Anda di halaman 1dari 2

PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat temuan dalam anamnesis.

Teknik pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan visual atau pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), pemeriksaan ketok (perkusi), dan pemeriksaan dengar dengan menggunakan stetoskop (auskultasi). Sikap sopan santun dan rasa hormat terhadap tubuh dan pribadi pasien yang sedang diperiksa harus diperhatikan dengan baik oleh pemeriksa. Hindarkan segala tindakan yang dapat mengakibatkan rasa malu atau rasa tidak nyaman pada diri pasien. Sebaliknya pemeriksa juga tidak boleh bersikap kaku dan canggung, karena akan mengurangi kepercayaan pasien terhadap pemeriksa. Hindarkan membuka pakaian pasien yang tidak diperlukan. Periksalah pasien secara sistematik dan senyaman mungkin, mulai melihat keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, pemeriksaan jantung, paru, abdomen dan ekstremitas. Pemeriksaan pada daerah sensiif, misalnya payudara, anorektal, dan urogenital sebaiknya dilakukan atas indikasi.

Tanda-tanda Vital 1. Suhu Suhu tubuh yang normal adalah 36-37C. Pada pagi hari suhu mendekati 36C, sedangkan pada sore hari mendekati 37C. Pengukuran suhu di rektum juga akan lebih tinggi 0,5 hingga 1C dibandingkan suhu mulut dan suhu mulut 0,5C lebih tinggi dibandingkan suhu aksilla. Suhu merupakan indikator penyakit. Untuk mengukur suhu tubuh digunakan termometer demam. Tempat pengukuran suhu meliputi rektum (2-5 menit), mulut (10 menit), dan aksila (15 menit). Stadium peningkatan suhu dari suatu penyakit disebut stadium prodromal, sedangkan stadim penurunan suhu disebut stadium rekonvalesensi. Selain membuat grafik suhu, maka frekuensi nadi juga harus diukur. Biasanya, setiap kenaikan suhu 1C akan diikuti kenaikan frekuensi nadi 10 kali per menit. 2. Tekanan Darah Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter (sfigmomanometer), yaitu dengan cara melingkarkan manset pada lengan kanan 1,5 cm di atas fossa kubiti anterior. Dengan cara palpasi hanya akan didapatkan tekanan sistolik saja. Dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar denyut nadi Korotkov. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi. Bila terdapat kelainan jantung atau kelainan pembuluh darah, maka tekanan darah harus diukur baik pada lengan kanan maupun lengan kiri, bahkan bila perlu tekanan darah tungkai juga diukur. Faktor-faktor yang turut mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah adalah lebar manset, posisi pasien, dan emosi pasien.

3. Nadi

Pemeriksaan nadi biasanya dilakukan dengan melakukan palpasi A. Radialis. Bila dianggap perlu, dapat juga dilakukan di tempat lain, misalnya A. Brakialis di fosa kubiti, A. Femoralis di fosa inguinalis, A. Poplitea di fosa poplitea atau A. Dorsaluis pedis di dorsum pedis. Pada pemeriksaan nadi, perlu diperhatikan frekuensi denyut nadi, irama nadi, isi nadi, kualitas nadi dan dinding arteri.

4. Frekuensi Pernapasan Dalam keadaan normal, frekuensi pernapasan adalah 16-24 kali per menit. Bila frekuensi pernapasan kurang dari 16 kali per menit, disebut bradipneu, sedangkan bila lebih dari 24 kali per menit, disebut takipneu. Pernapasan yang dalam disebut hiperpneu, terdapat pada pasien asidosis atau anoksia; sedangkan pernapasan yang dangkal disebut hipopneu, terdapat pada gangguan susunan saraf pusat. Kesulitan bernapas atau sesak napas disebut dispneu, ditandai oleh pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal, dapat disertai sianosis dan takipneu.

Anda mungkin juga menyukai