan bersifat rahasia. Baru benarbenar muncul pertama kali pada World Fair di London tahun 1851. Mulai tahun 1880 kompor gas semakin diken masyarakat luas dan berkembang secara komersial, walaupun agak al terhambat karena pertumbuhan jaringan pipa yang lamban. Pada 20 September 1859, George B. Simpson di Washington DC, Amerika Serikat mematenkan kompor listrik yang menggunkan pemanasdari kumparan. Prinsipnya, energi listrik diubah menjadi energi panas lewat kumparan. Seiring perkembangan jaman, di tahun 1970 muncul ide u ntuk menggantikan kumparan kawat dengan glass-caramic, sehingga kompor termuktahir saat ini tidak berbau, berasap, dan ringkas.

Sumpit

Sumpit diciptakan bangsa Tiongkok dan sudah dikenal di Tiongkok sejak 3.000 hingga 5.000 tahun yang lalu. Di dalam masyarakat Tionghoa, makan bersama dianggap sebagai sarana mempererat tali persaudaraan dan kesempatan berkumpul dengan sanak keluarga dan teman-teman, sehingga penggunaan alat makan yang tajam harus dihindari. Pada zaman dulu, gading gajah sering digunakan untuk membuat sumpit mahal di Tiongkok. Pengguna sumpit dari gading gajah adalah kalangan pejabat tinggi dan orang berada. Sumpit dari perak pernah digunakan istana kaisar di Tiongkok untuk mendeteksi racun yang mungkin dibubuhkan pada makanan. Sumpit akan berubah warna akibat reaksi kimia jika makanan telah diberi racun. Pada abad ke-6 atau abad ke-8 Masehi, sumpit sudah merupakan merupakan alat makan yang umum bagi suku Uigur yang tinggal wilayah stepa Mongolia[1] Di Thailand, sumpit hanya digunakan untuk makan mi dan sup setelah Raja Rama V memperkenalkan alat makan dari barat di abad ke-19.

Anda mungkin juga menyukai