Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat dan tingkat kebutuhan akan energi serta harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang semakin meningkat. Untuk mengatasi kebutuhan energi tersebut harus ada terobosan untuk mencari energi alternative. Salah satunya dengan memanfaatkan energy yang dapat diperbaharui yang sumbernya dari limbah atau pembuangan, salah satunya dengan kotoran sapi. Salah satu energi alternatif itu adalah dengan menggunakan Biogas yang berbahan dasar Kotoran Ternak Segar (KTS) / feses ataupun limbah tahu yang dicampur dengan feses. Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobic. Untuk mengelola Biogas dibutuhkan bahan dasar KTS dalam jumlah besar. Untuk itu para petani di usahakan dapat mengembangkan secara bersamaan, sehingga kapasitas yang diperoleh akan semakin besar. Seperti halnya di dusun Tambuh kelurahan Songgokerto yang sebagian besar beternak sapi, sangat berpotensi untuk menghasilkan biogas daripada langsung membuang limbahnya begitu saja. Di karenakan banyak sekali warga masyarakat yang membuang limbah kotoran sapi di selokan dan tidak dimanfaatkan. Dan ini bukan saja untuk kebutuhan memasak saja akan tetapi juga bisa untuk penerangan dll.

1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas didapat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Pembuangan limbah kotoran ternak sapi perah pada selokan di sekitar rumah dan
banyak yang tidak manfaatkan lagi sedikit kotoran yang digunakan sebagai pupuk pada tanaman.

2. Limbah kotoran yang dibuang ke selokan bermuara ke sungai sehingga sekitar


saluran air berdampak pada masyarakat sekitar bau yang tidak sedap.

1.3 TUJUAN Adapun tujuan dari kegiatan PKM-M ini adalah memberikan pelatihan kepada masyarakat di dusun Tambuh kelurahan Songgokerto membuat Pembangkit Biogas Portable. Seperti yang telah banyak dibuat oleh sebagian besar masyarakat umum di daerah lain. Selain itu sisa dari pengolahan biogas tersebut dapat dimanfaatkan untuk pupuk bagi lahan pertanian.

1.4 LUARAN YANG DIHARAPKAN Adapun luaran yang diharapkan dalam kegiatan ini yaitu : 1. Desain pembangkit biogas portable. 2. Jasa pelatihan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat tentang teknologi biogas portable sebagai pengganti bahan bakar alternative pengganti BBM. 3. Masyarakat dapat membuat pembangkit biogas portable yang murah dan mudah.

1.5 KEGUNAAN Dengan adanya pelatihan ini diharapkan dapat membantu masyarakat memenuhi kebutuhan energy dengan memanfaatkan limbah kotoran ternak sapi perah sehingga dapat memanfaatkannya untuk pengganti gas LPG pada kompor. Dan sisa dari kotorannya dapat dijadikan pupuk cair yang kandungannya tidak berkurang walaupun sisi dari hasil biogas.

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN


Songgokerto adalah sebuah kelurahan di Kecamatan Batu, Kota Batu,Jawa Timur, Indonesia. Dalam pembagian kewilayahan, kelurahan songgokerto terbagi atas 3 wilayah lingkungan. antara lain: Krajan atau klumutan, Tambuh serta Songgoriti. Lingkungan yang tersebar di wilayah kelurahan tersebut masingmasing terdiri dari 9 rukun warga dan 29 rukun tetangga. Masyarakat desa di dusun Tambuh kelurahan Songgokerto sebagaian besar berprofesi sebagai peternak sapi perah sisanya adalah petani, pedagang, PNS, dan lain-lain. Perbatasan daerah dengan luas sekitar 5 hektar ini, pada sisi utara berbatasan dengan kawaasn perhutani dan desa sumberjo, pada sisi sebelah timur berbatasan dengan desa pesanggrahan , sisi sebelah selatan berbatasan dengan kawasan perhutani sedang sisi sebelah barat berbatasan dengan kawasan songgoriti. Desa ini terletak di sebelah barat Kota Batu dan merupakan tempat peristirahatan yang populer bagi para wisatawan di Kota Batu. Di sini terletak berbagai vila-vila yang disewakan kepada para wisatawan.Kelurahan songgokerto merupakan kelurahan yang berada di wilayah perkotaan dengan ketinggian 900 hingga 1010 meter dari permukaan laut. Curah hujan rata- rata pertahun antara 2000 hingga 3000 mm, dengan suhu rata- rata 22 hingga 24 derajat celcius.

Gambar 1.Sapi perah salah satu warga di dusun Tambuh kelurahan Songgokerto

Gambar 2. Contoh kotoran sapi yang tidak dimanfaatkan

Masyarakat di dusun Tambuh kelurahan Songgokerto pengetahuan tentang pembangkit biogas dari kotoran sapi yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar alternative pengganti BBM yang saat ini semakit mahal. Permasalahan yang ditemukan di desa ini antara lain : 1. Pembuangan limbah kotoran ternak sapi perah pada selokan di sekitar rumah dan banyak yang tidak manfaatkan lagi sedikit kotoran yang digunakan sebagai pupuk pada tanaman. 2. Limbah kotoran yang dibuang ke selokan bermuara ke sungai sehingga sekitar saluran air berdampak pada masyarakat sekitar bau yang tidak sedap. Solusi dan teknologi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah : 1. Dengan system pengelolaan limbah kotoran ternak sapi perah yaitu dengan pembuatan pembangkit biogas portable untuk skala 2-3 rumah

tangga dengan biaya pembuatan yang murah sehingga terjangkau oleh masyarakat. 2. Sistem pengelolaan limbah kotoran ternak sapi perah yang akan direncanakan untuk membantu masyarakat agar berkurangnya bau tidak sedap yang disebabkan oleh kotoran sapi perah.

Gambar 2. Konstruksi Pembangkit Biogas Untuk Skala 2-3 Rumah Tangga

BAB III METODE PELAKSANAAN


Metode pelaksanaan yang digunakan terdiri dari beberapa metode, antara lain : 1. Pengamatan Langsung Metode ini digunakan untuk mengetahui secara langsung obyek PKM-M dengan cara : a. Pengamatan (Observation) Yaitu metode pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung ke dusun Tambuh kelurahan Songgokerto yang dijadikan
sumber data.

b. Wawancara ( Interview)
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara wawancara pada pihak dusun Tambuh kelurahan Songgokerto mengenai pelatihan

pembuatan pembangkit biogas potable. c. Pengumpulan data sekunder berupa monografi dusun Tambuh kelurahan Songgokerto dan lain-lain yang menunjang pelatihan pembuatan pembangkit biogas potable.

2. Mengolah Data Yang Diperoleh Data yang diperoleh kemudian dipilah sesuai kebutuhan dalam menunjang pelatihan pembuatan pembangkit biogas potable.

3. Menganalisa Hasil Pengamatan Hasil analisa kemudian dianalisa sebagai sumber data dalam

merencanakan pembuatan pembangkit biogas potable di dusun Tambuh kelurahan Songgokerto.

4. Aplikasi Di Masyarakat Melakukan aplikasi atau kerja nyata dari hasil analisa yaitu dengan mengadakan penyuluhan atau pelatihan kepada masyarakat tentang cara

mendesain dan proses pembuatan pembangkit biogas yang dapat digunakan untuk 2 sampai 3 rumah tangga.

JADWAL KEGIATAN PROGRAM No 1 Kegiatan Perijinan Survey Lapangan 2 dan Pengumpulan Data 3 Pengolahan Data Pembuatan 4 Desain Pembngkit Biogas Pelatihan 5 atau Penyuluhan 6 Penyusunan Laporan Bulan I 1 2 3 4 Bulan II Bulan III Bulan IV 4

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

RANCANGAN BIAYA
No Bahan Volume Harga Satuan (Rp) Persiapan 1 Transportasi untuk survei awal penentuan lokasi dan survei harga alat dan bahan 2 Transportasi untuk mengurus perijinan di Kelurahan 2 liter bensin x 2 motor x 1 kali perjalanan 2 liter bensin x 2 motor x 2 kali perjalanan Pelaksanaan 1 Transportasi untuk pengumpulan data di dusun Tambuh 2 liter bensin x 2 motor x 2 kali perjalanan 2 Alat dan Bahan Pembangkit Biogas Drum besar Drum tanggung Drum kecil Pipa besi 3,5 Pipa besi 8 75 cm Tutup Drum Biaya Las Flingkut Merk Klem selang Selang Stop kran 2 1 1 40 cm 75 cm 3 1 1 kg 8 10 m 1 120.000 90.000 60.000 30.000 95.000 20.000 350.000 30.000 2.500 7.500 30.000 240.000 90.000 60.000 30.000 95.000 60.000 350.000 30.000 20.000 75.000 30.000 4.500 36.000 4.500 36.000 4.500 18.000 Harga Total (Rp)

Nepel TBA Pipa besi stanless Lem besi 3

2 3 50 cm 4

10.000 2.000 20000 10000

20.000 6.000 20000 40000

Transportasi untuk pembelian alat dan bahan pembangkit biogas Sewa mobil pick up 2 mobil x 2 hari Bahan bakar mobil pick up 20 liter 4.500 90.000 200.000 800.000

Transportasi untuk mengangkut pembangkit biogas Sewa mobil pick up Bahan bakar mobil pick up 2 mobil 20 liter 200.000 4.500 400.000 90.000

Pembuatan Laporan 1 2 Kertas HVS Tinta print 1 rim 100 ml x 4 buah 3 4 Penjilidan Foto copy JUMLAH 3 laporan 10.000 30.000 30.000 3.227.000 35.000 25.000 35.000 100.000

Total rancangan biaya pembuatan 2 buah pembangkit biogas portable: = Jumlah total + total biaya alat dan bahan = Rp 3.227.000 + Rp 1.166.000 = Rp 4.393.000,00

GAMBARAN TEKNOLOGI YANG AKAN DITERAPKEMBANGKAN DI DUSUN TAMBUH KELURAHAN SONGGOKERTO

System pengelolaan Limbah Ternak Sapi Perencanaan mulai dari desain konstruksi biogas yang akan kami buat mempunyai pertimbangan-pertimbangan desain sebagai berikut: a. Ekonomi. Instalasi yang ideal harus semurah mungkin (dalam hal biaya produksi per unit volume biogas) baik bagi pengguna maupun masyarakat. b. Sederhana. Desain harus sederhana tidak hanya dalam hal konstruksi tetapi juga untuk operasional dan perawatannya (O&M). Hal ini adalah merupakan pertimbangan penting khususnya untuk daerah pedesaan dimana kemampuan SDM dalam baca-tulis masih rendah dan tenaga kerja trampil masih jarang. c. Penggunaan bahan lokal. Penggunaan bahan lokal harus memberikan nilai tambah pada konstruksi instalasi biogas. d. Keawetan (durability). Konstruksi instalasi biogas memerlukan

ketrampilan khusus dalam pembuatan agar lebih tahan lama meskipun hal ini memerlukan investasi awal yang lebih mahal. e. Sesuai dengan tipe input. Desain harus sesuai dengan tipe input yang akan dipergunakan. Apabila bahan limbah tanaman seperti jerami padi, jerami jagung atau limbah pertanian yang sejenis dipergunakan, maka

pengumpanan secara batch atau sistem tidak kontinyu harus dapat dipergunakan semikontinyu. f. Frekuensi penggunaan input dan output. Pemilihan desain dan berbagai ukuran komponen juga tergantung pada berapa sering pengguna dapat memberikan umpan ke sistem dan menggunakan gas. pada disain dengan pengumpanan kontinyu atau

Parameter Disain a. Produksi kotoran sapi per ekor/ hari b. Produksi biogas/ kg total padatan (TP) c. TP d. Kandungan kalori dalam biogas e. pH optimal f. Suhu optimal pencerna : 15 25 kg : 0.25 m3 = 250 liter / kg TP : 0.18 kotoran basah : 5.6 - 7.2 kwh/m3 : 7.0 - 7.2 : 35C

Cara Kerja Dan Produksi Biogas 1. Tampung limbah ternak sapi pada tempat penampung, encerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 1. aduk sampai rata kemudian masukkan ke tabung digester. 2. Biarkan 4-15 hari sampai terbentuk gas, ditandai dengan naiknya air pada selang control. 3. Salurkan gas tersebut melalui selang dan hubungkan dengan kompor. 4. Masukan limbah ternak dari sapi 1 2 hari sekali, agar gas dapat berproduksi. 5. Sisa limbah setelah gasnya setelah dimbil gasnya, berupa pupuk organik siap pakai.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada pencernaan (a) Nilai pH Produksi biogas secara optimum dapat dicapai bila nilai pH dari campuran input didalam pencerna berada pada kisaran 6 dan 7. Pada tahap awal proses fermentasi, asam organik dalam jumlah besar diproduksi oleh bakteri pembentuk asam, pH dalam pencerna dapat mencapai dibawah 5. Keadaan ini cenderung menghentikan proses pencernaan atau proses fermentasi. Bakteri-bakteri metanogenik sangat peka terhadap pH dan tidak bertahan hidup dibawah pH 6.6. Kemudian proses pencernaan berlangsung, konsentrasi NH4 bertambah pencernaan nitrogen dapat meningkatkan nilai pH diatas 8.

Ketika produksi metana dalam kondisi stabil, kisaran nilai pH adalah 7,2 sampai 8,2.

(b) Suhu Bakteri metanogen dalam keadaan tidak aktif pada kondisi suhu ekstrim tinggi maupun rendah. Suhu optimum yaitu 35C. Ketika suhu udara turun sampai 10C produksi gas menjadi berhenti.Produksi gas sangat bagus yaitu pada kisaran mesofilik, antara suhu 25C dan 30C. Penggunaan isolasi yang memadai pada pencerna membantu produksi gas khususnya di daerah dingin.

(c) Laju Pengumpanan Laju pengumpanan adalah jumlah bahan yang diumpankan kedalam pencerna per unit kapasitas pencerna per hari. Pada umumnya, 6 kg kotoran sapi per m3 volume pencerna adalah direkomendasikan pada suatu jaringan pengolah kotoran sapi. Apabila terjadi pengumpanan yang berlebihan, terjadi akumulasi asam dan produksi metana akan terganggu. Sebaliknya bila pengumpanan kurang dari kapasitas pencerna, produksi gas juga menjadi rendah.

(d) Waktu tinggal dalam pencerna (digester) Waktu tinggal dalam pencerna adalah rerata periode waktu saat input masih berada dalam pencerna dan proses pencernaan oleh bakteri metanogen. Dalam jaringan pencerna dengan kotoran sapi, waktu tinggal dihitung dengan pembagian volume total dari pencerna oleh volume input yang ditambah setiap hari. Waktu tinggal juga tergantung pada suhu, dan diatas 35C atau suhu lebih tinggi, waktu tinggal semakin singkat.

(e) Toxicity Ion mineral, logam berat dan detergen adalah beberapa material racun yang mempengaruhi pertumbuhan normal bakteri patogen didalam reactor pencerna. Ion mineral dalam jumlah kecil (sodium, potasium, kalsium, amonium dan belerang) juga merangsang pertumbuhan bakteri, namun bila ion-ion ini dalam konsentrasi yang tinggi akan berakibat meracuni.

(f) Slurry Slurry adalah residu dari input yang keluar dari lubang pengeluaran setelah mengalami proses fermentasi oleh bakteri metana dalam kondisi anaerobik didalam pencerna. Setelah ekstraksi biogas (energi), slurry keluar dari ruang pencerna sebagai produk samping dari sistem pencernaan secara aerobik. Kondisi ini, dapat dikatakan manur dalam keadaan stabil dan bebas pathogen serta dapat dipergunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produksi tanaman.

Anda mungkin juga menyukai