Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS HIDRAULIS TERHADAP KEMAMPUAN SERTA KORELASI BENDUNG KANAL BANJIR DAN BENDUNG SUNGAI DELI DALAM MENGATASI

SIKLUS BANJIR KOTA MEDAN


PROPOSAL TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian pendidikan Sarjana Teknik Sipil

DHANI APRISAL RITONGA 07 0404 091 Dosen Pembimbing

Ir. Sufrizal, M.Eng 19520310198003 1 001

BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010
ABSTRAK

Kejadian banjir di kota Medan tepatnya di hilir yang hampir rata-rata 10-12 kali/tahun sangat dipengaruhi oleh DAS Deli di daerah hulu dan biasanya banjir ini disebabkan oleh 2 hal yaitu akibat hujan pada daerah hulu dan sistem drainase yang buruk (poor drainage) di kota Medan. Salah satu tindakan yang biasa diaplikasikan dalam hal ini untuk mengurangi kerugian banjir adalah pengalihan air banjir melalui bypass atau banjir kanal (floodways) ke dalam alur sungai lain atau bahkan ke DAS lain. Dengan pembuatan floodway diharapkan akan memotong puncak banjir pada sungai Deli sebelum memasuki daerah kota Medan dan kemudian mengalirkannya sebahagian ke sungai Percut. Rencana pembangunan Floodway sungai Deli ke sungai Percut sepanjang 3.820 meter yang berfungsi untuk mengalihkan debit banjir dari sungai Deli ke sungai Percut sebesar 70 m3/detik. Floodway direncanakan merupakan saluran terbuka dengan bentuk trapesium prismatik, dengan lebar dasar saluran 5,00 meter, dan kedalaman rata-rata 4,35 m. Kajian ulang perencanaan bendung banjir kanal ini meliputi perencanaan dan perhitungan hidraulis untuk bendung kanal banjir, analisa elevasi rencana bangunan pelimpah Floodway berikut bendung Deli dan perencanaan pintu pengambilan. Kondisi eksisting bangunan pelimpah mempunyai elevasi 325 sementara bendung Deli mempunyai elevasi 311 dengan sistem orifice. Dengan dibangunnya floodway, debit pengaliran sungai Percut akan bertambah, maka dilakukan analisa kaji ulang perhitungan debit rencana dan tinjauan Hidrauliknya, analisa elevasi muka air maksimum sungai Deli sebelum dan sesudah adanya Floodway, analisa elevasi rencana bangunan pelimpah Floodway dan sungai Deli. Menurut studi Japan International Cooperation Agency/JICA (1996) dengan adanya pembangunan floodway ini maka debit banjir sungai Deli akan berkurang 70 m3/detik dari debit banjir Q 25 tahunan (300 m3/detik), dan diharapkan dapat menurunkan tinggi muka air sungai Deli yang sangat berguna bagi masyarakat yang tinggal di daerah Hilir. Melalui pembuatan kanal banjir (floodway) diharapkan akan memotong puncak banjir pada sungai Deli sebelum memasuki daerah kota Medan dan kemudian mengalirkannya sebahagian ke sungai Percut, sehingga dengan demikian kota Medan dapat terhindar dari banjir.

1.1

Latar Belakang
Di kota Medan dan di sekitarnya melintas beberapa sungai, yaitu :

1. Sungai Belawan dengan anak sungainya, sungai Badera 2. Sungai Deli dengan anak sungainya, sungai Babura, Sikambing dan sungai Putih 3. Sungai Kera 4. Sungai Percut 5. Sungai Tuan 6. Sungai Pantai Labu Sungai Deli adalah sungai yang mengalir membelah inti kota Medan. Sungai ini sering mengalami banjir dan melimpasi bantaran di sekitarnya. Bencana banjir tanggal 26 Nopember 1990 tercatat sebagai banjir yang terutama melimpasi daerah utara kota Medan (daerah utara Helvetia) dengan seluas 45 km2 dan mengakibatkan korban jiwa. Sungai Percut yang melintasi di sekitar kota Medan juga mempunyai kondisi yang hampir sama. Banjir tanggal 23 Desember 1992 mengakibatkan melimpasnya air di daerah sekitar sungai dan daerah utara, dengan luas yang hampir sama dengan yang diakibatkan banjir sungai Deli. Limpasan air terjadi karena tidak cukupnya kapasitas alir air sungai-sungai tersebut. Bencana banjir di kota Medan sebagian besar terjadi di sepanjang sungai Deli. Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli dengan luas 48.162 hektar berawal dari pegunungan Bukit Barisan pada ketinggian 1.725 m di atas permukaan laut hingga pantai Selat Malaka. Sungai Deli dengan panjang 71,91 km mengalir melalui kota Medan yang berada di bagian hilir DAS Deli dengan ketinggian berkisar 0-40 m di atas permukaan laut. Sungai ini merupakan saluran utama yang mendukung drainase kota Medan dengan cakupan luas wilayah pelayanan sekitar 51% dari luas kota Medan.

Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan pada daerah aliran sungai Deli, terbatasnya peningkatan kapasitas sungai Deli oleh karena banyaknya bangunan, baik bangunan perumahan, perkantoran maupun industri di sepanjang sungai. Dimana luas daerah genangan 9.000 ha yang terdiri dari daerah pemukiman, industri dan areal transportasi yang semua ini terjadi antara lain disebabkan akibat penampang sungai/anak sungai melalui daerah potensial tersebut semakin kecil disebabkan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, bertambahnya aliran permukaan, kerusakan daerah tangkapan air di hulu sungai, dan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat dimana sering membuang sampah ke sungai/anak sungai dan sangat minimnya biaya operasi serta pemeliharaan untuk bangunan drainase yang sudah ada, diantaranya adalah merekomendasikan upaya untuk pengendalian banjir kota Medan berupa pembuatan kanal banjir (floodway). Oleh karena itu pemerintah membuat suatu studi yang dikenal dengan The Detailed Design on Medan Flood Control Project . Dengan hasil rekomendasi pembuatan kanal banjir (floodway). Dengan adanya pembangunan kanal banjir tersebut diharapkan akan memotong puncak banjir pada sungai Deli sebelum memasuki daerah kota Medan dan kemudian mengalirkannya sebahagian ke sungai Percut. Banjir pada hakekatnya hanyalah salah satu output dari pengelolaan DAS yang tidak tepat. Bencana banjir menjadi populer setelah dalam waktu yang hampir bersamaan (akhir bulan Januari 2002) beberapa kota dan kabupaten di Indonesia terpaksa harus mengalami bencana ini. Bahkan, Medan yang notabene merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, terpaksa harus terendam air. Sudah tentu kerugian yang harus diderita oleh masyarakat sangatlah besar. Dari hasil investigasi Tim Peneliti BTP DAS di dua DAS di Sumatera Utara, yaitu DAS sungai Deli dan DAS Belawan di daerah hulu. Mencakup kabupaten Karo, kabupaten Deli Serdang dan

kota Medan disimpulkan bahwa bencana banjir secara fisik disebabkan oleh (1) curah hujan yang tinggi, (2) karakteristik DAS itu sendiri, (3) penyempitan saluran drainase, (4) perubahan penutupan lahan. Dari ke 4 (empat) penyebab banjir tersebut, 2 (dua) penyebab pertama berada diluar kemampuan manusia untuk dapat melakukan intervensi yaitu curah hujan yang tinggi dan karakteristik DAS itu sendiri. Artinya, dua penyebab pertama merupakan keadaan kiriman dari suatu DAS. Manusia dalam hal ini hanya mampu atau mungkin untuk melakukan intervensi pada faktor penyebab banjir diatas. Namun demikian, untuk dapat melakukan intervensi yang tepat perlu terlebih dahulu diketahui akar permasalahan yang melatarbelakangi penyebab tersebut. Dengan demikian, resep yang diberikan tidak sekedar penyembuh sementara, tetapi bersifat berkelanjutan. Perubahan tata guna lahan merupakan sumber permasalahan banjir. Hal dikarenakan perubahan tata guna lahan tersebut akan mempengaruhi pengaliran air yang terjadi, yaitu koefisien C (koefisien Run-off) dalam rumus debit pengaliran air. Apabila lahan berubah dari lahan resapan menjadi lahan kedap air seperti perkerasan aspal dan atap bangunan akan mengasilkan aliran hampir 100% setelah permukaan menjadi basah, berapapun kemiringannya artinya air tidak dapat meresap dan langsung mengalir di atas permukaan sehingga mengakibatkan debit air yang besar. Apabila saluran (drainase) yang ada dibangun dengan perencanaan lahan yang resap air, maka perubahan tata guna lahan yang kedap air dapat menjadi penyebab terjadinya banjir akibat berubahnya besar debit aliran yang terjadi. Penanganan masalah banjir kota Medan selama ini baru difokuskan pada bagian alur sungai saja (in-stream) dan belum menyentuh pada pengelolaan DAS (off stream) seperti pekerjaan perbaikan sungai (river improvement) dan pembangunan floodway yang

telah selesai dibangun. Gambar berikut ini akan dijelaskan Rencana Induk Pengendalian Banjir Medan dan Sekitarnya.

Gambar 1.1 Rencana Induk Proyek Pengendalian Banjir Medan dan Sekitarnya

1.2

Perumusan Masalah Bendung Banjir kanal adalah bendung yang dikonstruksikan untuk

meninggikan muka air yang berasal dari sungai Deli ketika banjir yang kemudian akan dialirkan ke dalam saluran trapezoidal terbuka kanal banjir. Ketika terjadi banjir 25 tahunan berdasarkan rencana debit sebesar 70 meter kubik per detik akan masuk ke dalam kanal banjir dan 230 meter kubik melalui aliran sungai deli yang melewati bendung Deli. Tetapi hal ini tidak sesuai dengan rencana karena pada tanggal 6 bulan Januari 2011 banjir besar tetap terjadi di daerah Hulu DAS Deli. Berdasarkan uraian

dari latar belakang tersebut diatas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana seharusnya Desain Hidraulis Bendung Kanal Banjir sehingga

dapat mengatasi siklus banjir 25 tahunan? 2. Bagaimana Korelasi Bendung Kanal Banjir dan Bendung Sungai Deli dalam mengelola aliran hulu DAS Deli pada saat debit mencapai 300 meter kubik per detik?
3.

Bagaimana kondisi bangunan pelengkap lain seperti kolam olak, balok haling, dan saluran utama kanal banjir setelah Bendung Kanal Banjir direncanakan ulang?

4. Bagaimana perbandingan analisis ulang desain hidraulis Bendung Kanal Banjir dengan data yang telah tersedia apakah telah sesuai atau perlu perubahan?

1.3

Maksud dan Tujuan Mengetahui dan menganalisis apakah stuktur bendung dalam mengatasi

banjir yang berasal dari hulu DAS deli dapat direncanakan dan diaplikasikan secara optimal dari beberapa parameter hiraulis bendung seperti lebar bendung, debit yang melewati mercu, elevasi puncak bendung dan beberapa parameter lainnya.

1.4

Pembatasan Masalah Adapun pembatasan masalah yang diambil untuk mempermudah

penyelesaian adalah :
a) Perencanaan meliputi Bendung Banjir Kanal dan Bendung Deli

b) Perencanaan berupa perencanaan Hidraulis 1.5 Metodologi Bahasan yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah perhitungan hidraulis dan kajian literatur berdasarkan metode hidraulis bangunan air untuk menghitung parameter bendung serta masukan-masukan dari dosen pembimbing. Tahapan pelaksanaan yang digunakan dalam eksperimen tugas akhir ini adalah : 1. Peninjauan Lapangan untuk melihat kondisi eksisting Bendung 2. Menganalisa data-data yang ada berkaitan dengan perencanaan hidraulis bendung 3. Menganalisa korelasi antara Bendung Kanal Banjir dengan Bendung Deli
4. Merencanakan ulang bendung secara hidraulis

5. Membandingkan hasil perencanaan ulang dengan kondisi eksisting

KONDISI EKSISTING:
3000 500 1750 1500 750

EL.32.500
200 750

57 76

:1 .0

45

EL.26.000
Gambar 1.2 Sketsa Penampang Melintang Konfigurasi Puncak Banjir Kanal Medan

EL.26.500

KONDISI EKSISTING:

EL.31.000
R5 00

R1 999 ,85

.0 :1

1 .0 :1

EL.24.200
1000

EL.24.700

EL.24.200 EL.22.200

EL.21.700
1: 0.5

Gambar 1.3 Sketsa Penampang Melintang Konfigurasi Puncak Bendung Deli Medan

KONDISI BENDUNG KANAL BANJIR PASCA HUJAN DERAS 6 JANUARI 2011

Gambar 1.4 Limpahan Air Bendung

Gambar 1.5 Sampah pada Trash Rack

Gambar 1.6 Kolam Olak

Gambar 1.7 Pembersihan Sampah

Gambar 1.8 Air tidak melewati bendung

Gambar 1.9 Kondisi saluran utama

DAFTAR PUSTAKA Agriculture Development Corporation. 1984. Second Irrigation Sector Project (Lecture Note). Directorate General of Water Resources Development, Ministry of Public Works, Republic of Indonesia. Chow, Ven Te. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka (Open Channel Hydraulics). Terj. E.V. Nensi Rosalina Penerbit Erlangga.Jakarta
Dirjend. Pengairan Dept. Pekerjaan Umum. 1986. Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama (KP-02). CV. Galang Persada. Bandung

Kodoatie, Robert, J. dan Sjarief, Roestam. 2010. Tata Ruang Air. Andi.Yogyakarta
Linsley Ray K., 1985. Teknik Sumber Daya Air Jilid 2. Terj. Yandi Hermawan Penerbit Erlangga. Jakarta. Loebis, Joesron, Soewarno dan Suprihadi. 1993. Hidrologi Sungai. Yayasan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta.

Ritonga, Dhani Azis. 2009. Diktat Kuliah Hidrolika dan Bangunan Air. Unpublished. Sirait, Jones Hendra M. 2010. Analisis Kemampuan Kanal Banjir Dalam Menanggulangi Masalah Banjir Kota Medan Kaitannya Dalam Pengembangan Wilayah. Medan: Universitas Sumatera Utara. Subarkah Iman, Ir, 1980. Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air. Penerbit Idea Drama. Bandung Triatmodjo, Bambang. 1993. Hidraulika II. Beta Offset. Yoyakarta.

Anda mungkin juga menyukai