Anda di halaman 1dari 41

BAB VII - SISTEM KOMUNIKASI SATELIT BAB VII SISTEM KOMUNIKASI SATELIT 7.

1 Pendah uluan 97 Perkembangan teknologi selular akhir-akhir ini telah cukup merebak, termasuk di Indonesia. Kini sudah sangat terbiasa kita melihat seorang manajer membawa sebua h handheld berjalan hilir mudik dikantornya atau sedang mengendarai mobilnya. Ba gi mereka banyak juga yang merasa cukup dengan pager atau sebagian lain merasa l ebih tepat bila membawa keduanya. Tetapi seorang pekerjan supermarket di Hongkon g nampaknya lebih menyukai CT-2 handheld, karena mungkin lebih murah biaya langg anannya, walaupun untuk itu ia harus mengorbankan tidak dapat dipanggil dari lua r. Akhir-akhir ini PT RATELINDO telah memperkenalkan pelayanan fixed service den gan teknologi selular. jadi, bagi mereka yang telah mengajukan pasang baru kepad a TELKOM namun karena sesuatu hal ia belum bisa dilayani, maka lebih baik segera memutuskan untuk menjadi pelanggan RATELINDO agar segera bisa mempunyai akses t elekomunikasi Ilustrasi di atas menggambarkan apa yang disebut sebagai teknologi wirrelessaccess, yakni teknologi radio yang menggantikan kabel lokal (local loo p), sedemikian hingga dalam daerah cakupan tertentu seseorang masih bisa berkomu nikasi sekalipun dalam keadaan bergerak. Teknologi wireless yang disebut di atas adalah berdasarkan sistem jaringan radio terestrial, yang terdiri atas stasiunstasiun basis radio yang terpola dalam sel-sel, yang satu dengan yang lainnya te rkait dengan suatu pusat intelijen, dan seluruh jajaran jaringan ini terhubung d engan jaringan telepon tetap (Public Switched Telephone Network = PSTN). Tentu s aja daerah cakupan radio-sel tersebut sangat terbatas. Untuk daerah-daerah di lu ar cakupan, tentunya seorang pelanggan yang ingin berkomunikasi tidak dapat dila yani. Perkembangan teknologi nampaknya tidak berhenti sampai disini,. Dalam menj angkau daerah yang amat jauh dari perkotaan, misalnya daerah pedesaan maupun dae rah terpencil lainnya, termasuk di tengah laut, maka orang merekayasa sistem wir eless access yang lain dengan menggunakan teknologi satelit. Dalam hal ini ada d ua kemungkinan, pertama menggunakan LEO (Low Earth Orbit Satellites) dan ke dua dengan GEO (Geosynchronous Orbit Satellites). Para ahli telekomunikasi, khususny a ahli

BAB VII - SISTEM KOMUNIKASI SATELIT 98 jaringan lebih menyukai untuk menganggap LEO/GEO ini sebagai salah satu bentuk d ari wireless access, tetapi orang-orang satelit menganggap bahwa LEO/GEO ini seb agai salah satu bentuk Mobile Satellites Services (MSS). 7.2 Jenis jenis Satelit Satelit astronomi adalah satelit yang digunakan untuk mengamati planet, galaksi , dan objek angkasa lainnya yang jauh. Satelit komunikasi adalah satelit buatan yang dipasang di angkasa dengan tujuan telekomunikasi menggunakan radio pada fre kuensi gelombang mikro. Kebanyakan satelit komunikasi menggunakan orbit geosinkr on atau orbit geostasioner, meskipun beberapa tipe terbaru menggunakan satelit p engorbit Bumi rendah. Satelit pengamat Bumi adalah satelit yang dirancang khusus untuk mengamati Bumi dari orbit, seperti satelit reconnaissance tetapi ditujuka n untuk penggunaan nonmiliter seperti pengamatan lingkungan, meteorologi, pembua tan map, dll. Satelit navigasi adalah satelit yang menggunakan sinyal radio yang disalurkan ke penerima di permukaan tanah untuk menentukan lokasi sebuah titik dipermukaan bumi. Salah satu satelit navigasi yang sangat populer adalah GPS mil ik Amerika Serikat selain itu ada juga Glonass milik Rusia. Bila pandangan antar a satelit dan penerima di tanah tidak ada gangguan, maka dengan sebuah alat pene rima sinyal satelit (penerima GPS), bisa diperoleh data posisi di suatu tempat d engan ketelitian beberapa meter dalam waktu nyata. Satelit mata-mata adalah sate lit pengamat Bumi atau satelit komunikasi yang digunakan untuk tujuan militer at au mata-mata. Satelit tenaga surya adalah satelit yang diusulkan dibuat di orbit Bumi tinggi yang menggunakan transmisi tenaga gelombang mikro untuk menyorotkan tenaga surya kepada antena sangat besar di Bumi yang dpaat digunakan untuk meng gantikan sumber tenaga konvensional. Stasiun angkasa adalah struktur buatan manu sia yang dirancang sebagai tempat tinggal manusia di luar angkasa. Stasiun luar angkasa dibedakan dengan pesawat angkasa lainnya oleh ketiadaan propulsi pesawat angkasa utama atau fasilitas pendaratan; Dan kendaraan lain digunakan sebagai t ransportasi dari dan ke stasiun.

BAB VII - SISTEM KOMUNIKASI SATELIT 99

Stasiun angkasa dirancang untuk hidup jangka-menengah di orbit, untuk periode mi ngguan, bulanan, atau bahkan tahunan. Satelit cuaca adalah satelit yang diguanak an untuk mengamati cuaca dan iklim Bumi. Satelit miniatur adalah satelit yang ri ngan dan kecil. Klasifikasi baru dibuat untuk mengkategorikan satelit-satelit in i: satelit mini (500 200 kg), satelit mikro (dibawah 200 kg), satelit nano (di ba wah 10 kg). 7.3 Jenis-jenis Orbit Banyak satelit dikategorikan atas ketinggian o rbitnya, meskipun sebuah satelit bisa mengorbit dengan ketinggian berapa pun. bit Rendah (Low Earth Orbit, LEO): 300 - 1500km di atas permukaan bumi. Orbit Me nengah (Medium Earth Orbit, MEO): 1500 - 36000 km. Orbit Geosinkron (Geosynchron ous Orbit, GSO): sekitar 36000 km di atas permukaan Bumi. Orbit Geostasioner (Ge ostationary Orbit, GEO): 35790 km di atas permukaan Bumi. Orbit Tinggi (High Ear th Orbit, HEO): di atas 36000 km. Orbit berikut adalah orbit khusus yang juga digunakan untuk mengkategorikan sate lit: Orbit Molniya, orbit satelit dengan perioda orbit 12 jam dan inklinasi seki tar 63. Orbit Sunsynchronous, orbit satelit dengan inklinasi dan tinggi tertentu yang selalu melintas ekuator pada jam lokal yang sama. Orbit Polar, orbit sateli t yang melintasi kutub. 7.3.1 Jenis jenis orbit satelit Ada posisi dasar orbit, tergantung posisi relati f satelit terhadap bumi : 1. Geostasioner (geostationary). Orbit ini juga dikena l sebagai geosynchronous atau synchronous. Ketinggian orbit ini kira-kira 22.223 mil atau 1/10 jarak ke bulan. Jalur ini juga dikenal sebagai tempat parkir satel it, sebab begitu banyak satelit, mulai dar satelit i cuaca, satelit komunikasi hi ngga satelit televisi. Akibatnya, posisi masing-masing harus tepat agar tidak sa ling menginterferensi sinyal. Penerbangan Space Shuttle yang terjadwal, mengguna kan yang lebih rendah yang dikenal dengan asynchronous orbit, yang berada pada k etinggian rata-rata 400 mil (644 km). Berikut detil dari orbit satelit:

BAB VII - SISTEM KOMUNIKASI SATELIT 100 2. 70 -1.200 mil (asynchronous orbits) : digunakan oleh satelit pengamat, yang b iasanya mengorbit pada 300 -600 mil (470-970 km), berfungsi sebagai fotografer. Misalnya satelit Landsat 7, ia bertugas untuk pemetaan, pergerakan es dan tanah, situasi lingkungan (semisal menghilangnya hutan hujan tropis), lokasi deposit m ineral hingga masalah pertanian; satelit SAR (search-and-rescue) juga disini, de ngan tugas menyiarkan ulang sinyal-sinyal darurat dari kapal laut atau pesawat t erbang yang dalam bahaya; Teledesic, yaitu satelit yang di-backup sepenuhnya ole h Bill Gates, memberikan layanan komunikasi broadband (highspeed), dengan sarana satelit yang mengorbit pada ketinggian rendah (LEO, Low Earth Orbiting). 3. 3.0 00 -6.000 mil (asynchronous orbits) : digunakan oleh satelit sains, yang biasany a berada pada ketinggian ini (4.700 -9.700 km), dimana mereka mengirimkan data-d ata ke bumi via sinyal radio telemetri. Satelit ini berfungsi untuk penelitian t anaman dan hewan, ilmu bumi, seperti memonitor gunung berapi, mengawasi kehidupa n liar, astronomi (dengan IAS, infrared astronomy satellite) dan fisika. 4. 6.00 0 -12.000 mil (asynchoronous orbits) : satelit GPS menggunakan orbit ini untuk m embantu penentuan posisi yang tepat. Ia bisa digunakan untuk kepentingan militer maupun ilmu pengetahuan. 5. 22.223 mil (geostationary orbits) : digunakan oleh satelit cuaca, satelit televisi, satelit komunikasi dan telepon.

BAB VII - SISTEM KOMUNIKASI SATELIT 101 Gambar 7.1 Tipe-tipe Orbit Sistem komunikasi satelit LEO (Low Earth orbit) merupakan pengembangan terakhir sistem komunikasi satelit bergerak yang sekarang sudah ada, seperti INMARSAT, AM SC. Sistem komunikaasi satelit bergerak (mobile communications satellites) yang beroperasi sekarang ini menggunakan satelit ang beredar 36.000 km di atas permuk aan bumi dan mempunyai waktu edar sekitar 24 jam. Ditambah dengan lintasan yang berimpit dengan bidang katulistiwa, dari suatu titik bumi, satelit kelihatan seo lah-olah bergerak (GEO= Geostationary Earth Orbit). Dengan sistem GEO dikembangk an : a. Fixed Satellite Service (contohnya PALAPA INTELSAT, dll) yang memungkink an terjalinnya suatu hubungan komunikasi dan pertukaran informasi yang sangat ha ndal antara dua titik, tidak peduli apakah informasi tersebut berupa suara (tele pon), data maupun video (televisi). b. Satelit Komunikasi Bergerak (Mobile Commu nications Satellites), yaitu digunakan untuk memberikan jasa pelayanan komunikas i bagi pemakai yang bergerrak, baik di darat, di laut, maupun di udara. Contohny a ialah INMARSAT.

BAB VII - SISTEM KOMUNIKASI SATELIT 102 Dengan tingkat pencapaian teknologi yang ada saat ini, sistem GEO ini baru dapat memberikan pelayanan kepada pemakai jasa satelit melewati terminal yang relatif masih mahal dan berukuran transportabel (briefcase size), seperti terminal INMA RSATM. Jenis Informasi yang dilewatkannya pun baru suara dan data, dengan kecepa tan lebih rendah. Terasa bagi pemakai bahwa terminal ini masih merupakan investa si yang mahal di samping biaya per menitnya juga masih tinggi. Yang diinginkan i alah suatu terminal yang ringan seperti cellular handset type terminal dengan bi aya sewa komunikasi terjangkau. Di lain pihak, seiring dengan perkembangan ekono mi, lintasan GEO ini terasa semakin penuh, sehingga semakin susah untuk mendapat kan "slot" untuk menempatkan satelitnya. Sejalan dengan kemampuan teknologi , or ang berpaling lagi ke sistem satelit, yang beredar dengan orbit rendah (LEO= Low Earth orbit Satellites). Karena orbitnya rendah, waktu edarnya lebih cepat (2 s ampai 3 jam) sehingga dari suatu titik di permukaan bumi, satelit kelihatan berg erak dan mengalami waktu-waktu terbit dan terbenam gambar 7.2. Gambar 7.2 Lintasan orbit Leo dan Geo Maka untuk menjamiin kelangsungan hubungan , perlu diorbitkannya beberapa satelit sistem satelit), yang diletakkan di angka sa dengan pola tertentu sesuai dengan misi yang diembannya. Susunan demikian dis ebut konstelasi sistem LEO. Contohnya ialah IRIDIUM dengan 66 satelit yang terle tak pada 6 bidang orbit polar dengan 11 satelit pada masing-masing garis edar.

BAB VII - SISTEM KOMUNIKASI SATELIT 103 Keuntungannya adalah karena jaraknya dekat, ditambah dengan sistem Vocaded, term inal di bumi bisa berukuran kecil menjadi handheld. Dengan antena yang agak omni , terminal dapat menangkap sinyal satelit dari saat terbit sampai terbenam dalam lintasannya, atau sampai ia dapat menangkap sinyal satelit LEO berikutnya. Namu n, untuk keperluan penjejakan satelit, hanya stasiun pengendali (gateway) yang p erlu mempunyai antena dengan kemampuan tracking. Sesuai dengan sifat alamiahnya, baik LEO, GEO maupun MEO ( Medium Earth Orbit dengan ketinggian antena LEO dan GEO) masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan seperti terlihat dalam Tab el-1. Kekurangan LEO ialah jumlah satelitnya, umumnya lebih banyak untuk mencaku p daerah tertentu, dibandingkan MEO atau GEO, yang berarti biaya investasi maupu n operasionalnya lebih tinggi. Pada ketinggian edar LEO, umur satelit menjadi be rkurang dibandingkan ketinggian MEO atau GEO. Namun seperti telah diuraikan sebe lumnya, satelit LEO mampu memberikan daya pancar pada permukaan bumi lebih tingg i dari pada MEO atau GEO, sehingga terminal tipe handheld dapat bekerja. Disampi ng itu secara teoritis jumlah sel dalam suatu daerah cakupan bisa lebih banyak, yang berarti juga kapasitasnya bisa lebih banyak. Dengan demikian, sifat yang me nonjol dari sistem LEO adalah terminal yang kecil dan "mobile" dengan cakupan gl obal yang memenuhi kebutuhan para pengusaha pada saat ini. Dengan perkembangan t eknologi, harganya pun tidak begitu mahal, yaitu harga terminal hanya US $ 1500, - dan biaya pulsa adalah US$ 0.30 s.d. US$ 3.00 permenit. Dari segi penggunaanny a, sistem - sistem LEO dapat dibagi dalam dua sistem : Sistem yang dapat beroper asi dengan mem"bypass" jaringan telekom yang ada. Dalam group ini hanya IRIDIUM yang baru dapat digolongkan kedalamnya. Lihat gambar dibawah :

BAB VII - SISTEM KOMUNIKASI SATELIT 104 Gambar 7.3 Sistem bypass pada jaringan telekom a. Sistem yang bekerja melalui jari ngan telekom yang ada. Sehingga dapat dianggap sebagai perluasan sistem Cellular ataupun jaringan telekom yang ada. Lihat gambar dibawah : Gambar 7.4 Sistem perluasan Cellular atau jaringan telekom.

BAB VII - SISTEM KOMUNIKASI SATELIT 105 Dalam group ini termasuk : Global Star, Ellipsat, Constellation dan Odessy. Tida k ada yang aneh dalam desain kedua sistem ini., karena masing-masing ditujukan u ntuk pasar yang sesuai. IRIDIUM akan menarik pasar-pasar segmen atas (CEO global companies, Luxury pleasure boats, kedutaan-kedutaan, dsb), sedang Global Star d an lainlain, manrik kalangan dunia usaha menengah keatas. Namun demikian persent ase terbesar hubungan komunikasi dari setiap pelanggan, adalah hubungan lokal da n interlokal. Dalam group kedua ini, Aries dan Odessy hanya menawarkan jasanya d i Amerika Serikat. Namun bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, kehadi ran LEO tidak hanya dapat dimanfaatkan oleh pangsa pasar selular dan traveller, namun juga cocok untuk daerah terpencil dan daerah pedesaan, yang membutuhkkan a kses ke dalam jaringan PSTN. Dengan cara tradisional, bisa saja untuk daerah ter tentu-karena kondisi geografisnya-biaya akses ke PSTN mahal serta implementasiny a relatif lebih lama. Dengan sistem LEO yang tepat, akses ke PSTN bisa dalam wak tu yang amat singkat dan biaya bisa lebih murah. Tetapi dengan sistem LEO, seper ti juga dengan sistem INMARSAT, hanya dapat dilewatkan sinyal yang kecepatannya relatif rendah. LEO tidak / belum difikirkan untuk menggantikan fixed satellite service yang kecepatan bitnya umumnya cenderung tinggi. Link Budget Dengan perhi tungan link budget sederhana dan dengan menggunakan spesifikasi umum yang dapat diperoleh di internet, yaitu antena [5] dan modem [7] dan menggunakan parameter Telkom-1 untuk standard C-band [7], maka tabel 1 memperlihatkan bahwa untuk kece patan data 2 Mbps, maka antenna yang diperlukan di pelanggan minimum adalah 2 me ter. Sedangkan untuk kecepatan data 30 Mbps yang menggunakan satu transponder pe nuh, maka antenna 1.7 meter dapat digunakan. Pada simulasi ini coding yang digun akan adalah Viterbi , jenis modulasi QPSK. Terlihat bahwa margin yang diperoleh s angat kecil bila terjadi redaman (misalnya hujan) di lokasi pelanggan. Untuk men ingkatkan margin ini maka penggunaan antena yang lebih besar akan sangat membant u karena akan meningkatkan C/N dan juga mengurangi pengaruh kelemahan LNB yang d isebutkan diatas. Kemungkinan lain untuk meningkatkan margin adalah dengan mengg unakan jenis coding yang lebih baik (misal;

BAB VII - SISTEM KOMUNIKASI SATELIT 106 reed solomon) dan kecepatan coding yang lebih rendah (misal; 0.5). Tetapi setiap perubahan parmeter harus selalu diikuti dengan proses optimasi penggunaan trans ponder mengingat jumlah sinyal di transponder dibatasi oleh lebar pita frekuensi dan daya pancarnya. Tabel 7.1. Link Bugdet

BAB VII - SISTEM KOMUNIKASI SATELIT 7.5 Sistem Komunikasi Satelit (Segmen Bumi d an Segmen Angkasa) Bagian penting dalam sistem komunikasi satelit yaitu : Space segment (bagian yang berada di angkasa) Ground segment (biasa disebut stasiun bu mi). 107

Gambar 7.5 Arsitektur Komunikasi Satelit Segmen Angkasa : Struktur/Bus Payl ower Supply Kontrol temperature Kontrol Attitude dan Orbit Sistem propulsi Telem etri, tracking, dan Command (TT & C). Segmen Bumi : User terminal, SB Master dan jaringan.

BAB VII - SISTEM KOMUNIKASI SATELIT Apa yang sebenarnya terdapat di dalam sateli t ? 108 Satelit sesungguhnya sama dalam bentuk dan ukuran dan memainkan beberapa peran t ertentu. Sebagai misal dapat dilihat beberapa contoh berikut : Satelit cuaca. Sa telit ini membantu ahli meteorologi untuk meramalkan cuaca atau melihat apa yang terjadi pada suatu waktu. Satelit jenis ini diantaranya TIROS, COSMOS dan GOES. Mereka menyimpan kamera di dalam tubuhnya untuk dikirim ke bumi, baik melalui p osisi geostasioner maupun kutub orbit. Satelit komunikasi. Melayani transmisi te lepon dan data. Satelit jenis ini misalnya Telstar dan Intelset. Komponen terpen tingnya adalah transponder yakni sebuah radio yang menerima percakapan dalam sat u frekuensi, kemudian memperkuatnya serta mentransmisikannya kembali ke bumi mel alui frekuensi lain. Dalam sebuah satelit komunikasi, terdapat ratusan hingga ri buan transponder, dan biasanya satelit ini menggunakan geosynchronous. Satelit p enyiaran. Ia menyairkan sinyal televisi dari satu titik ke titik lain (hampir mi rip dengan satelit komunikasi). Satelit sains. Mengemban bermacam tugas sains. M isal, Hubble Space Telescope yang merupakan satelit sains terkenal. Satelit navi gasi. Ia membantu kapal laut dan pesawat terbang dan yang laing dikenal adalah s atelit GPS NAVSTAR. Satelit penyelamatan. Membantu menangkap sinyal radio yang m eminta pertolongan. Satelit observasi bumi. Ia mengobservasi planet bumi tentang segala perubahan, misal cuaca, temperatur udara, wilayah hutan hingga lapisan e s. LANDSAT merupakan satelit terkenal dari jenis ini Satelit militer. Mempunyai tugas atau misi rahasia, sehingga jenis informasinya pun berbeda. Fungsinya anta ra lain : merelai komunikasi terenskripsi, monitoring nuklir, mengobservasi perg erakan-pergerakan musuh, peringatan awal akan peluncuran rudak oleh musuh, radar imaging, fotografi. Walaupun terdapat perbedaan yang sangat signifikan dari satelit-satelit tersebut diatas, ada beberapa hal yang sama secara umum :

BAB VII - SISTEM KOMUNIKASI SATELIT 109 Semuanya terdiri dari kerangka dan badan dari metal atau komposit, yang biasanya disebut bus. Bus ini menjaga agar semua yang ada di dalamnya tetap utuh selama da lam peluncuran dan ketika berada di angkasa luar. Mereka juga sumber tenaga (biasanya solar cell) dan baterai sebagai cadangan dan penyimpan tenaga. Mereka juga dilengkapi dengan komputer untuk mengendalikan da n memonitor sekian banyak sistem yang berbeda. Perlengkapan transmiter/receiver radio dan antena juga digunakan untuk membantu pengawas di bumi untuk mendapatka n informasi dari satelit dan memonitor kesehatannya. Banyak satelit dapat dikend alikan dari bumi dengan banyak cara, dari merubah orbit hingga memprogram ulang sistem komputer. Ada juga perlengkapan sistem kendali letak (ACS, attitude control system), yang berfungsi untuk menjaga arah satelit. Sebagai contoh, Hubble Space Telescope mem iliki sistem kendali yang dapat menjaga satelit pada posisi yang selalu sama tia p hari tiap jam pada satu waktu. Sistemnya dilengkapi dengan gyroscope, accelero meter, reaction wheel stabilization system, thrusters dan beberapa sensor yang m emperhatikan bintang-bintang sebagai penentu posisi. 7.6 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Komunikasi Satelit Salah satu keunggulan sis tem komunikasi satelit adalah "kemampuannya menyelenggarakan telekomunikasi yang meliputi wilayah yang lebih luas, dengan waktu yang relatif pendek". Sistem kom unikasi satelit Palapa misalnya, digelar hanya dalam waktu sekitar dua tahun, la ngsung mampu meliput kawasan Nusantara dan Asia Tenggara. Sebaliknya, kelemahan sistem komunikasi satelit, yang pernah kita alami, antara lain peluncuran tidak mencapai orbitnya. Tanpa diperintah, satelit meninggalkan kavlingnya, dan ganggu an rutin dari matahari, sun outage. Gangguan yang terakhir ini terjadi lamanya h anya beberapa menit, terjadinya beberapa kali setiap tahun, sifatnya lokal, dan waktu kedatangannya dapat diramalkan dengan perhitungan komputer. Prinsip ganggu an ini sangat sederhana, terjadi bila matahari, satelit, dan sorot antena parabo la pada garis lurus.

BAB VII - SISTEM KOMUNIKASI SATELIT 110 Maka operator stasiun bumi Satelit Palapa segera mematikan perangkat penjejak sa telit otomatis, auto track-nya, agar antena parabolanya tidak mencari cari satel itnya, karena pada saat terjadi gangguan sinyal dari satelit tersembunyi di bali k derau yang besar dari matahari.

BAB VIII - TEORI SELULAR BAB VIII TEORI SELULAR 8.1 Konsep Selular 111

Saat ini terdapat sejumlah teknologi selular yang beroperasi diseluruh dunia. Na mun hampir tidak ada standar yang baku dalam teknologi tersebut. Hal ini ternyat a membatasi pengembangan sistem selular itu sendiri, khususnya yang menyangkut m asalah roaming. a. Teknologi selular analog Beberapa tipe sistem selular analog yang ada saat ini antara lain: TACS United Kingdom, Ireland NMT 450 dan NMT 900 Scandinavia, Benelux, Spain,Austria C450 Germany RTMS Italy Radio Com 2000 Franc e AMPS Di antara sistem analog tersebut, sistem AMPS memiliki teknologi yang leb ih unggul, terutama bila ditinjau dari kapasitas kanal kendali dan laju transmis inya. Di Indonesia, sistem AMPS ini telah dijadikan sebagai STB nasional sejak t ahun 1989. b. Teknologi selular digital Dalam perkembangan selanjutnya, dimana p eningkatan efisiensi pemanfaatan spektrum dan kualitas serta jenis layanan merup akan hal yang sangat dibutuhkan, penerapan teknologi selular digital menjadi per timbangan utama. Alasan utama dari penerapan teknologi digital ini adalah: Sinya l digital relative lebih kebal dari pada sinyal analog. Perangkatnya cenderung l ebih murah, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi digital. Dengan adany a teknik-teknik modulasi digital yang hemat spektrum, maka kapasitas sistem dapa t lebih di tingkatkan. Jenis-jenis layanan baru bisa di peroleh, terutama bila b erintegrasi dengan ISDN. Keamanan relatif lebih baik. Teknologi radio selular digital yang sedang beroperasi di dunia antara lain:

BAB VIII - TEORI SELULAR 112 NADC (North American Digital Cellular), GSM (Global Cellular Mobile), DAMPS (Dig ital AMPS), JDC (Japan Digital Cellular), dan IS-95 (yang mengunakan metode akse s CDMA). Sedangkan sistem yang beroprasi di Indonesia adalah GSM (berdasarkan su rat keputusan Dirjen Postel No.4243/Dirjen /1993 tanggal 14 Oktober 1993, yang m engesahkan implementasi GSM di Batam-Bitan sebagai proyek STBD) c. Personal Comm unication System (PCS) dan Personal Communication Network (PCN) Teknologi ini be rkembang dari masyarakat komunikasi tanpa kabel dengan mobilitas tinggi yang mak in berkembang jumlahnya. PCS berkembang di Amerika Serikat, sedangkan PCN berkem bang di Eropa. PCS/PCN dapat diartikan sebagai sebuah bentuk layanan baru dari s istem komunikasi bergerak yang bersifat lebih portable dan berukuran lebih kecil . Teknologi ini juga memungkinkan di integrasikan dengan jaringan komunikasi lai n seperti PSTN. Ditinjau dari jaringannya, maka PCN/PCS ini dapat di kelompokan menjadi dua, yaitu yang melalui satelit dan teresterial. PCS di Amerika Serikat merupakan pengembangan teknologi 800 MHz selular yang dikenal sebagai Digital AM PS (IS 54). Di sampng itu juga PCS pita lebar (spektrum 2 GHz) dan PCS pita semp it (spektrum 900 MHz). Sedangkan perkembangan PCS di Jepang mengacu pada pengemb angan layanan dasar yang dikenal sebagai personal connection ke layanan modern y ang mempunyai mobilitas tinggi yang menggunakan akses radio, sehingga berkembang sistem Personal Handy Phone (PHP) dan sekarang berubah menjadi Personal Handyph one System (PHS). Perkembangan teknologi PCN di Eropa merupakan pengembangan tek nologi sistem telekomunikasi bergerak generasi kedua, yaitu Global System for Mo bile Communication (GSM-900) yang bekerja pada spektrum frekuensi 900 MHz ke tek nologi Digital Cellular System (DCS-1800 ) yang bekerja pada frekuensi 1,8 GHz. Ditinjau dari segi daerah jangkauan (coverage), maka sistem komunikasi bergerak dapat dibedakan menjadi dua macam: a. Sistem Konvensional (Large Zone) Pada sistem ini base station melayani wilaya h yang sangat luas dengan radius

BAB VIII - TEORI SELULAR 113 40 km. Keuntungan dari sistem ini adalah relatif mudah dalam hal switching, char ging dan transmisi. Sedangkan kekurangannya: 1. Kesanggupan pelayanan terbatas D aya yang dipancarkan harus besar dan antena harus tinggi. Selain itu area pelaya nan dibatasi oleh kelengkungan bumi. Ketika user sedang melakukan pembicaraan da n keluar dari suatu wilayah pelayanan, maka pembicaraan terputus karena tidak me milki fasilitas handoff dan harus dilakukan inisialisasi ulang. 2. Unjuk kerja p elayanan kurang baik Sistem konvensional ini hanya memiliki jumlah kanal yang se dikit, sehingga blocking menjadi sangat besar. 3. Tidak efisien dalam penggunaan bandwidth Tidak menggunakan pengulangan frekuensi sehingga jumlah kanal yang di alokasikan pada setiap sel akan sangat kecil. [F1] Proses membangun hubungan [F2] Radio Base Station Gambar 8.1 Sistem komunikasi bergerak konvensional b. Sistem Selular (Multi Zone) Dalam sistem ini pelayanan dibagi menjadi daerahdaerah yang lebih kecil disebut sebagai sel dan setiap sel dilayani oleh sebuah RBS (Radio Base Station). Antara RBS masing-masing sel saling terintegrasi dan d ikendalikan oleh suatu MSC

BAB VIII r sistem cakupan Reuse). 114

- TEORI SELULAR (Mobile Switching Centre). Prinsip dasar dari arsitektu selular adalah: 1. 2. 3. Pemancar mempunyai daya pancar yang rendah dan yang kecil. Menggunakan prinsip penggunaan kembali frekuensi (Frequency Pemecah sel (Cell Splitting) pada sel yang telah jenuh dengan user.

Sistem ini memiki banyak keuntungan dibandingkan sistem konvensional, yaitu: a. b. Kapasitas user lebih besar. Efisien dalam penggunaan pita frekuensi karena me makai prinsip pengulangan frekuensi c. Kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap k epadatan lalu lintas atau trafik karena sel dapat dipecah. d. e. Kualitas pembic araan baik karena tidak sering terputus. Kemudahan bagi pemakai. 8.1.1 Konsep Pengulangan Frekuensi Sebuah kanal radio terdiri dari sepasang frek uensi, masing-masing arah memakai satu frekuensi untuk keperluan komunikasi full dupleks. Dalam sistem selular, suatu kanal frekuensi F1 yang digunakan dalam se l C1 dengan jari-jari cakupan R, dapat digunakan kembali di sel lain yang terpis ah sejauh D terhadap sel tersebut. Pengulangan frekuensi merupakan inti dari kon sep sistem radio selular. Dengan menggunakan sistem pengulangan frekuensi maka p emakai yang berada di wilayah lain dapat secara simultan menggunakan frekuensi y ang sama. Kedua sel yang sama tersebut disebut sebagai sel co-channel. Dengan de mikian pengulangan frekuensi dapat meningkatkan efisiensi penggunaan spektrum fr ekuensi, akan tetapi apabila sistem tersebut tidak dirancang dengan baik dapat m enimbulkan interferensi yang merupakan masalah utama dalam sistem selular. Inter ferensi yang berasal dari sel lain yang menggunakan frekuensi yang sama disebut interferensi co-channel. Gambar 8.2

BAB VIII - TEORI SELULAR Pengulangan frekuensi (reuse frequency) 115 Jarak minimum yang diijinkan untuk melakukan pengulangan frekuensi tergantung pa da banyak faktor, seperti jumlah sel dengan frekuensi yang sama, tipe kontur dar i permukaan, tinggi antena, dan daya yang ditransmisikan pada setiap sel site. J arak pengulangan frekuensi D dapat ditentukan dari: D = 3K .R (8.1) Dimana K adalah pola pengulangan frekuensi. Pola pengulangan frekuensi untuk K=7 ditunjukkan oleh gambar 8.3. Gambar 8.3 Pola pengulangan kembali K = 7 Dari rumus di atas diperoleh: D = 3,46R = 4,6R = 6R = 7,55R K=4 K=7 K = 12 K = 1 9 (8.2) Jika semua sel site memancarkan daya yang sama, apabila K meningkat maka jarak p engulangan frekuensi D juga akan meningkat. Peningkatan harga D ini adalah mengu rangi interferensi co-channel yang mungkin muncul.

BAB VIII - TEORI SELULAR 116 Secara teori diinginkan harga K yang besar, tetapi jika K terlalu besar, sedangk an jumlah total kanal yang dialokasikan adalah tetap maka jumlah kanal yang dite tapkan untuk masing-masing sel menjadi kecil, sehingga terjadi ketidak efisienan trunk. Tantangan dalam perencanaan adalah untuk memperoleh K terkecil yang masi h memenuhi performasi sistem yang dibutuhkan. Hal ini meliputi perkiraan interfe rensi co-channel dan penentuan jarak minimum pengulangan frekuensi D untuk mengu rangi interferensi co-channel. Nilai terkecil dari K adalah K = 3, diperoleh den gan memilih i = 1, j = 1 dari persamaan K = i2 + ij + j2. 8.1.2 Pembelahan Sel K etika jumlah mobile station meningkat dan mencapai jumlah maksimum yang dapat di layani sebuah sel, sel-sel harus dipecah menjadi sel-sel yang lebih kecil, masin g-masing mempunyai jumlah kanal yang sama seperti sel asalnya. Setiap sel dapat melayani jumlah mobile station yang sama seperti sel asal yang besar. Hal yang p enting juga adalah mengurangi daya dari transmiter untuk memperkecil interferens i co-channel. Dengan proses pembelahan sel, jumlah mobile station potensial dapa t ditingkatkan tanpa kebutuhan tambahan bandwidth. Terdapat dua cara pembelahan sel. Pada gambar 4.a, pusat sel asal tidak terpakai setelah pembelahan sel tetap i dengan cara pembelahan pada gambar 4.b pusat sel asal masih dipakai setelah pe mbelahan sel. Radius sel baru = Radius sel lama 2 (8.3) Sedangkan perbandingan luas sel: Luas sel baru = Luas sel lama 4 (8.4)

BAB VIII - TEORI SELULAR 117 Gambar 8.4 Pembelahan sel (Cell Splitting) Daya yang dipancarkan oleh sel baru h asil pemecahan (Pt1) dapat diturunkan dari besarnya daya yang dipancarkan oleh s el lama (Pto). Jika diasumsikan daya yang diterima pada batas sel adalah Pr, mak a: Pr = P R0 10 Pr = Pt 1 ( R0 / 2) (8.5) (8.6) Dim n d l h konst n d n s rny d y y n diterim p d h bes rny d y y n diterim ink n d y y n diterim p d Pt 1 = Pt 0 ( 2) (8.7) Bil dim sukk n h r = 4 (untuk komunik si mobil), m k diperoleh: d l h kemirin n red m n. Pers m n 8.5 meny t k n be b t s sel y n l m , sed n k n pers m n 8.6 d l p d b t s sel b ru setel h dibel h. K ren diin b t s ke du sel tersebut s m Pr, m k :

Pt1 = Pt 0 / 16 = Pt 0 12 dB (8.8) Terlih t b hw d y y n dip nc rk n d ri sel b ru d l h 12 dB dib w h d y p n c r sel l m . Sel njutny seti p sel y n b ru k n memu t beb n tr fik m ksimum y n s m den n beb n tr fik s tu sel l m , den n be itu p bil terj di pemb el h n sel, m k : tr fik y n b ru = 4 tr fik y n l m tr fik y n b ru tr fik y n l m = 4 s tu n lu s s tu n lu s (8.9)

118 P d komunik si ber er k, seti p user memiliki tin k t mobilit s y n tin i. Ad kemun kin n user ber er k d ri s tu sel menuju sel l in y n mem k i p s n n frekuensi y n berbed ketik sed n terj di perc k p n. Untuk menj min b hw pe mbic r n k n terus ters mbun diperluk n f silit s h ndoff y itu proses otom t is per nti n frekuensi ketik mobile st tion ber er k ke d l m d er h t u sel y n mempuny i k n l den n frekuensi berbed den n sel sebelumny , sehin pe mbic r n dij min k n terus ters mbun t np perlu mel kuk n pem n il n kemb l i t u inisi lis si ul n . Untuk memberi mb r n y n jel s tent n h ndoff d p t dijel sk n den n mb r 8.5 berikut: Ketik mobil st tion mul i mel kuk n p n il n di d l m sel C1 y n berfrekuensi F1 kemudi n ber er k mem suki sel C2, m k h rus terd p t proses otom tis y n mel kuk n pemind h n frekuensi y n dip k i d ri F1 ke F2 t np c mpur t n n pem k i r p n il n d p t terus ters m bun , be itu seterusny jik mobil st tion ber er k ke sel y n berbed . Ad du tipe proses h ndoff: 1. 2. Berd s rk n p d ku t med n Berd s rk n p d perb nd in n C rrier to Interference Kriteri h ndoff berbed untuk kedu tipe ini, p d tipe 1, level threshold ku t med n untuk h ndoff 100 dBm d l m sis tem y n d ib t si oleh noise. D n 95 dBm d l m sistem y n dib t si oleh interferensi. P d tipe 2, nil i C / I p d perb t s n sel untuk proses h ndoff d l h 18 dBm untu k mend p tk n ku lit s su r y n b ik. K d n k d n nil i C / I y n lebih ren d h diperluk n untuk l s n k p sit s. Tipe 1 mud h dil kuk n. Penerim p d sel site men ukur semu ku t med n y n ber s l d ri mobil st tion. Ku t siny l ter im ini sud h meliputi interferensi. Ku t siny l terim = C + I (8.10)

BAB VIII

TEORI SELULAR 8.1.3 S t Per lih n (H ndoff/H ndover))

119 G mb r 8.5 Mek nisme proses h ndoff Dim n C d l h d y elomb n pemb w d n I d l h interferensi. Mis lk n menset level threshold untuk ku t siny l terim , k ren I k d n k d n s n t bes r, level ku t siny l terim tin i d n j uh di t s level threshold. D l m situ si ini ku lit s su r cukup b ik w l upun ku t med n terim kecil, tet pi k ren ku t siny l terim kecil, dil kuk n h ndoff y n tid k perlu. J di tipe 1 ini mud h untuk dil ks n n k n tet pi tid k cukup k ur t d l m menentuk n h ndoff.

H ndoff d p t dikontrol den n men un k n perb ndin n c rrier to interference C / I. D p t menset level tertentu berd s rk n C / I ini, C menurun seb i fun si d ri j r k tet pi I ter ntun p d lok si. Nil i C / I turun seb i kib t sem kin j uhny j r k prop si t u kib t menin k tny interferensi. D l m ked u k sus ini, h ndoff mem n h rus dil kuk n. J di metode ini lebih kur t jik dib ndin k n den n metode y n pert m . 8.1.4 M s l h Interferensi Jik su tu d er h mempuny i beber p unit komunik si pem nc r penerim (tr nsceiver) d n beb er p pem k i men un k n k n l y n s m t u k n l y n berdek t n, m k kiner j dipen ruhi oleh interferensi b ik interferensi k n l y n s m (co ch nnel i nterference) m upun interferensi y n diseb bk n oleh k n l y n berdek t n ( dj cent ch nnel interference), sel in itu interferensi d p t pul timbul d ri sist em selul r l in d n ju d ri sistem non selul r. D l m sistem selul r, m sin m sin pem nc r penerim tid k h ny

BAB VIII

TEORI SELULAR

120

(8.11)

Nil i q disebut f ktor pen ur n n interferensi co ch nnel (co ch nnel reduction f ctor) d p t ditentuk n untuk seti p level d ri perb ndin n siny l terh d p i nterferensi y n diin ink n. 8.1.4.2 Interferensi K n l Bersebel h n (Adj cent C h nnel Interference) Interferensi k n l bersebel h n terj di kib t du bu h sel y n bersebel h n men un k n du spektrum frekuensi y n berdek t n. D l m sis tem selul r interferensi k n l bersebel h n lebih mud h dikontrol jik dib ndin k n den n interferensi co ch nnel y itu den n pem k i n filter y n cur m. 8.1 .4.3 Interferensi Intersimbol (Intersymbol Interference) Interferensi intersimbo l terj di kib t d ny del y spre d y n bes r d l m medium multip th t u k re n l ju bit tr nsmisi y n tin i. Jik 1 bps membutuhk n 1 Hz, m k l ju bit tr nsmisi Rt d p t ditentuk n d ri: Rt 1 (8.12) dim n d l h del y spre d. Untuk d er h urb n, sub urb n, d n d er h terbuk , d el y spre d berturut

dim n : D R = j r k sel

nt r sel sel y n

men un k n frekuensi y n

s m = r dius

dipen ruhi oleh k r kteristik ec r simult n dih silk n oleh interferensi p d sistem selul .1.4.1 Interferensi Co Ch nnel terj di ketik du t u lebih Pen un n frekuensi y n s m nterferensi co ch nnel merup k i: q= D R

d er h sekit rny , tet pi ju oleh siny l y n s sejuml h pem nc r di d er h sekit rny . Pen ruh r ini bi s ny lebih bes r d ri pen ruh noise. 8 (Co Ch nnel Interference) Interferensi co ch nnel k n l komunik si men un k n frekuensi y n s m . ini bertuju n menin k tk n utilit s frekuensi. I n fun si d ri p r meter q y n didefinisik n seb

BAB VIII

TEORI SELULAR

BAB VIII TEORI SELULAR turut d l h 3 s, 0,5 s, d n < 0,2 s. 8.1.4.4 Interferensi Ne r F r (Ne r end to F r end Interference) 121 Interferensi ne r f r terj di k ren d ny perbed n j r k y n cukup bes r nt r mobile st tion s tu den n mobile st tion l in ke b se st tion. Siny l y n diterim oleh mobile st tion y n lebih dek t den n b se st tion lebih ku t dib ndin k n siny l y n diterim mobile st tion y n let kny lebih j uh d ri b se st tion. Siny l y n lebih ku t itu k n menutup siny l y n lebih lem h. Der j t penutup nny ter ntun p d j r k ke b se st tion. Jik d y p nc r d ri set i p mobile st tion d l m s tu sel s m , level siny l y n diterim b se st tion h ny ditentuk n oleh pered m n lint s n nt r b se st tion d n mobile st tion. Perb ndin n d y ne r end terh d p f r end (NE/FE) did p t d ri: p th loss terh d p d 2 ( ne r end ) NE = FE p th loss terh d p d 1 ( f r end ) d NE = 40 lo 2 (dB) FE d1 (8.13) (8.14) dim n d1 d l h j r k mobile st tion 1 ke b se st tion d n d2 d l h j r k mobi le st tion 2 ke b se st tion. Untuk men ur n i interferensi ne r f r ini d p t p ul di un k n power control. Den n power control, d y y n tib di b se st tio n untuk mobile st tion y n berbed j r kny tet p s m . Ini d p t dil kuk n den n men ontrol d y y n ditr nsmisik n oleh mobile st tion sehin mobile st t ion y n lebih dek t den n b se st tion k n mem nc rk n d y y n lebih kecil jik dib ndin k n den n d y y n dip nc rk n oleh mobile st tion y n let kny j uh d ri b se st tion. 8.1.5 Men ur n i Interferensi den n Sektoris si Sektor is si sel merup k n up y untuk men ur n i kontribusi interferensi r diperole h C / I minimum sehin did p t f ktor pen ul n n frekuensi (K) y n minimum. Den n demiki n pem nf t n pit frekuensi sem kin efisien d n k p sit s ti p se l menj di lebih bes r. F ktor pen ur n n interferensi co ch nnel (q) ditentuk n oleh b t s n C / I minimum y n d p t diterim untuk men h silk n pembic r n y n terden r b ik,

122

(8.15) Den n mem sukk n h r q = 3,46 m k diperoleh: C / I untuk k sus terburuk = 96 ,9 = 19,9 dB. Terlih t h silny d l m k sus terburuk lebih bes r d ri 12 dB, y n merup k n sy r t d l m sistem dis in. D l m keny t nny C / I y n diperoleh mun kin 6 dB dib w h perhitun n itu. W l upun demiki n 13,9 dB merup k n h sil y n cukup.

jel s d n mempuny i ke nd l n tin i. Nil i tipik l C / I untuk sistem di it l T DMA d l h 12 dB p d posisi terburuk d n dit mb h 6 dB untuk men ntisip si tr fik y n tin i, ketid ksesu i n kontur d n lok si RBS y n kur n men untun k n . Hubun n nt r C / I d n q merup k n fun si susun n sel (K) d n sektoris si nten , dihitun p d posisi terburuk (siny l pemb w terkecil d n siny l interfe rensi terbes r berd s rk n j r k per mb t n elomb n ) oleh interferensi l pis p ert m selsel den n k n l frekuensi s m . Den n teknik ini seti p sel dib i d l m ti t u en m sektor den n men un k n ti t u en m nten ber r h p d b se st tion. P d m sin m sin sektor dip k i s tu set frekuensi y n berbed . 1. K sus ti sektor (1200) Sistem ini ditunjukk n d l m mb r 8.6. P d sist em ini sel co ch nnel y n merup k n sumber interferensi t diny en m bu h tin l h ny du bu h. Situ si terburuk terj di ketik mobile st tion ber d p d po sisi A, dim n j r k nt r mobile st tion den n nten sumber interferensi sec r k s r d l h D d n D+0,7R, sehin C / I d l h seb i berikut: C R 4 = I ( D + 0 ,7 R ) 4 + D 4 C 1 = I ( q + 0 ,7 ) 4 + q 4

BAB VIII

TEORI SELULAR

123 K sus terburuk p d sistem 1200 (K=4) mb r. ; sistem 600 (K=4) mb r b G mb r 8.6 Sistem nten ber r h 2. K sus En m Sektor (600) P d k sus ini sel dib i menj di en m sektor, den n men un k n nten ber r h y n mempuny i leb r ber k s p nc r 600. Den n teknik ini m k sel coch nnel y n menj di sumber interfe rensi h ny s tu bu h den n j r k d ri sumber sel sebes r D + R, sehin C / I untuk kondisi terburuk d l h sbb: C R 4 = I ( D + R ) 4 C 1 = I ( q + 1) 4 (8.16)

Den n mem sukk n h r q = 3,46, m k diperoleh: C / I k sus terburuk = 395,6 = 25,9 dB = 26 dB Jik 6 dB dikur n i d ri 26 dB, m k 20 dB k n s n t cukup un tuk memenuhi unjuk kerj sistem. S l h s tu keuntun n d ri sistem den n en m s ektor (600) k n diperoleh unjuk kerj y n b ik terut m d l m ku lit s tet pi mempuny i kekur n n sbb: 1. 2. Mempuny i lebih b ny k nten y n dip s n di t i n nten (tid k ekonomis). Ak n lebih serin terj di h ndoff k ren menin k t ny kemun kin n mobile st tion ber er k melint s nt r sektor. 3. Men ur n i efi siensi trunkin . K ren l s n l s n di t s d l m des in su tu sistem selul r p bil sistem ti sektor (1200) tel h mencukupi unjuk kerj sistem, m k sistem ini lebih serin dipilih dib ndin k n sistem en m sektor (600). 8.2 Prop tion Loss

BAB VIII

TEORI SELULAR

124 Prop tion loss menc kup semu pelem h n y n diperkir k n k n di l mi siny l ketik berj l n d ri b se st tion ke mobile st tion. Ad ny pem ntul n d ri bebe r p obyek d n per er k n mobile st tion menyeb bk n ku t siny l y n diterim o leh mobile st tion berv ri si d n siny l y n diterim tersebut men l mi p th l oss. P th loss k n memb t si kinerj d ri sistem komunik si ber er k sehin m emprediksik n p th loss merup k n b i n y n pentin d l m perenc n n sistem k omunik si ber er k. P th loss y n terj di p d siny l y n diterim d p t diten tuk n mel lui su tu model prop si tertentu. Model prop si bi s ny mempredik sik n r t r t ku t siny l y n diterim oleh mobile st tion p d j r k tertent u d ri b se st tion ke mobile st tion. Dis mpin itu, model prop si ju ber u n untuk memperkir k n d er h c kup n sebu h b se st tion sehin ukur n sel d ri b se st tion d p t ditentuk n. Model prop si ju d p t menentuk n d y m k simum y n d p t dip nc rk n untuk men h silk n ku lit s pel y n n y n s m p d frekuensi y n berbed . Perkir n ru i lint s n prop si y n dil lui oleh e lomb n y n terp nc r d p t dihitun den n rumus n free sp ce, Lee d n H t . 8 .2.1 F din Siny l r dio ber er k sec r m tem tis d p t ditulis seb i: r (t ) = m(t ).r0 (t ) (8.17) Komponen m(t) disebut loc l me n, lon term f din , t u f din l mb t y itu f d in y n diseb bk n oleh kontur d er h nt r b se st tion d n mobile st tion ; komponen r0(t) disebut multip th f din , short term f din t u f din cep t y i tu f din diseb bk n oleh elomb n p ntul d ri struktur di sekit r mobile st ti on, seperti edun d n rum h. Komponen m(t) d n r0(t) diperlih tk n p d mb r 8.7. . Siny l f din

b. F din cep t

BAB VIII

TEORI SELULAR

BAB VIII TEORI SELULAR G mb r 8.7 Represent si siny l r dio mobile 8.2.1.1 F d in L mb t 125 F ndin l mb t d l h r t r t d ri siny l f din r(t) berup ris putus putus p d mb r 8.8 y n ju disebut loc l me n. Perkir n loc l me n m^(x) p d t itik xi sep nj n sumbu x d p t diny t k n sec r m tem tis den n: m( x ) = 1 2L 1 2L x 1+L x 1L x 1+L x 1L r ( x )d ( x ) (8.18) m( x ) = m ( x ) r 0( x ) dx G mb r 1.8 R t r t r(x) sep nj n

2L

Berd s rk n perhitun n sec r st tistik diperoleh bes r 2L y n tep t d l h 2040 (6-13 m pada frekuensi 900 MHZ) dengan jumlah titik pengamatan 36 buah yang me mpunyai kesalahan perkiraan sebesar 1 dB. Penyebab fading lambat adalah perubaha n konfigurasi alam antara base station dan mobile station yang akan menyebabkan fluktuasi path loss akibat efek bayangan dari penghalang alam (shadowing). Ketik a bergerak mengitari base station akan terlihat kuat sinyal naik turun tergantun g ada tidaknya penghalang. Fanding lambat sinyal radio mobile bervariasi pada se tiap titik pada jarak R dari base station mengikuti distribusi normal. Fungsi ra pat peluang dari distribusi normal adalah:

BAB VIII - TEORI SELULAR (x x )2 2 2 126 p( x ) = 1 2 e (8.19) dimana: x = x fading lambat (local mean) rata rata dari emua fading lambat tandar devia i da ri x (dB) meru akan varia i level inyal x di ekitar x . = = Be arnya tergantung dari lingkungan radio mobile dan frekuen i yang digunakan. P robabilita dari nilai (x) dibawah harga tertentu, telah ditabelkan ada lam ir an. 1 2 z z2 2 dz e fung i ke alahan = erf ( z ) = x (8.20) dimana: z= x x dan erfc (z) = 1 erf (z) (8.21) A abila z = 0 atau x = x maka dilihat dari tabel erfc (0) = 0,5 atau 50% ehingg a erf = 1 0,5 = 0,5 atau 50% yang menunjukkan keandalan dari i tem terhada fad ing lambat. Dengan x = x = 0 artinya tidak ada cadangan fanding yang diberikan. Jadi erfc 50% menunjukkan keandalan i tem tan a cadangan. Pada erencanaan umum nya diinginkan keandalan i tem diata 90% artinya level inyal enerima haru d inaikkan. A abila keandalannya 90% maka dari tabel ada lam iran A di eroleh: erfc (z) =0,9 z = x x = 1,28

127 Gambar 8.9 Fung i ra at eluang di tribu i normal Untuk nilai yang e uai tergan tung ti e daerah di eroleh: z = 1,28 x 6,5 = 8,32 dB ada daerah urban z = 1,28 x 8,1 = 10,37 dB ada daerah ub urban 8.2.1.2 Fading Ce at Fanding ce at di ebu t juga fading linta jamak, terjadi karena adanya linta an ganda yang di ebut e bagai multi ath. Hal ini terjadi karena adanya antulan gelombang dari benda ben da e erti rumah, gedung, mobil, ohon dan benda benda lain di ekitar mobile t ation. Multi ath ini da at menyebabkan daya jelajah inyal menjadi lebih be ar, teta i da at ula menyebabkan delay read yang da at menyebabkan terjadinya ke alahan bit ada komunika i digital. Karena erbedaan linta an yang ditem uh, mak a akan menyebabkan erbedaan am litudo dan fa a dari inyal yang tiba ada mobil e tation. Sinyal inyal itu da at aling meniadakan a abila fa anya berbeda 180 0 dan aling menguatkan a abila fa anya ama. Fading ce at ini terdi tribu i men gikuti di tribu i Rayleigh, ehingga fading ini di ebut Rayleigh fading, yang me m unyai er amaan fung i ra at eluang. r 2 r ( 4m 2 ) (r ) = e 2 2m r 0 r <0 (8.22) dimana:

BAB VIII

TEORI SELULAR

128 Gambar 8.10 Fung i rapat peluang di tribu i Rayleigh Cadangan fading untuk fadin g cepat bia anya diperoleh dari teknik diver ita pada antena penerima. 8.2.2 r edik i Level Sinyal enerima pada ropaga i Sinyal Si tem Selular redik i redam an propaga i hanyalah dilihat propaga i gelombang dari ba e tation ke mobile t ation. Beberapa metoda telah dikemukakan untuk mak ud ter ebut dan ternyata dipe roleh ha il yang berbeda beda. Hal ini di ebabkan etiap metoda memiliki keandal an predik i yang baik hanya pada uatu wilayah tertentu. Setiap kota yang dijadi kan tempat penelitian memiliki karakteri tik yang berbeda walaupun ama ama di e but daerah urban. Secara gari be ar metoda predik i level inyal dikelompokkan menjadi dua metoda, yaitu metoda yang memakai program komputer (model Longley, D urkin, JRC dan All ebrok ar on ) maupun yang ecara manual (model Okumura, Egly , Murphy, Bullington, E M 73 dan Lee). 8.2.2.1 erencanaan Link Radio erencanaa n link radio meliputi pro e perhitungan daya dimulai dari dipancarkan ampai di terima guna menjamin bahwa daya yang dipancarkan ma ih

BAB VIII

TEORI SELULAR r = fading cepat inyal penerima m = local mean dari r

129 Dalam komunika i elular, kedua terminal ba e tation dan mobile tation bertind ak ebagai pemancar ekaligu penerima. Dalam perencanaan berka radio elalu di inginkan terjadi ke etimbangan daya (power balance) untuk mengurangi interferen i. Dalam i tem daya etimbang berlaku level inyal yang diterima di mobile tat ion ama dengan level inyal yang diterima di ba e tation. Level inyal yang di terima di ba e tation: br = mt L bf + g b Lp + g d + g m L mf (8.23) Level inyal yang diterima di mobile tation: mr = bt L bf + g b Lp + g m L mf (8.24) dimana: bt = Daya yang dipancarkan oleh ba e tation (dikeluarkan dari combiner ) mt Lbf / Lmf gb gm gd Lp = Daya yang dipancarkan oleh mobile tation = Fcede r Lo = Gain antena ba e tation = Gain antena mobile tation = Gain diver ita pada antena di ba e tation = Redaman propaga i pada komunika i bergerak Dari hal diata diperoleh: bt = mt + g d

(8.25)

btr = mt + gd + Sd

(8.26)

Jadi daya pancar ba e tation haru ung perbedaan en itivita (dB) dan ation. 8.3 Komunika i Radio Digital digital inyal ba eband memodula i

lebih be ar dari pada mobile tation tergant be arnya gain diver ita pada antena ba e t 8.3.1 Modula i Digital ada komunika i radio inyal pembawa

Bila terdapat perbedaan entivita pada penerima di mobile tation (perbedaanya = Sd dB), maka per amaannya menjadi:

tation dan di ba e

BAB VIII entu.

TEORI SELULAR berada di ata level minimum penerimaan pada jarak tert

130 Amplitudo inyal pembawa dimodula i oleh data data biner dari inyal ba eband di gital dimana inyal pembawa akan on dan off etiap perioda inyal ba eband merep re enta ikan data termuat (logik 0 atau 1). Modula i ini memerlukan daya relatif be ar dan angat rentan terhadap redaman. Gambar 8.11 menunjukkan trade off pemanfa atan energi dan lebar pita frekuen i pada beberapa i tem modula i digital. Gambar 8.11 Trade off pemanfaatan energi dan lebar pita frekuen i i tem beberap a pada modula i digital 8.3.1.2 Frequency Shift Keying (FSK) Frekuen i inyal pe mbawa dimodula i oleh data data biner dari inyal ba eband digital beberapa frek uen i pembawa dikirim bergantian merepre enta ikan data termuat ba eband pada ti ap imbolnya. Modula i ini memerlukan pita frekuen i yang lebar. 8.3.1.3 ha e S hift Keying ( SK) Fa a dari inyal pembawa bervaria i menurut data data biner i nyal ba eband.

BAB VIII g (ASK)

TEORI SELULAR dengan tiga teknik da ar: 8.3.1.1 Amplitude Shift Keyin

131 Modula i ini ering digunakan pada komunika i digital karena pita frekuen i rela tif empit dari FSK dan daya yang diperlukan lebih kecil dari ASK. Selain itu S K paling tidak en itif terhadap fading dan redaman hujan erta lebih toleran te rhadap interferen i. Ma ing ma ing modula i mempunyai beberapa derivatif dengan m level, dimana m adalah dua pangkat jumlah bit data tiap imbol. emilihan tekn ik modula i untuk aplika i tertentu tergantung dari beberapa per yaratan bit err or rate, efe ien i lebar pita frekuen i, efe ien i daya dan komplek ita aplika i berda arkan inkroni a inya. erbandingan dari beberapa teknik modula i ditunj ukkan oleh tabel dibawah ini. Tabel 8.1 erbandingan dari beberapa modula i digi tal Sy tem Informa i De ignation Information Signal to Noi e Ratio eak to Den ity (bp /Hz) for BER = 10 4 (dB) Eo/No on SNR Average at Ratio (dB)o the Deci ion CKT 13.6 16.6 0.0 0.0 Channel 2. SK 4. SK. 4.QAM Q R 8. SK 16.QAM 16.Q R 16. SK 32.QAM 64.QAM 2* 3 4 4 * 4 5 6 12.6 14.0 14.5 16.5 18.3 17.4 18.8 1 2 10.6 10.6 17.6 18.8 20.5 24.5 24.3 24.4 26.6 2.0 0.0 2.55 4.55 0.0 2.3 3.08 8.3.2 Kinerja Modula i Digital 8.3.2.1 Keter ediaan Circuit Failure rate () menga cu pada aju rata-rata dimana kegaga an dapat

BAB VIII

TEORI SELULAR

BAB VIII - TEORI SELULAR diperkirakan se ama masa pakai suatu pera atan. 132 Re iabi ity, R(t) mengacu pada pe uang bahwa pera atan akan menunjukkan kinerja tanpa kegaga an untuk se ang waktu t: R( t ) = e t (8.26) Mean time between fai ure (MTBF) mengacu pada perbandingan dari waktu operasi di bagi jum ah kegaga an pada periode yang sama: MTBF = 1 (8.27) Mean time to service restora ada ah waktu rata-rata untuk mengemba ikan ayanan termasuk waktu reparasi dan administrasi. Avai abi ity (A) ada ah pe uang bahwa pera atan akan beroperasi pada setiap waktu sembarang atau bagian dari waktu di mana pera atan akan beroperasi sesuai fungsi yang diharapkan da am se ang waktu tertentu: A= MTBF MTBF + MTSR (8.28) Outage (O) ada ah kondisi dimana pemakai kehi angan ayanan berkaitan dengan keg aga an da am sistem komunikasi. 8.3.2.2 Kinerja Kesa ahan Pe uang kesa ahan pada masing-masing teknik modu asi ditentukan o eh perbandingan daya sinya terhadap derau (S/N). Pada sistem digita , S/N biasanya dinyatakan da am perbandingan en ergi tiap bit terhadap derau (Eb/N0). Untuk menghubungkan S/N dengan E / N, dide finisikan daya rata-rata S sinya s(t) se ama se ang waktu T, yaitu: S= 1 s 2 ( t ) dt T (8.29) Persamaan diatas dapat ditu is kemba i sebagai: S= Es 1 2 s ( t ) dt = T T (8.30)

dimana: Es = energi tiap simbo

BAB VIII - TEORI SELULAR Untuk bit rate R, energi rata-rata tiap bit ada ah: Eb = Es S Es = = R T .R og 2 M 133 (8.31) dimana: M = jum ah eve pada sistem modu asi Hubungan BER dengan Eb / N0 untuk berbagai sistem komunikasi ditunjukkan o eh gambar 8.12.

BAB VIII - TEORI SELULAR 134 Gambar 8.12 BER untuk berbagai sistem modu asi digita Sumber derau dianggap ter distribusi secara Gaussian dan mempunyai spektrum yang rata. Daya derau N merupa kan perka ian dari ebar pita frekuensi B dan daya rapat derau N0 sehingga N = N 0 B. Maka harga S/N dapat ditu is menjadi: E .R S Es / T = = b N N 0 .B N 0 .B (8.32) Dengan menggunakan ebar pita Nyquist minimum B = 1 / 2T, persamaan (8.31) dan ( 8.32) dapat ditu is sebagai: E C = 2 0 og 2 M N N0 (8.33) Da am sistem praktis, pita derau penerima ebih besar dari pita minimum Nyquist, sehingga C / N ebih sering ditu iskan sebagai: E C R = b N N 0 BN (8.34)

8.3.2.3 Leve Sinya Terima Minimum Hubungan antara eve sinya terima minimum (RSLm) yang diper ukan untuk mendapatkan aju kesa ahan bit (BER) tertentu ada a h:

dengan: BN = ebar pita derau penerima Kua itas pe ayanan sistem transmisi digit a diukur me a ui bit error rate (BER), yaitu jum ah bit yang sa ah terhadap se uruh bit yang ditransmisikan da am se ang waktu yang sama. CCIR memberikan pedom an untuk BER da am CCIR Rep. 378-3. Da am pedoman ini, aju kesa ahan dibagi dua kategori yaitu: 1. 2. Laju kesa ahan rendah berni ai 80 % dari waktu. Laju kesa ahan tinggi berni ai me ebihi se ang waktu 0,1 % dan 0,01 %.

BAB VIII - TEORI SELULAR RSLm = 10 og( k .T 0 .R.NF ) + E b / N 135 0 RSLm = Eb 204 + 10log( R ) + NF dB N0 (8.35) dimana: k T R = kon tanta Boltzmann = 1,3805 x 10 23 J/K = Tem eratur ab olut (K elvin) = Laju bit er detik (b ) NFdB = Noi e Figure (dB) Eb/N0 = Perbandingan energi er bit terhada ra at tral derau (dB)

ec

136 Latihan 1. Sebutkan rumu an rumu an yang digunakan untuk menghitung erkiraan ru gi linta an ro aga i yang dilalui oleh inyal ketika berjalan dari ba e tation ke mobile tation. 2. Jela kan erbandingan FDMA, TDMA dan CDMA dalam domain fr ekuen i dan waktu. 3. Bagaimana cara mengata i ma alah yang dihada i dunia komun ika i elular aat ini yaitu meningkatkan ka a ita tan a haru mengurani kualit a elayanan ecara berlebihan. 4. Jela kan menurut anda tandardi a i untuk i tem komunika i bergerak genera i ketiga (3G), yang aat ini edang di er ia kan oleh bebera a badan tandardi a i regional.

BAB VIII

TEORI SELULAR

Anda mungkin juga menyukai