Anda di halaman 1dari 4

DIARE MENURUT PENYEBABNYA 1.

Kolera Kolera merupakan suatu penyakit akut yang menyerang saluran pencernaan dan disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Ditandai dengan gejala diare dan kadangkadang disertai muntah, turgor cepat berkurang, timbul asidosis dan tidak jarang disertai renjatan Distribusi Penyakit ini umumnya menyerang penduduk di daerah yang miskin dengan keadaan gizi yang kurang baik, di samping faktor sanitasi yang buruk Masa Inkubasi : 8-48 jam Etiologi : Vibrio cholerae (Vibrio comma) Merupakan bakteri gram negatif berbentuk koma, bergerak ke depan dengan flagelum. Timbuh secara anaerob pada medium biasa dengan pH 7,0-9,0. Patogenesis Tertelannya bakteri V. Cholerae den masuk ke dalam usus halus Multiplikasi kuman tersebut di dalam usus halus Bakteri mengeluarkan endotoksin kolera yang akan mempengaruhi sel mukosa usus halus (menstimulasi enzim adenilsiklase), yang akan meningkatkan sekresi ino Cl ke lumen usus Sekresi larutan isotonik oleh mukosa usus halus sebagai akibat terbentuknya toksin tersebut Fungsi absorbsi lainnya dari mukosa usus halus tidak terganggu karena mukosa tetap utuh Dijumpai juga penurunan aktivitas enzim disakaridase Patofisiologi Akibat diare dengan atau tanpa muntah yang disebabkan oleh kolera akan terjadi Gangguan keseimbangan air (dehidrasi) dan elektrolit Gangguan gizi (penurunan berat badan dalam waktu singkat) Hipoglikemi Gejala klinis Tinja diare tampak seperti air cucian beraas atau tajin, kadang-kadang disertai muntah, turgou cepat menurun, mata cekung, ubun-ubun besar cekung, pernafasan cepat dan dalam, sianosis, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, bunyi jantung lemah akibat renjatan Pemeriksaan laboratorium Kadar hematokrit dan berat jenis plasma akan meningkat Kadar bikarbonat dalam plasma menurun pH darah arteri menurun Kadar natrium dan kalium plasma dapat normal atau menurun Diagnosis Ditegakkan dengan menemukan kuman Vibrio cholera Pengobatan Prinsip pengobatan adalah

Memperbaiki dehidrasi dan gangguan elektrolit Memperbaiki asidosis dan renjatan Membunuh kuman dengan antibiotika Prognosis Dengan pengobatan yang adekuat,akhir-akhir ini angka kematian dapat diturunkan hingga 0%. 1. Escherichia Coli E. coli merupakan bakteri gram negatif, mem[unyai sifat meragikan dan membentuk gas pada glukosa dan laktosa. Yoksin yang dibentuk oleh E. coli dapat menyebabkan diare baik pada binatang maupun pada manusia. Kemampuan melekat (adesi) bakteri apada usus halus merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan virulensi bakteri. Selain pembentukkan toksin dan daya perlekatan bakteri pada permukaan epitel usus halus dengan perantaraan plasmid yang merupakan ciri khas E. coli, salah satu strain E.coli ini juga da yang mampu melakukan invasi (menembus) dalam mukosa usus halus. Pada saat ini ada 3 macam strain E.coli yang dianggap patogen, yaitu: a. Enteropathogenic E. coli (EPEC) Di dalam usus halus bakteri ini membentuk koloni, tetapi tidak memproduksi toksin dan tidak mampu menembus dinding usus. Sekitar 2-3 % bayi sehat mengandung EPEC, namun belum diketahui apakah bayi ini benar-benar kebal terhadap EPEC atau bakterinya tidak virulen karena tidak memproduksi toksin dan tidak mengadung plasmid. Pandangan terakhir menganggap EPEC tetap patogen meskipun virulensinya kurang. Plasmid merupakan suatu masa DNA yang merupakan kromosom ekstra dari bakteri dan mempunyai sifat kebal terhadap antibiotik, dapat memproduksi toksin dan mempunyai daya perlekatan. Plasmid dapat dipindahkan dari satu bakteri ke bakteri yang lain saat terjadi konjugasi. b. Enterotoxic E. coli (ETEC) Merupakan golongan E.coli patogen yang mempunyai plasmid yang mudah dipindahkan dari satu bakteri ke bakteri lain. Plasmid ini dikenal dengan Ent+ plasmid yang merupakan tanda dari kemampuan membentuk berbagai macam enterotoksin. Pada manusia E.coli patogen jenis ini juga memiliki plasmid atau stable toxin (ST) dan toksin yang tidak tahan panas yaitu Labile toxin (LT). Ada yang membentuk salah satu dari toksin tersebut, dan ada pula yang membentuk kedua-duanya. Patogenesis terjadinya diare oleh ETEC sama seperti yang terjadi pada kolera. c. Enteroinvasive E. coli (EIEC) Strain ini dapat menembus sel mukosa usus besar (kolon), menimbulkan kerusakan pada jaringan mukosa, sehingga dapat ditemukan eritrosit dan leukosit dalam tinja penderita. Patogenesis terjadinya diare oleh EIEC menyerupai diare yang disebabkan oleh Shigella. 2. Sigella Infeksi Shigella pada manusia dapat menyebabkan beberapa keadaan seperti diare ringan dengan maupun tanpa demam, toksis, kejang terutama pada anak, tenesmus

3.

4.

5.

6.

7.

dan tinja berlendir dan berdarah. Golongan Shigella yang sering menyerang manusia ialah S.dysentri, S.flexnewri, S.boydii, dan S.sonnei. Patogenesis terjadinya diare oleh Shigella ialah disebabkan kemampuannya mengadakan invasi ke epitel mukosa usus, berkembang biak di daerah invasi tersebut serta mengeluarkan eksotoksin yang selain merangsang terjadinya perubahan sistem enzim di dalam mukosa usus halus (adenilsiklase) juga mempunyai sifat sitotoksik. Daerah yang sering diserang adalah ileum terminal dan usus besar. Akibat dari infeksi bakteri ini terjadi infiltrasi sel-sel polimorfonuklear dan menyebabkan matinya sel-sel epitel tersebut, sehingga terjadiulah tukak-tukak kecil di daerah invasi yang menyebabkan sel-sel darah merah dan plasma protein keluar dari sel dan masuk ke lumen usus serta akhirnya keluar bersama tinja. Salmonella Patogenesis Salmonella seperti halnya Shigella dapat melakukan inbasi ke dalam mukosa usus halus, hanya perbedaannya ialah tidak berkembang biak dan tidak menghancurkan sel epitel melainkan terus masuk ke lamina propria yang kemudian menyebabkan infiltrasi sel-sel radang. S.typhimurium dapat membentuk enterotoksin yang menyebabkan diare. S.typhi dan S.paratyphi mengakibatkan infeksi sistemik termasuk menyerang sistem retiloku-endotelial (RES) dan septikemia (bakteremia) sehingga terjadi demam. Staphylococcus Staphylococcus dapat membentuk toksin di dalam makanan dan bila makanan tersebut dimakan manusia dapat timbul gejala keracunan makanan berupa sakit perut, muntah hebat dan diare ringan, 2-6 jam setelah makan makanan yang terkontaminasi dengan bakteri ini. Terdapat 4 macam toksin yang bersifat tahan panas, yaitu tipe A, B, C, dan D. Toksin tipe B dapat menyebabkan sekresi air dan elektrolit pada usus halus. Toksin staphylococcus dapat merusak mukosa usus sehingga manimbulkan diare. Clostridium Clostridium perfringens dapat menimbulkan keracunan makan dengan gejala sakit perut dan diare yang diakibatkan oleh enterotoksin dan produknya. Strain tipe C dapat menyebabkan Necrotizing enterocolitis (NEC) yang timbul secara sekunder akibat inbasi ke dalam usus. Campylobacter Patogenesis penyakit ini belum begitu jelas. Tempat infeksi di ileum, jejunum dan usus besar. Terdapat bukti bahwa beberapa strain membentuk enterotoksin yang tahan panas. Kelainan yang ditemukan berupa peradangan dan edema, pembesaran kelenjar limfe mesenterium dan adanya cairan bebas di cavum peritonium. Jonjot usus halus ditemukan agak emmendek dan melebar seperti pada penyakit coeliac. Pada pemeriksaan radiologi ditemukan gangguan fungsional non-spesifik antara lain berupa hipersekresi dan segmantasi dari gambaran usus halus pada pemeriksaan barium meal. Pemeriksaan biopsi post-mortem ileum dan jejunum ditemukan peradangan dan berisi cairan tinja yang berdarah. Ileum mengalami nekrosis hemoraghik, disebabkan oleh adanya invasi bakteri ke dalam dinding usus dan ke dalam aliran darah di susu halus. Yersinia enterocloitica

Patogenesis diare oleh Yersinia, terutama strain serotipe 03, 08, dan 09 ialah dengan melakukan invasi ke dalam mukosa usus, membentuk plasmid perantara, membentuk enterotoksin tahan panas dan dapat mengaktifkan kegiatan enzim guanilatsiklase Pemeriksaan histologi menunjukkan adanya abses-abses kecil pada darah plaque payeri dan kelenjar getah bening. Pada beberapa penderita menyebabkan limfadenitis mesenterikum dan ileitis terminalis yang gejalanya menyerupai appendisitis. 8. Aeromonas hydrophila Di Bangkok, ditemukan kasus-kasus Aeromonas hydrophila pada penderita travelers diarrhea. Walaupun kuman ini dapat ditemukan pada penderita tanpa diare, tetapi perbedaannya cukup bermakna. 9. Virus Bentuk virus ini menyerupai dinding yang terdiri dari 1 atau 2 lapis dan menyerupai roda yang bahsa latinnya rota, maka virus ini diberi nama Rotavirus. Rotavirus ini besarnya 70 mm, menyrupai dinding kapsul yang berbentuk roda dengan batas-batas yang tegas dan dapat diisolasi dari binatang yang menderita diare. Di negara maju, rotavirus merupakan 50% penyebab utama diare. Secara epidemiologis, prevalensinya meningkat pada musim dingin dan biasanya yang paling banyak terserang adalah bayi dan terutama anak usia 6-12 bulan. Biopsi usus halus penderita diare karena Rotavirus menunjukkan adanya pemendekkan jonjot usus, peningkatan infiltrasi sel radang pada lamina propria, pembengkakan mitokondria dan bentuk mikrovili (brush border) yang tidak teratur dan jarang. Sebagai akibatnya, kemampuan menyerap (absorbsi) cairan dan elektrolit akan terganggu dan juga pencernaan terutama karbohidrat terganggu dengan hasil akhir timbul diare. Beberapa jenis virus lain yang kemudian ditemukan dan juga juga dapat menyebabkan diare adalah Coronavirus, Astovirus, Calcivirus, dan Minireovirus, namun tidak sebanyak Rotavirus

Anda mungkin juga menyukai