Anda di halaman 1dari 9

Bab Menentukan kebutuhan Pendidikan Tujuan dan Bentuk Perencanaan Pendidikan (K2851).

. Menentukan Kebutuhan Pendidikan Penentuan kebutuhan pendidikan (need assessment) diawali oleh upaya mencermati seluruh komponen yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, seperti murid, guru, bangunan, proses pembelajaran, perpustakaan, keuangan, menajemen, dst.nya. Hasilnya berupa daftar kebutuhan terkait dengan pelaksanaan pendidikan, skope dan bidang perencanaan pendidikan, perluasan isu pemecahan masalah, efektivitas analisis masalah, dan kesadaran umum tentang bentuk penyelesaian masalah. Seperangkat prosedur dapat ditetapkan, antara lain sebagai berikut. (1) melaksanakan penelitian, (2) menggunakan fakta empirik sebagai dasar menentukan kebijakan, tujuan, program dan prosedur; (3) menetapkan standar tiap item butir dua; (4) menggunakan standar; (5) menetapkan kondisi untuk penerapan, atau revisi, atau menetapkan penyimpangan dari standar; (6) Mengatur distribusi fungsi utk meminimalisasi penyimpangan dan perbedaan; (7) menyederhanakan proses tahap-tahap penentuan kebutuhan; (8) menetralisasi perhitungan dan mempelajari masalah yang ditemukan; (9) memelihara hubungan teori dan praktek sebagaimana diungkapkan Theory and practice are not separate, there is the constant interchange, a feedback system (Banghart and Trull:93). Dalam pada itu perlu ditegaskan bahwa berpikir tentang masa depan dipengaruhi kekuatan luar dalam bentuk sejarah dan budaya yang secara dinamik ada dan terus berkembang pada para perencana, dan menjadi modal utama munculnya visi. Dari latar sejarah dan budaya tersebut, kemudian visi tersebut secara sinergi berkembang spiral antara enam komponen(value-policyplanning-technique-means-end)yang terlibat di dalamnya. Tiga partner pendidikan harus selalu dicermati bagi suksesnya pendidikan, yakni (a) pelajar, (b) orangtua dan anggota masyarakat; dan (c) para guru atau para pelaksana proses pendidikan. Hubungan ketiga unsur penting tersebut saling terkait antar satu dengan yang lainnya, saling terikat mempengaruhi secara searah, yakni masyarakat mempengaruhi kebutuhan pelajar, kemudian pelajarpun mempengaruhi kebutuhan guru, dan guru mempengaruhi kebutuhan masyarakat. Namun pada saat yang sama pelajar terikat pada keadaan masyarakat, masyarakatpun terikat pada keadaan guru, dan gurupun terikat pada keadaan pelajar. Beberapa hal yang harus menjadi bagian analisis dari ketiga unsur tersebut adalah: (1) menggambarkan realitas tiap unsur; (2) menggambarkan trend tiap unsur sesuai persepsi mereka; (3) menggambarkan persepsi tiap unsur terhadap yang lainnya baik masa kini maupun masa yang akan datang; menggambarkan keterkaitan dan ketidak terkaitan antar unsur dalam persepsi masa kini dan persepsi masa yang akan datang. Tiga Model Penentuan Kebutuhan Terkait tiga unsur tersebut terdapat tiga model bagi penentuan kebutuhan yakni model induktif, model deduktif, dan model klasik. Model Induktif secara beruntun dan bertahap mengikuti kegiatan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi perilaku saat kini; (2) mengkompilasi dan mengklasifiksi perilaku pada program dan bentukan perilaku; (3) Bandingkan dengan tujuan umum; (4) mengga bungkan kesenjangan; (5) menyusun tujuan secara ditil; (6) mengembangkn program pendidikan; (7) mengimplemen tasikan program pendidikan ; (8) mengevaluasi hasil pendidik an; dan (9) revisi.

Model Deduktif secara beruntun dan bertahap mengikuti kegiatan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi dan menyeleksi tujuan pendidikan, (2) mengem bangkan ukuran-ukuran kriteria, (3) menyusun syarat perubahan, (4) mengumpulkan data dan mengukur kesenjangan, (5) menyusun tujuan secara ditil, (6)mengembangkan program pendidikan, (7)mengimple mentasikan program penddikan, (8) mengevaluasi hasil didik an, (9) revisi. Model Klasik secara beruntun dimulai dari kegiatan sebagai berikut. (1) Tujuan umum; (2) mengembangkan program; (3) mengim plementasi program pendidikan; (4) mengevaluasi. Analisis Bentuk Kegiatan Secara komprehensif hal-hal yang terkait dengan setiap langkah kegiatan, hendaklah dirinci dalam bentuk sebagai berikut. Pertama, dideskripsikan secara persisi dengan melihat realitas kehidupan masyarakat dari berbagai aspek kehidupannya seperti keagamaan masyarakat, sosial budaya, sosial ekonomi, dan sosial politik(Kaufman, C.III) Kedua, menguraikan bidang masalah perencanaan melalui analisis tujuan pendidikan. Termasuk pada kegiatan ini mempelajari bidang dan bagian-bagianya, mengumpulkan, tabulasi dan meramal data, yang kesemuanya mengarah kepada penyeleksian jenis dan bentuk prioritas kegiatan. Uraian masalah pendidikan yang terkait dengan tujuan pendidikan, meliputi hal-hal sebagai berikut. (a) subsistem komponen aktivitas pendidikan, (b) subsistem komunikasi pendidikan seperti gerakan, informasi dan energi, (c) subsistem fasilitas, dan (d) subsistem operasional. Ketiga, mengkonsep dan merekayasa perencanaan. Termasuk ke dalam kegiatan ini adalah mengidentifikasi berbagai kecenderungan arah masa depan dengan membuat ciri-ciri rinci dari tiap kebutuhan yang tersaring, menetapkan tujuan dan sasaran, serta mendisain perencanaan; Keempat, merencanakan penilaian melalui perencanaan simulasi, merencanakan evaluasi, serta menyeleksi perencanaan. Dalam kaitan ini dilakukan identifikasi jenis dan jumlah persyaratan bagi penca paian kebutuhan, disamping membuat spesifikasi pemecahan masalah yang mungkin timbul; Kelima, mengidentifikasi tahapan-tahapan hasil kegiatan serta menentukan cara pengawasannya. Diperlukan ukuran yang jelas dan tegas mengenai hasil setiap kegiatan, sebab pada kegiatan yang berkelanjutan, setiap kegiatan pada dasarnya merupakan prasyarat bagi kegiatan selanjutnya. Keenam, mengidentifikasi strategi alternatif yang mungkin serta menyempurnakan tiap persyaratan untuk memenuhi tiap kebutuhan. Termasuk menginventarisasi kemungkinan keuntungan atau kerugian dari tiap tindakan yang direncanakan. Bab . Mission analysis, mission objective, performance requirement, mission profile function Analysis, Task Analysis, Method-means Analysis (K:52-116) Analisis Misi Tujuan umum analisis sistem adalah mengidentifikasi keperluan dan cara-cara yang dimungkinkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dimulai dari masalah yang didasarkan

pada data dokumen, kemudian dianalisis (diidentifikasi ciri-ciri masalah), ditentukan hubungan antar bagian masalah, terus mengukur cara terbaik semua kemungkinan memecahkan masalah pada setiap bagian (atau bagian dari bagian, subpart) masalah. Dalam hal kegiatan pendidikan, biasanya identifikasi masalah bersifat relatif global, beragam, datang dari banyak sumber, dan dituntut untuk efisien dan efektif. Dalam kaitan inilah analisis sistem pendidikan diawali oleh analisis misi-nya. Misi adalah keseluruhan tugas yang harus diselesai kan. Masalahnya adalah dimana sekarang berada? kemana tujuan? Apa ukuran telah sampai ke tujuan? Apa langkah utama yang harus dikerjakan supaya sampai ke tujuan? Dua hal yang diperlukan. Pertama, sasaran misi dan pesyaratan kinerja, dan kedua, profil misi. Kedua hal ini harus terus menerus dijadikan pegangan selama proses pendidikan berjalan. Sasaran misi adalah kinerja sesuai kualifikasi outcome misi, yakni tujuan akhir yang dapat diukur. Sasaran misi merupakan pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan, peralatan yang harus dipersiapkan, subjek penentu dan pengukur hasil, kapan hasil dikemukakan, serta kriteria ketercapaian tujuan. Dengan demikian sasaran misi menggambarkan dimana mulai kerja, dan apa yang harus dicapai. Semua subjek yang terlibat harus memahami prinsip-prinsip penilaian terhadap tercapai atau tidaknya misi. Dalam dunia pendidikan hal yang tidak boleh dilupakan adalah focus on the learner. Persyaratan Kinerja Persyaratan kinerja adalah kriteria unsur-unsur utama sasaran misi, sehingga perolehan misi tersebut terukur, seperti (a) kriteria sasaran misi yang terukur; (b) peran-peran yang mempengaruhi keluaran/produk seperti peran lingkungan, biaya, personil, dan lain-lainnya yang givens. Definisi Persyaratan Kinerja Persyaratan kinerja meliputi cara pengerjaan produk, kondisi untuk mengerjakan produk, karakteristik disain produk, spesifikasi kinerja dan aturan pengembangan kinerja. Sebagai contoh dapat dikemukakan pernyataan sebagai berikut. Siswa Tsanawiyah Srah Tarjuning Rahayu Ciawi harus dapat nilai 60/90 (60 % populasi siswa memperoleh angka 90 atau lebih tinggi sesuai kriteria ujian) mata ujian Bahasa Arab pada kurikulum baru, dari soal-soal ujian yang bobot mutunya kurang lebih sama. Persyaratan kinerja ini harus melibatkan seluruh staf dalam perumusannya, hasilnya merepresentasikan persepsi yang harus dikerjakan staf sehingga dengan demikian mereka mengetahui indikator kegagalan atau keberhasilan suatu pekerjaan. Perencana pendidikan harus menilai kemungkinan pelaksanaan persyaratan. Karena itu manakala pernyataannya telah demikian rinci, objektif, memakai istilah yang terukur, maka persyaratan kinerja harus menyiapkan kriteria dengan ketentuan-ketentuan tentang kemungkinan pencapaiannya. Daftar Persyaratan Kinerja Untuk memudahkan identifikasi persyaratan kinerja, dibuat form tabulasi yang dikaitkan dengan setiap item persyaratan kinerja melalui sejumlah fungsi. Sistem analisis akan mengidentifikasi lebih banyak lagi fungsi. Rintangan Rintangan yang cukup dominan hendaklah diidentifikasi dalam analisis misi. Sebab hal itu dapat dimasukkan kepada persyaratan kinerja. Dengan demikian jika terdapat rintangan berupa biaya dalam pelaksanaan sehingga operasional misi tidak dapat jalan, maka masukkan saja jumlah biaya yang diperlukan tersebut sebagai persyaratan kinerja. Bila persyaratan kinerja tidak dapat dicapai, maka harus kembali kepada formulasi misi. Inilah yang disebut rintangan

misi ideal yang dicanangkan saat awal formulasi. Rintangan dapat diselesaikan melalui beberapa jalan. Menghadapi rintangan dapat diatasi melalui (a) bertindak kreatif mengembangkan ide baru (termasuk mere formulasi tujuan misi atau merubah persyaratan kinerja.) (b) formulasi ulang (baik dengan merubah operasional rintangan, atau kompromi relative persyaratan kinerja atau capaiannya, contoh: deviasi nilai yang dicanangkan 3, bila terlalu berat deviasinya jadi 5), dan (c) dihentikan manakala ada indikasi misi akan gagal lantara rintangan terlalu besar. Tujuan misi sebaiknya berisfat spesifik, sehingga kriteria yang dikemukakan dapat terukur dan mudah diidentifikasi baik pada dokumen awal maupun dokumen yang dikembangkan atas dasar realitas lapangan. Tanpa ada hal ini, berarti perencana pendidikan akan terbayangi kegagalan sejak awal pekerjaan, sebab tidak tahu darimana dan akan kemana. Data keras yang kuat dan benar (valid) diperlukan pa da seluruh tingkatan perencanaan, baik pada pencapaian tuju an bawah, tujuan misi, ataupun rincian persyaratan kinerja. Profil Misi Bagi seorang perencana pendidikan, dua hal utama yang harus terus menerus diingat ialah (a) apa yang dapat dikerjakan (tujuan misi) dan (b) persyaratan kinerja untuk mencapai misi. Hal ini berarti sadar akan dimana sekarang dimana seharusnya nanti dan apa yang harus dikerjakannya. Dengan demikian profril misi pada dasarnya adalah gambaran cara kerja untuk mencapai produk atau hasil akhir. Analisis Penyiapan Profil Misi Telah dikemukakan bahawa identifikasi gembaran kebutuhan merupakan bagian dari perkiraan kebutuhan yang biasa disebut analisis kesenjangan (discrepency analysis). Catatan tentang analisis kesenjangan ini merupakan gambaran terus menerus dari analisis sistem. Artinya kegiatan harus ditekankan pada apa yang harus dikerjakan untuk menghilangkan jarak. Dalam analisis misi gambaran dimana seharusnya nanti menunjukkan keharusan adanya kumpulan data sebagai tujuan misi dan persyaratan kinerja. Cara Mendapatkan Profil Misi Langkah Pertama, memformulasikan sasaran misi dan persyaratan kinerja yang menentukan tempat mulai kegiatan dan akhir penyelesaian misi, kemudian menggambarkan keadaan tetap (status quo), yang daikhiri dengan membuat daftar fungsi-fungsi yang diperlukan dengan alur pikir yang logis, dan tidak perlu mengemukakan bagaimana tugas harus dikerjakan. Langkah kedua, mengidentifikasi dan mendaftar tugas dalam misi. Hal ini dimaksudkan untuk memeriksa alur pergerakan antar fungsi supaya kegiatan jangan berhenti. Langkah ketiga, hasil identifikasi dari semua fungsi utama dalam profil misi tersebut, diuji/diperhadapkan dengan kebutuhan, tujuan misi, dan persyaratan kinerja, dalam rangka menjaga konsistensi antara validitas fungsi dan validitas eksternal yang didasarkan kepada kebutuhan. Langkah keempat, menelusuri kembali ketepatan fungsi dari sejak langkah awal sampai akhir. (hal.62) Analisis Fungsi Fungsi adalah kumpulan tugas yang harus dikerjakan bagi pencapaian tujuan atau produk tertentu. Analisis fungsi dimulai dengan memperkirakan kebutuhan, tujuan missi, persyaratan yang diharuskan, dan profil misi. Pada saat yang sama, analisis fungsi juga mengurai dan mengidentifikasi apa (bukan mengapa) yang harus dicapai dengan tugas yang menjamin keberhasilan tujuan dari missi dan penampilannya. Dengan demikian analisis fungsi adalah (a)

menguraikan apa yang harus dikerjakan, dan (b) menentukan tugas-tugas dan hasil yang harus dicapainya. Tingkatan Analisis Fungsi Hubungan fungsi dan subfungsi diidentifikasi melalui proses analisis fungsi. Sebagaimana disebutkan di atas fungsi adalah bagian kegiatan yang kontributif terhadap hasil atau produk. Hasil yang lebih besar terkait pada fungsi yang lebih tinggi. Fungsi tertinggi sama dengan missi. Catatan pokoknya adalah setiap fungsi berarti bagian dari sesuatu yang harus dicapai atau dikerjakan. Fungsi awal merupakan induk dari subfungsi sesudahnya. Keterkaitan antara fungsi missi dengan analisis fungsi, dapat dikemukakan dalam formulasi yang operasional dan jelas, dengan mengambil contoh-contoh tjuan pembelajaran di kelas (SU: file analsis fungsi). Peran Analisis Fungsi Perlu ditegaskan bahwa analisis fungsi sama sekali tidak dimaksudkan untuk mempersulit proses. Namun untuk 1) memfasilitasi cara atau jalur-jalur pekerjaan serta memperlihatkan cara menyelesaikan sesuatu yang harus terjadi. 2) menampilkan jalur komunikasi dengan yang lainnya. Satu catatan yang tidak boleh dilupakan bahwa fungsi berarti sesuatu yang harus dikerjakan atau hasil suatu kegiatan, (a function is something to be achieved or done), bukan proses atau cara. Setiap tingkatan analisis system pada dasarnya berhubungan dengan tingkatan analsis lainnya. Proses analisis sistem berawal dari perkiraan kebutuhan yang menjadi pembeda antara apa yang ada dengan identifikasi apa yang diinginkan. Setelah itu menentukan dasar atau inti tujuan misi, sebagai jembatan yang menghubungkan antara perkiraan kebutuhan dengan analisis misi. Dengan demikian analisis misi mengidentifikasi tujuan misi, kinerja yang diperlukan (the performance requirement) dan profil misi, serta tingkatan analisis yang saling berhubungan dan konsisten secara internal antar logika bagian satu dengan yang lainnya. Profil misi yang merupakan puncak analisis fungsi merupakan jembatan antara analisis misi dengan analisis fungsi. Analisis Tugas Tugas adalah unit kinerja yang manakala dikumpulkan maka merupakan gambaran fungsi. Analisis tugas berarti form daftar dan gambaran langkah terakhir dari analisis sistem, merupakan peringkat terbawah dari identifikasi fungsi. Dengan demikian perbedaan antara analisis misi, analisis fungsi, dan analisis tugas, bukan pada jenis tapi pada tingkatan (difference of degree rather than of kind). Analisis Alat-alat Metode (Methods Means Analysis) Analisis alat metode adalah mengidentifikasi sebanyak mungkin metode dan uraian tentang keuntungan dan kerugian masing-masing metode untuk mencapai persyaratan kinerja.yang teridentifikasi dalam uraian sistem. Analisis metode ini dimulai segera setelah ditentukan persyaratan kinerja untuk lahirnya produk sesuai identifikasi. Bila persyaratan terpenuhi, analisi dilanjutkan, bila tidak terpenuhi, analisis diulang lagi dengan opsi-opsi sebagai berikut. 1. Merubah persyaratan kinerja, 2. Menemukan alat yang mungkin mencapai persyaratan kinerja, atau 3. Mendefinisi ulang batasan persyaratan kinerja, atau 4. Menghentikan kegiatan pada saat itu.

BAb ..Konsep dan Disain Perencanaan: dimulai dengan memahami Kecenderungan, Menetapkan Sasaran dan Tujuan, Merancang Perencanaan (BT, 1973:207-292) rendik III, dst.nya. A. Memahami Kecenderungan Umum Dalam pembuatan rendik, para perencana harus menstudi pola dan kecenderungan fungsi manusia dalam lingkungannya, pemanfaataan SDM dan Sumber Daya Phisik, untuk sebanyakbanyaknya keuntungan manusia dan perekonomian. Demikian juga studi pengaruh lingkungan phisik terhadap perilaku manusia, studi tentang keseimbangan peran dan aturan formal dan informal. Setelah itu studi ditekankan pada hakikat dan tujuan infrastuktur. Dua macam infrastruktur, yaitu bagian visible dan invisible. Bagian visible adalah elemen yg langsung digunakan saat aktivitas seperti meja kursi, kamar kecil, listrik, partisi, dst.nya. Inilah yang disebut pengisi infrastruktur, sedangkan bagian invisible adalah lelemen yang tidak langsung digunakan seperti jaringan air, jaringan listrik dst.nya, disebut infrastruktur. Terdapat tiga kemungkinan menyusun infrastuktur. Pertama, infrastruktur linier, deskripsinya seperti pohon, manfaatnya untuk mensuplai komoditas seperti air, listrik, lalu lintas dst.nya. Kedua, infrastruktu Planar terkait dengan suplai komoditaas juga namun merupakan jaringan kerja yang ketat dalam suatu perencanaan, gambarannya seperti jala jaringan keja. Ketiga, infrastruktur spatial, terkait dengan suplai komoditas yang berbentuk jaringan kerja berlubang. Suatu kota pada dasarnya merupakan gabungan rumit dan dinamis dari ketiga macam infrastruktur tersebut. Karena itu mendisain perencanaan diawali dengan mendeskrip sikan berbagai faktor atau elemen sebagai berikut. 1. Tingkat kepadatan penduduk, jenis kegiatan, dan bentuk jaringan infrastruktur, mempengaruhi orang, tempat, pergerakan, ekonomi, aktivitas, yang semuanya berpengaruh pada proses pendidikan 2. Perkembangan kehidupan masyarakat terkait dengan karakter individu-individunya dalam merubah atau menyesuaikan diri dengan lingkungan, cukup kuat mempenaruhi perkembangan individu. Planner harus mmfasilitas siswa mngembangkn kmampuan eksplorasi dan intelektualnya, sehingga pendidikan tersebut betul-betul berbasis keterlibatn siswa pada lingkngannya, dan tercipta keseimbangan antara kebenarn individu dan kebenaran kelompok sosial, budaya, dan ekonomi. Sebagai catatan perlu ditegaskan bahwa dipicu perkembangan iptek, perubahan sosial bergerak sangat cepat 3. Kemampuan iptek merubah lingkungan phisik yang mempengaruhi perubahan siswa, sehingga make him be at home in a created environment, dan berdasar pengaruh tersebut, siswa merubah lingkungan, baik yang sifatnya psichologis maupun budaya, yang secara berkelanjutan keduanya mempengaruhi orang-orang yang berada dalam lingkungan tersebut, man is continuously adapting animal, sesuai dengan persepsinya terhadap lingkungannya. 4. Pergerakan urbanisasi manusia dari pinggir kota ke pusat kota, jenis pemakaian kendaraan (pribadi atau massal), efisiensi gerakan dan biaya, mode kendaraan, jumlah dan isi kendaraan, serta rute, operasi, pemilik, fasilitas, dan pengenalan. 5. Planner juga harus mendeskripsikan kegiatan ekonomi, yang issunya biasanya besar, penting, luas, kompleks, namun biasanya kekurangan data, dan aparat pemerintah tidak effektif mengatasinya. 6. Bentuk dan trend yang berkmbang pada kegiatan. Aktivitas pendidikan saling terkait dg transportasi, ekonomi, sistem sosial, komunikasi dan sistem politik. Faktor2 ini terlihat atau tdk terlihat saling terkait secara tetap. Perubahan besar salah satu faktor akan langsung

mempengaruhi bentuk dan kecenderungn aktivitas yang lainnya. Dalam kaitan ini banyak penyiapan fasilitas pendidikan lebih merujuk kepada keperluan masyarakat kota. 7. Beberapa kemungkinan trend rendik, terkait dengan bentuk individu,kelompok, kesamaan tujuan (keluarga, lembaga, perusahaan), yang terus berubah sesuai dengan perkembangan sosial, teknologi, kekayaan, dan sistem politik. Menetapkan Sasaran dan Tujuan, Keragaman kepentingan masyarakat, ekonomi, dan public mempengaruhi pembuatan keputusan pendidikan, yang memrlukan adanya alternative. Untuk pemilihan diperlukan struktur logika, criteria sehingga tercapai efektivitas. Namun demikian tidak harus menunggu secara sistimati penyelesaian perencanaan secara lengkap pembangunan kota dan atau kesepakatan seluruh warga. Terdapat beberapa penunjang atau hambatan bagi terbentuknya perencanaan pendidikan. Pada bagian ini, tujuan (goal) pendidikan disebut dalam term makna, hakikat, fungsi, dan karakteristik. Peran Tujuan dalam Rendik Tujuan Perencanaan Pendidikan. Istilah tujuan dalam perencanaan pendidikan terkait ruang lingkup kerja serta hasil akhir dari suatu kegiatan. Ada goal, objective, target, dan task. Istilah goal merupakan ujung dari akhir perencanaan (Goals are ends for which a design is made). Sedangkan Objective adalah tujuan antara sebagai bagian dari goal. Target adalah tujuan antara yang merupakan bagian dari objective, dan kemudian task adalah tujuan yang merupakan bagian dari target. Terdapat empat macam tipe goals. 1.Tujuan berupa optimalisasi dalam bentuk, seperti rendah biaya hasil excellence; 2. Tujuan yang memuaskan, seperti pendidikan untuk semua; 3. Tujuan incremental (semakin naik) seperti menambah jumlah kelas; 4. Berbentuk Positif atau negative, seperti member ruang lebih untuk belajar. Terkait dengan arah kehidupan, goals harus relevan, realizable, dapat di-operasionalkan, general, community oriented, dan jangka panjang. Pengembangan Goals Dalam rangka pengembangan tujuan akhir, para perencana memerlukan pertimbangan tentang berbagai hal. 1. Memperhatikan a.tujuan umum belajar, b.antisipasi masalah baru, c.metode yang akan digunakan, d.hubungan pelajaran lama dan baru, e.diskusikan hubungan antar sekolah, distrik atau bagian negara. 2. Mempelajari latar belakang masalah melalui studi SWOT dan penyebabnya sampai terjadi situasi terakhir, 3. Tetapkan titik awal kerja sesuai proses rendik dan fokuskan pada target serta gunakan cepat masukan dari balikan (feedback) Tujuan Akhir Rencana Pendidikan 1) Masalah sosial, phisik, dan finansial kelompok kecil yg menghambat partisipasi aktif kegiatan komunitas; 2) Memfasilitasi individu membuat keputusan pribadi; 3) Memfasilitasi keragaman jabatan, warna kulit, kelas sosial atau kepercayaan; 4) Melibatkan individu pada kehidupan masyarakat;

5)

Menyiapkan individu untuk dunia kerjanya.

Hubungan antara goals dan objective Goals dapat tercapai melalui objective, target, dan tasks. Namun dalam menyusun formulasinya, goals disusun berdasarkan nilai yang dianut, untuk kemudian dari goal tersebut diturunkan rencana pendidikan. Dengan demikian bagan alurnya dapat digambarkan sebagai berrikut. Value Goals Rendik y Dalam pada itu bentuk objective yang dirancang untuk maksud pembuatan strategi perencanaan : 1. dirancang utk pelayanan; 2. sasaran alternatif dirancang untuk mengembangkan fasilitas layanan; 3. susunan dapat merupakan kombinasi dari beberapa hal yang belum ada. 4. term dalam bentuk operasional tidak abstrak; 5. alternatif ditentukan pada setiap sasaran; 6. maksimalkan sasaran berdasarkan input yang pasti atau mnimalisasi input untuk sasaran yang pasti. 7. diformulasi sebagai hasil dialog antara perencanaan pendidikan dengan representatif wakil publik Skema/Rencana Rancangan (Designing Plans) Skema Rancangan didasarkan pada pertimbangan apa, mengapa, dan kapan, filsafat, sasaran dan proses pendidikan perkotaan yang ada. Tanpa pemahaman pada item-item tersebut, rancangan tidak akan efektif. Diperlukan definisi yang lngkap mengenai rancangan, walau kadang bersifat subjektif dan luas. Disain Kota harus memberikan ruang sentuhan antar individu (S.Giedion), atau lingkungan kemanusiaan yakni orang-orang, bangunan, ruang, dan layanan sehingga memiliki makna, vital, dan pengalaman indah, untuk pengembangan kehidupan yang lebih baik (Orlindo Grossi). Disain tersebut harus menciptakan harmonisasi antar manusia, teknologi, alam, pengembangan bagian kota yg berbeda-beda, menurut fungsi, dan hubungan efisien antara satu dengan yang lainnya (l.Hilberseimer, p.273), atau Seni dan ilmu utk memecahkan kesemrawutan kehidupan kota (William N. Bryger), demikian dikutip Banghart and Trull:272-273, yang kemudian menegaskan adanya enam ciri yang saling berhubungan yakni riset (analisis), disain (sintesis), produksi (formasi), distribusi (penyebaran), Utilisasi (kinerja) dan eliminasi (penghentin). Konsep Designing Plans Konsep rancangan perencanaan melibatkan tiga unsur utama yakni bahan (material), bentuk (form), dan saling hubungan yg dinamis antar komponen di dalamnya. Bahan adalah is a basic building block that is derived from the physical environment. Sedangkan bentuk adalah the arrangement of material. Adapun hubungan dinamis adalah susunan kegiatan dari macam ragam kegiatan dalam kesatuan yang terintegrasi. Rancangan perencanaan dibentuk berdasarkan kombinasi kemampuan teknis mengekspressikan idea, kreativitas (keselarasan, kesatuan, keindahan, dan fungsi dari lingkungan alam), dan imajinasi. Rancangan merupakan resultante dari tiga hal : pemahaman okum alam, ide dan imajinasi sendiri, dan pemahaman atas sifat dan keperluan orang. Hal-hal yang Memepengaruhi Rancangan

Rancangan merupakan kegiatan yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak hal. Diantara factor-faktor yang mempengaruhi tersebut adalah budaya, polititk, lingkungan alam dan lingkungan buatan, iklim, psikologi, teknologi, pertukaran sosial dan pertukaran budaya. Pertukaran budaya mempengaruhi teknologi dalam struktur lingkungan dan kekuatan komunikasi. Dalam kaitan inilah perencanaan merupakan system terbuka. Hal lain yang harus dipertimbangkan dalam membuat rancangan adalah penggunaan waktu, lahan penduduk, interaksi masyarakat, pembangunan ekonomi, dan cara-cara yang mempengaruhi perencanaan pendidikan. Demikian juga teknologi analisis dan perencanaan. Rancangan yang bagus adalah rancangan yang seluruh elemen terakomodasi dalam susunan tapi tanpa harus dipaksakan. Proses Perancangan Dimulai dengan mengenal lingkungan objek rancangan, dan penelitian pendahuluan untk mendapatkan data, membuat definisi awal, pengmpulan data, uji coba awal, modifikasi solusi tentative, dan perencanaan akhir. Perencana harus terus menerus memahami kebutuhaan masyarakat dan mencoba menampungnya dalam rancangan sehingga terbentuk analisis dan penterjemahan kehendak klien pada disain, sambil tetap fleksibel terkait perlunya mengapresiasi tren perubahan bentuk fisik. Dalam hal ini perlu memasukkan factor kontingensi yang memungkinkan perencana mampu mengatasi terjadinya perubahan pada masa depan.

Anda mungkin juga menyukai