Anda di halaman 1dari 4

1.

Coba Anda jelaskan dampak dari system drainase konvensional terhadap lingkungan, missal terhadap lingkungan perkotaan sendiri dan lingkungan air ! Jawab : Drainase konvensional adalah upaya membuang atau mengalirkan air kelebihan secepat-cepatnya ke sungai terdekat. Dalam konsep drainase konvensional, seluruh air hujan yang jatuh ke di suatu wilayah harus secepat-cepatnya dibuang ke sungai dan seterusnya mengalir ke laut. Jika hal ini dilakukan pada semua kawasan, akan memunculkan berbagai masalah, baik di daerah hulu, tengah, maupun hilir. Drainase konvensional untuk permukiman atau perkotaan dibuat dengan cara membuat saluran-saluran lurus terpendek menuju sungai guna mengatuskan kawasan tersebut secepatnya. Seluruh air hujan diupayakan sesegera mungkin mengalir langsung ke sungai terdekat. Pada areal pertanian dan perkebunan biasanya dibangun saluran drainase air hujan menyusuri lembah memotong garis kontur dengan kemiringan terjal. Pada saat hujan, saluran drainase ini berfungsi mengatuskan kawasan pertanian dan perkebunan dan langsung dialirkan ke sungai. Demikian juga di areal wisata dan olahraga, semua saluran drainase didesain sedemikian rupa sehingga air mengalir secepatnya ke sungai terdekat. Orang sama sekali tidak berpikir apa yang akan terjadi di bagian hilir, jika semua air hujan dialirkan secepat-cepatnya ke sungai tanpa diupayakan agar air mempunyai waktu cukup untuk meresap ke dalam tanah. Dampak dari pemakaian konsep drainase konvensional tersebut dapat kita lihat sekarang ini, yaitu kekeringan yang terjadi di manamana, juga banjir, longsor, dan pelumpuran. Kesalahan konsep drainase konvensional yang paling pokok adalah filosofi membuang air genangan secepat-cepatnya ke sungai. Dengan demikian, sungai-sungai akan menerima beban yang melampaui kapasitasnya, sehingga meluap atau terjadi banjir.

Demikian juga mengalirkan air secepatnya berarti pengatusan kawasan atau menurunkan kesempatan bagi air untuk meresap ke dalam tanah. Dengan kata lain, cadangan air tanah akan berkurang, kekeringan di musim kemarau akan terjadi. Dampak selanjutnya adalah kerusakan ekosistem, perubahan iklim mikro dan makro disertai tanah longsor di berbagai tempat yang disebabkan oleh fluktuasi kandungan air tanah musim kering dan musim basah yang sangat tinggi. Sumber : http://www.pancingindonesia.blogspot.com/ 2. Apa yang mengakibatkan perubahan siklus hidrologi ? dampaknya apa jika dikaitkan dengan system drainase konvensional ! Jawab : Penyebab yang dapat merubah siklus hidrologi, antara lain :
a. Kepadatan penduduk dan permukiman yang berlebihan pada satu

wilayah karena berkaitan dengan membesarnya konsumsi air tanah.


b. Penggunaan air tanah yang berlebih lebihan oleh industri karena

akan mempercepat menurunnya volume air tanah.


c. Kurangnya pengawasan terhadap penggunaan lahan sepanjang

daerah aliran sungai (DAS).


d. Perusakan

hutan

dan

lahan penghijauan

menimbulkan tidak

seimbangnya tata air.


e. Pembuangan atau kontaminasi limbah terhadap air tanah, terutama

limbah industri dan domestic. Konsep dari system drainase konvensional adalah upaya membuang atau mengalirkan air kelebihan secepat-cepatnya ke sungai terdekat. Dalam konsep drainase konvensional, seluruh air hujan yang jatuh ke di suatu wilayah harus secepat-cepatnya dibuang ke sungai dan seterusnya mengalir ke laut. Jika kita sangkut pautkan antara penyebab perubahan dan system drainase konvensional akan mengakibatkan kekeringan, banjir, longsor, perubahan ekosistem, dan perubahan iklim.

Dari pernyataan point a dan b, akan mengkibatkan kekeringan dan banjir. Ini dikarenakan daerah resapan yang kurang memadai/daya resap tanah yang kurang maksimal sehingga akan mengakibatkan banjir ketika musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Pada kondisi banjir sungai akan menerima beban yang sangat besar sehingga daya tamping sungai atau saluran melebihi kapasitas yang tersedia. Namun pada kondisi kemarau, debit aliran air sungai sangat kecil bahkan kering sama ini dikarenakan air dalam tanah berkurang sehingga kontribusi air terhadap sungai menjadi sedikit. Dari pernyataan point c, d, dan e akan mengakibatkan perubahan ekosistem dan longsor. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa system drainase konvensional tidak lagi cocok karena terlalu memusatkan sungai sebagai membuang atau mengalirkan air hujan yang turun sedangkan ruang untuk resapan air tidak diperbesar sehingga menyebabkan ketidak seimbangan. Sumber : http://gurumuda.com/bse/dinamika-perubahan-hidrosfer-dandampaknya-terhadap-kehidupan-di-muka-bumi#more-11386 http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/07/siklus-hidrologi.html
3. Apa yang dimaksud dengan system polder ?

Jawab

Sistem Polder adalah suatu cara penanganan banjir dengan bangunan fisik, yang meliputi sistem drainase, kolam retensi, tanggul yang mengelilingi kawasan, serta pompa dan / pintu air, sebagai satu kesatuan pengelolaan tata air tak terpisahkan. Tujuan dari pengembangan sistem Polder ini adalah untuk memberikan model pengendalian banjir perkotaan yang terpadu. Keunggulan Sistem Polder adalah mampu mengendalikan banjir dan genangan akibat aliran dari hulu, hujan setempat dan naiknya muka air laut (ROB). Sedangkan kelemahan Sistem Polder adalah

Bekerjanya sistem ini sangat bergantung pada pompa. Jika pompa mati, maka kawasan akan tergenang. Biaya operasi dan pemeliharaan relatif mahal. Penggunaan Sistem Polder Mengendalikan air. Obyek Wisata / Rekreasi. Lahan Pertanian / Perikanan. Lingkungan Industri dan Perkantoran. Sumber : http://balitbang.pu.go.id/saritek/saritek%20pusair/14.sistem%20polder %20final.pdf

Anda mungkin juga menyukai