Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu negara yang menjadi bagian dari globalisasi teknologi internet yang tentunya tidak terlepas dari berbagai akibat yang ditimbulkan oleh maraknya arus informasi tanpa kontrol tersebut. Internet yang secara positif memiliki muatan ilmu pengetahuan, tetapi secara negatif juga bermuatan materi pornografi (Jufri, 2007). Saat ini perkembangan internet sudah mulai merambah dan menempatkan posisi yang kuat dideretan media massa yang lebih dulu ada. Ketika internet sudah mulai dikenal masyarakat, sudah dapat diramalkan media ini akan menjadi sangat popular dikemudian hari. Jumlah pengakses situs-situs porno di internet yang cenderung mengalami peningkatan, maka perlu diwaspadai dampak penggunaan teknologi tersebut terhadap kesehatan mental dan hubungan interpersonal para pengguna (Erik, 2007). Fakta menunjukkan bahwa konsumen utama pornografi adalah para remaja yang mana umumnya mempunyai kecenderungan untuk mencoba hal-hal baru, sangat tingginya rasa ingin tahu mereka tentang seks, dan pengaruh informasi yang tidak benar serta perubahan-perubahan hormonal yang terjadi pada remaja mengakibatkan timbulnya dorongan emosi dan pemicu bagi hasrat seksual mereka. Sampai pada banyak ditemuinya kasus remaja yang melakukan perilaku negatif dan tindakan kriminal seksualitas (Anonim, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Hal itu terjadi kemungkinan semakin maraknya jumlah warung internet (warnet), yang penyediaan dan penataan ruangannya cenderung tertutup, serta tidak adanya aturan khusus dalam memasuki warung internet, sehingga semakin memudahkan remaja dalam mengakses situs-situs porno. apalagi untuk

mengaksesnya terbilang mudah bagi remaja. Cukup hanya dengan menggunakan fasilitas searching yahoo.com atau google.com, remaja dapat mencari apa saja disana termasuk tentang kata kunci seks dan erotika (Bungin, 2003). Berdasarkan hasil penelitian eMarketer sebuah lembaga penelitian internet di Amerika seperti yang dikutip oleh Kurniawati, H (2008), bahwa terdapat

peningkatan jumlah situs porno dari tahun 2000 hingga 2007. Data tahun 2000 menyebutkan terdapat sekitar 28.000 situs porno, dan pada tahun 2006 terjadi kenaikan sebanyak 100.000 situs porno. Sedangkan pada tahun 2007 terjadi lagi peningkatan sekitar 1,3 milliar situs porno di seluruh dunia yang terdapat di internet. Sedangkan di Indonesia sendiri jumlah situs porno meningkat dari 22.100 situs pada tahun 1997 menjadi 280.000 situs pada tahun 2000 atau melonjak 10 kali banyak dalam kurun waktu tiga tahun. Diketahui setiap detiknya 28.258 orang di dunia melihat tayangan pornografi di internet (berupa gambar dan film). Sampai saat ini jumlah situs porno di internet telah mencapai 4,2 juta situs (Muslim, 2008). Hasil penelitian di Amerika menunjukkan bahwa konsumen utama situs porno adalah umumnya remaja laki-laki yang berusia 12 sampai 17 tahun (Anonim, 2007). Menurut hasil penelitian LIPI yang dikutip oleh Erik (2007), bahwa 70% dari pengunjung warung internet di seluruh Indonesia, yang mengakses situs porno adalah remaja yang berusia belasan tahun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Jufri di

Universitas Sumatera Utara

Makasar (2005), bahwa anak-anak yang berusia 12 sampai 17 tahun adalah pengakses situs porno terbanyak. Berdasarkan hasil survey toptenreview.com seperti yang dikutip oleh Soebagijo (2008), Indonesia masuk kedalam peringkat 7 dari 10 peringkat dunia Negara pengakses pornografi. Dari hasil survey tersebut juga ditemukan pada tahun 2006 berkembang 100.000 situs yang bermaterikan pornografi anak yakni usia 18 tahun ke bawah. Data tersebut menyebutkan 89% chatting remaja bermaterikan seksual. Rata-rata pengaksesnya berusia 11 tahun. Sedangkan 80%nya berusia 15-75 tahun telah biasa mengakses situs pornografi hardcore atau adegan hubungan intim yang memperlihatkan alat kelamin. Lebih parah lagi data tersebut juga menyebutkan 90%pengaksesan situs pornografi dilakukan saat belajar dan melakukan tugas tugas bersama. Menariknya hampir 80% pengakses situs porno di Indonesia terdapat di kota pelajar yaitu Yogyakarta, kemudian disusul kota Surabaya, Jakarta, Bandung dan Makasar. Untuk tingkat Asean, kota Yogyakarta menduduki posisi yang lebih tinggi dibandingkan Manila, Singapura, Bangkok, dan Kuala lumpur (Anonim, 2008). Sedangkan di Kediri hampir 78% pelajarnya datang ke warung internet (warnet) hanya untuk membuka situs porno (Hadley, 2006). Menurut Elizabeth seorang ahli psikologi, yang dikutip oleh Longginus (2007), bagi remaja dorongan untuk melakukan hubungan seksual datang dari tekanan-tekanan sosial, terutama dari minat remaja pada seks dan keingintahuannya tentang seks. Meningkatnya minat pada seks maka remaja selalu mencari berbagai informasi yang mungkin dapat diperoleh tentang seks.

Universitas Sumatera Utara

Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Damayanti, R (2007), sebanyak 8.941 pelajar dari 119 SMA atau yang sederajat di Jakarta, sekitar 5% pelajar telah melakukan perilaku seks pranikah, karena pengaruh teman sebaya yang negatif. Lingkungan yang negatif ternyata berpengaruh buruk pada perilaku remaja, karena mereka belum punya proteksi terhadap perilaku orang-orang di sekelilingnya. Penggunaan internet untuk mengakses situs-situs porno memang sangat sulit dihindarkan, mengingat bahwa situs semacam itu telah tersedia sangat banyak. Hal yang paling dikhawatirkan dari kebiasaan tersebut adalah mendorong timbulnya berbagai aktivitas seks yang menyimpang pada diri remaja yang mengakses situs porno tersebut. Kemungkinan tersulit yang dihadapi oleh remaja adalah

mengendalikan perilaku seksualnya ketika situs porno yang dulunya adalah konsumsi orang dewasa namun kini telah menjadi sebuah media dalam menyalurkan perilaku seksualnya. Hal ini jelas salah dan sangat berpengaruh dengan remaja itu sendiri dan tanpa sadar mereka akan terangsang dan kemungkinan terdorong untuk melakukan perilaku seks dari apa yang mereka saksikan. Sehingga kontrol dari dalam diri mereka menjadi kurang baik dan mengakibatkan mereka dengan mudah mengambil keputusan seperti dorongan melakukan masturbasi, sampai pada tingkat dorongan melakukan hubungan seksual ( Eriandany, R. 2006). Ketika semakin maraknya perkembangan akses pornografi, pemerintah pun sedang berusaha melakukan pemblokiran terhadap akses internet ke situs-situs pornografi bahkan memberikan ancaman bagi pelanggarnya. Adapun beberapa langkah yang disiapkan seperti antara lain undang-undang, software serta sosialisasi ke masyarakat. Namun pemerintah tidak dapat menutup situs-situs tersebut dengan

Universitas Sumatera Utara

mudah karena sebagian besar ditempatkan di luar negeri dimana produk pornografi dianggap legal di negara lain. Oleh karena itu satu-satunya langkah untu meredam penyebaran pornografi di negara ini adalah dengan membatasi akses internet ke situssitus pornografi serta melarang masyarakat khususnya remaja untuk mengaksesnya (Soebagijio, 2008). Maraknya media yang menonjolkan pornografi baik melalui vcd, tv, bacaan porno maupun sampai pada kebebasan membuka situs pornografi di internet, sebagai pemicu tingginya angka seks pra nikah yang dilakukan oleh remaja. Berasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Wiyogo (2006), terhadap anak-anak yang berusia 14 tahun keatas, rata-rata mengatakan mengaku melakukan tindak pidana perkosaan atau kekerasan seksual karena seringnya menonton VCD porno, tayangan televisi dan situs-situs porno di internet. Hasil penelitian Synovate International atas nama DKT Indonesia yang dikutip oleh Lubis (2005), yang melakukan penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun. Penelitian tersebut dilakukan pada 450 remaja dari Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan. Mengungkapkan 64% remaja mengakui secara sadar bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah. Berdasarkan hasil laporan dari pusat kajian dan perlindungan anak (PKPA) pada tahun 2000 terhadap 910 siswa-siswi SMU dan SMK di tiga kota besar, Medan, Lubuk Pakam dan Stabat. Menyebutkan 32,4% (223 orang) responden telah melakukan hubungan seksual dalam bentuk yang variatif; 9,4% (65 orang ) melakukan dalam bentuk hubungan kelamin; 23% (158 orang) melakukan dalam bentuk pelukan; 57,2% (393 orang)

Universitas Sumatera Utara

melakukan dalam bentuk ciuman; dan 10,5% (72 orang) melakukan dengan meraba alat vital. Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di SMKTI Swasta Raksana, yang menurut penuturan dari pihak Wakil Kepala Sekolah yang juga selaku guru BP (Bimbingan Penyuluhan) bahwa hampir keseluruhan siswanya adalah siswa laki-laki. Sedangkan untuk kurikulum pembelajarannya, terdapat juga mata pelajaran komputer akan tetapi pihak sekolah tidak menyediakan fasilitas internet didalamnya, siswa SMKTI Swasta Raksana juga tidak mendapatkan materi yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja. Setiap minggunya pihak sekolah melakukan razia kepada siswa-siswanya, dari hasil razia ditemukan masih banyak siswa SMKTI Swasta Raksana yang menyimpan gambar-gambar porno di dalam ponselnya yang diperoleh dari hasil download diinternet, serta terdapatnya kasus hubungan seksual diluar nikah yang dilakukan oleh seorang siswanya, yang akhirnya siswa tersebut dikeluarkan oleh pihak sekolah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. 1.2. Perumusan Masalah Untuk mengetahui bagaimana perilaku siswa pengakses situs porno melalui internet terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan tahun 2008. 1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perilaku siswa pengakses situs porno melalui internet terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan. 1.3.2. Tujuan Khusus

Universitas Sumatera Utara

1. Untuk mengetahui karakteristik responden/siswa SMKTI Swasta Raksana Medan, yaitu umur, tempat tinggal, uang saku, pendidikan terakhir orang tua, pekerjaan orang tua dan penghasilan orang tua. 2. Untuk mengetahui sumber informasi pengakses situs porno di internet pada siswa SMKTI Swasta Raksana Medan terhadap perilaku seksual remaja. 3. Untuk mengetahui pengetahuan siswa pengakses situs porno melalui internet Terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan. 4. Untuk mengetahui sikap siswa pengakses situs porno melalui internet terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan. 5. Untuk mengetahui tindakan siswa pengakses situs porno melalui internet terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan. 1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pengajar di SMKTI Swasta Raksana agar lebih memberikan pendidikan seksual kepada siswanya sehingga informasi yang didapatkan lebih bertanggung jawab. 2. Sebagai bahan masukan bagi siswa SMKTI Swasta Raksana tentang bahaya situs porno terhadap perilaku seksualnya. 3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan pustaka dalam bidang pornografi khususnya bahaya situs porno bagi peneliti lain. 4. Menambah wawasan dan sumber pustaka bagi orang lain.

BAB II

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai