Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Nilai ekologi dari ekosistem mangrove merupakan bentuk fungsi-fungsi ekologi yang sangat penting sebagai habitat berbagai jenis biota termasuk serangga, pengendalian terhadap erosi pantai, stabilisasi sedimen, perlindungan bagi ekosistem terumbu karang, padang lamun dan rumput laut, pencemaran tersuspensi, perlindungan bagi tata guna lahan di wilayah pantai dari badai dan tsunami, pencegahan terhadap intrusi air laut, pemurnian alami perairan pantai terhadap polusi (Kamal, 2005). Salah satu wilayah di Kabupaten Banyuasin yang memiliki hutan mangrove adalah Kecamatan Pulau Rimau, dengan luas hutan mangrove sekitar 114.794,50 ha. Namun saat ini telah terjadi penurunan luasan hutan mangrove, yang mana 3.086,99 ha, terkategori rusak, 107.950,75 ha mengalami rusak berat dan sisanya 3.756,79 ha masih alami. Penurunan kawasan tersebut disebabkan oleh kegiatan manusia seperti penebangan pohon, konversi menjadi lahan pertanian, perikanan dan pemukiman (Dinas Kehutanan, 2006 : 6). Salah satu kawasan mangrove yang telah dimanfaatkan secara ekonomis khususnya di Sumatera Selatan yaitu vegetasi nipah. Berdasarkan hasil survei prapenelitian pada bulan Juli 2007 yang telah dilakukan diketahui bahwa tumbuhan nipah telah digunakan sebagai bahan baku kerajinan dibeberapa Kabupaten di

Sumatera Selatan terutama di daerah Banyuasin. Hasil survei pra-penelitian pada bulan Juli 2007 juga menunjukkan bahwa kawasan nipah telah mengalami penurunan luasan akibat pemanenan pelepah daun nipah sebagai salah satu sumber bahan baku kerajinan secara terus menerus tanpa adanya regulasi waktu dan lokasi serta dikonversi menjadi persawahan. Sebagai tumbuhan mangrove, vegetasi nipah mempunyai fungsi ekologis penting lainnya yaitu merupakan habitat dan tempat berkembang biak, tempat berlindung, bersarang, bagi satwa liar seperti ikan, udang, burung, monyet, dan termasuk berbagai jenis serangga didalamnya (Arief, 2003 dan Mustika, 2006). Peranan serangga di alam sangat penting, membantu penyerbukan pada tumbuhan (Hadikastowo dan Simanjutak, 1988 dalam Tanuwijaya 1996). Nipah berkembang biak secara generatif dengan bijinya yaitu dengan dibantu oleh serangga dalam penyerbukan bunganya. (Mustika, 2006). Selain itu serangga juga berperan penting dalam suatu ekosistem sebagai pendaur hara, pemencar benih, mata rantai makanan dan menjadi bagian dari komunitas yang luas (Busnia, 2006 : 5). Serangga merupakan golongan hewan yang dominan dimuka bumi sekarang ini, dalam jumlah mereka yang melebihi semua hewan daratan lainnya dan praktis tersebar dimana-mana (Borror. et al, 1992). Dengan jumlah mereka yang besar maka serangga akan berdampak penting dalam melakukan interaksi dengan lingkungan dan biota lainnya dalam suatu habitat. Akibat dari eksploitasi berlebihan dan dikonversinya menjadi areal persawahan pada vegetasi nipah ini akan berdampak pada fungsi ekologi serangga yang hidup

pada vegetasi nipah tersebut. Sesuai pendapat Sunjaya (1970 : 3), keberadaan serangga dialam erat skali hubungannya dengan lingkungan disekitarnya. Hubungan ini terjadi jika serangga mengadakan tanggapan terhadap lingkungan yang sifatnya selalu berubah-ubah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian Inventarisasi famili serangga pada vegetasi nipah, berdasarkan keaadaan vegetasi nipah yaitu vegetasi yang dikonversi menjadi persawahan, vegetasi nipah yang heterogen dan vegetasi nipah yang masih alami di Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. 1.2. Rumusan Masalah Nipah sebagai salah satu kawasan mangrove merupakan habitat utama bagi berbagai organisme yang digunakan sebagai tempat kelangsungan hidup termasuk serangga. Eksploitasi dan dikonversinya vegetasi nipah yang terus-menerus akan mempengaruhi fungsi ekologis dan ekonomis vegetasi nipah, terutama

keanekaragaman famili serangga yang berperan penting dalam proses regenerasi nipah. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana komposisi ordo dan famili serangga pada kawasan vegetasi nipah di Kecamatan Pulau Rimau Provinsi Sumatera Selatan. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menginventarisasi famili serangga pada vegetasi nipah (Nypa fruticans Wurmb) di Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten Banyuasin

1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai ordo dan famili serangga pada kawasan hutan nipah di Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan bahan acuan dalam menentukan kebijaksanaan dan perencanaan pengelolaan hutan mangrove khususnya vegetasi nipah dalam menjaga kestabilan ekosistem di sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai