Anda di halaman 1dari 5

Pengamat asal Belanda, Hans Westenberg, menurut Nuhung (2006:1) mengemukakan keyakinannya bahwa Indonesia dapat menjadi negara

kaya (lebih kaya daripada Amerika Serikat), bila saja Indonesia menangani budidaya tanaman pangan secara besar-besaran, sungguh-sungguh dan terencana. Sejalan dengan Westenberg, Ekonom kondang dunia, Joseph E. Stiglitz, Nobel Laureate tahun 2001, profesor pada Colombia University, New York (Kompas, 15 Desember 2004), menyarankan agar Indonesia fokus pada pengembangan ekonomi yang menjadi landasan utama kehidupan bangsa yakni pertanian. Oleh karenanya kebijakan ekonomi Indonesia seharusnya berhubungan erat dengan kepentingan mayoritas penduduk tersebut, yaitu petani. Penulis sepakat dengan kedua pakar di atas. Tanpa mendalami lebih lanjut maksud dan penjelasan dari kedua pakar tersebut, penulis menjadikannya acuan awal dalam melihat permasalahan yang akan dikaji. Pendapat mereka dijadikan latar belakang masalah teoritis dalam penulisan tesis ini. Kalau dikaji pendapat kedua pakar diatas, maka Indonesia mempunyai potensi untuk menjadi negara kaya dari pertanian pangan. Menurut mereka, paling tidak ada empat persyaratan yang harus dipenuhi oleh Indonesia supaya boleh menjadi kaya dari pertanian pangan, yaitu: menangani budidaya tanaman pangan secara besar-besaran, menangani budidaya tanaman pangan secara sungguh-sungguh, menangani budidaya tanaman pangan secara terencana, fokus pada pengembangan ekonomi petani. Pemakaian kata menangani dalam budidaya pertanian oleh penulis tesis ini diartikan sebagai mengusahakan atau menjalankan usaha. Pengertian mengusahakan atau menjalankan usaha ini lebih dalam dan lebih luas dari pengertian mengelola atau memanajemeni. Manajemen cenderung kepada penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan. Sedangkan mengusahakan mencakup pengertian dan fungsi mengadakan sekaligus menggunakan sumber daya. Manajemen bekerja berdasarkan apa yang ada, sedangkan mengusahakan bekerja untuk membuat segala sesuatu ada. Dalam mengusahakan tercakup kegiatan seperti kreativitas, inovasi, daya khayal, transformasi, penemuan, kewirausahaan, dan mencakup manajemen itu sendiri. Sejalan dengan alasan praktis di atas, produk jagung secara besar-besaran memang sudah menjadi keharusan. Dari segi teoritis ini disebut skala ekonomis. Untuk dapat bertahan hidup dan melanjutkan kehidupan usaha, harus dihasilkan keuntungan pada tingkat tertentu. Keuntungan usaha merupakan sumber utama penyokong kehidupan usaha. Untuk menghasilkan keuntungan, secara sederhana, akuntansi mengajarkan haruslah penerimaan lebih besar dari pengeluaran. Penerimaan berasal dari penjualan. Pengeluaran berasal dari biaya-biaya. Jadi, penjualan harus lebih besar dari biaya-biaya baru diperoleh keuntungan atau laba. Selanjutnya biaya dibagi atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap secara relatif dikeluarkan tetap besarnya tidak tergantung berapa banyak produk yang dihasilkan. Misalnya yang termasuk biaya tetap adalah sewa lahan, biaya hidup petani, penyusutan peralatan dan perlengkapan. Sedangkan biaya variabel berubah besarnya seiring dengan berubahnya produk. Sebagai contoh adalah bibit dan pupuk. Kalau produk yang mau dihasilkan lebih banyak lagi, maka dibutuhkan bibit dan pupuk

yang lebih banyak. Urusan pendapatan, biaya dan laba adalah urusan internal perusahaan. Ini baru sebatas bertahan atau berlangsung hidup. Ini adalah masalah inti yang harus dimiliki dan dikuasai pengusaha, termasuk petani jagung. Tetapi, skala besar-besaran tidak terbatas pada kepentingan internal. Barangkali dengan laba tertentu buat petani sudah cukup, tidak perlu memikirkan skala besar-besaran. Tetapi disinilah masalahnya. Pengguna utama produk jagung petani adalah pabrikan, yaitu produsen pakan ternak misalnya. Mereka juga mengikuti aturan skala ekonomis. Mereka telah menanamkan dana yang sangat besar dalam pembangunan pabriknya, menjalankan usahanya. Untuk mengembalikan investasi yang besar tersebut mereka harus menghasilkan juga dalam jumlah besar. Untuk menunjang penghasilan yang besar maka pabrik mereka harus juga memproduksi hasil olahan dalam jumlah besar. Bahan baku harus tersedia, salah satunya adalah jagung. Pabrik berproduksi setiap hari, ada yang 24 jam sehari. Berarti setiap saat harus tersedia bahan baku jagung. Petani jagung panen empat bulan sekali dan paling banyak dua kali dalam setahun. Bagaimana mungkin mereka memenuhi bahan baku pabrik pakan yang harus dipasok setiap hari? Petani itu sendiri tidak akan mampu, dan tentu pabrik tidak mau berhubungan dengan mereka hanya dua kali setahun. Pabrik pakan butuh kepastian ada pasokan setiap hari. Jadi, produksi jagung harus mampu memenuhi syarat budidaya tanaman pangan secara besar-besaran. Mereka butuh bantuan pihak lain. Paling tidak para petani harus bekerja sama dengan pihak lain sehingga dapat berhubungan bisnis dengan pabrik pakan. Persyaratan kedua adalah budidaya tanaman pangan ditangani secara sungguh-sunguh. Ini mengandung makna yang mendalam. Bila dibandingkan dengan perilaku petani menyelenggarakan budidayanya, ini tidak boleh seenaknya. Tidak boleh setiap waktu berganti tanaman. Barangkali lebih dimengerti kalau pengertian kata sungguh-sungguh ini disamakan dengan komitmen. Komitmen mengandung pengertian bahwa terjadi pilihan dalam diri manusia untuk mengikatkan dirinya melakukan yang terbaik terhadap apa yang dia pilih. Mengikatkan diri memberikan keterbatasan gerakan bagi manusia itu. Ini lebih kepada masalah kepribadian. Bila petani secara bersama berkomitmen dalam suatu jangkauan wilayah untuk waktu yang tidak dibatasi maka mereka telah menciptakan budaya organisasi baru. Ada tersirat dalam makna komitmen itu pengertian pengabdian. Petani jagung yang secara sungguh-sungguh ingin berbudidaya tanaman pangan jagung maka dia mengabdikan diri untuk jagung itu sendiri. Pengabdian berarti berusaha dan bertindak untuk memahami jagung itu secara luas dan mendalam serta lengkap. Secara formal pengabdian ini dapat dilihat dari perangkat aturan perundangan yang memihak kepada budidaya jagung ini. Secara informal ada perasaan tidak enak dan tidak nyaman kalau budidaya jagung ini tidak berhasil. Kesemua uraian diatas menjelaskan arti dari sungguh-sungguh. Menangani budidaya tanaman pangan jagung secara terencana. Dalam persyaratan ini telah melangkah kepada manajemen budidaya. Perencanaan yang berasal dari kata rencana adalah salah satu unsur dan unsur pertama dari fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi lain yang melengkapi fungsi perencanaan adalah pengorganisasian, pengaktualisasian, dan pengendalian. Fungsi rencana tidak akan mempunyai makna dan arti apapun apabila tidak dikaitkan dengan fungsi-fungsi lain dalam manajemen.

Dalam perencanaan dituangkan tujuan yang akan dicapai baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dikaitkan dengan rencana budidaya jagung, fungsi rencana mencakup jumlah produk atau kuantitas produk jagung yang harus dihasilkan dan kualitas produk jagung yang dihasilkan. Rencana kuantitas tentu dikaitkan dengan permintaan Pasar. Pasar dalam hal ini pembeli telah mempunyai persyaratan bagi bahan baku yang akan dipergunakan oleh pabriknya. Ini terkait dengan rencana pabrik itu menghasilkan pakan yang akan dia jual. Pabrik mempunyai kapasitas dalam mengolah jagung. Kapasitas ini meliputi kapasitas maksimum terpasang dan kapasitas terpakai. Dalam pemakaian pabrik secara teoritis juga harus menetapkan angka yang membuat usahanya bertahan hidup dan lebih lanjut tentu dapat berlangsung kehidupannya. Kuantitas dan kualitas produk jagung ini ditentukan oleh pabrik pakan. Inilah yang menjadi acuan dari petani jagung untuk merencanakan kuantias dan kualitas produk jagungnya. Kuantitas dan kualitas tidak bermakna apa-apa kalau tidak dikaitkan dengan waktu penyerahan. Kuantitas dan kualitas jagung diserahkan pada waktu tertentu, bila dapat dipenuhi, tentu memberi kepastian bagi operasi perusahaan. Ini berlaku bagi pemasok bahan baku jagung maupun pemakainya. Ukuran terakhir penentuan rencana produksi ini selain kuantitas, kualitas dan waktu adalah harga. Bagi petani adalah harga jual produk jagungnya, sedangkan bagi pabrik pakan adalah harga beli bahan bakunya. Jumlah yang dikeluarkan oleh pabrik pakan belum tentu sama dengan jumlah uang yang diterima oleh petani. Antara pabrik pakan dan petani jagung ada jarak. Tergantung siapa yang menjembatani jarak tersebut. Kondisi petani saat ini, petani subsisten, tidak akan mempunyai jembatan langsung dengan pabrik pakan. Masih terdapat banyak penghubung di sana, katakanlah para pedagang perantara. Tetapi, walaupun dalam perekonomian yang sudah maju, katakanlah petani jagung Amerika, jarang yang langsung berhubungan dengan produsen pakan ternak. Kedua perusahaan ini masih ada perantaranya. Perbedaannya dengan perantara di Indonesia, petani jagung Amerika pada umumnya mengetahui berapa besar selisih uang yang dia terima dengan uang yang dibayarkan oleh pembeli akhirnya. Mereka dapat menghitung, bahwa masih lebih menguntungkan bagi mereka untuk menjualnya lewat perantara tersebut daripada menjualnya sendiri. Tetapi di Indonesia? Petani jagung di pedesaan jarang yang mengetahui nilai beli dari pabrik bahkan lebih sering merasa tidak perlu tahu. Mereka cukup puas dengan dapat dijualnya produk jagung mereka di ladangnya. Secara teoritis dari berbagai penelitian selisih uang yang dibayarkan oleh pembeli akhir dengan yang diterima oleh petani jagung, nilainya lebih besar daripada yang diterima oleh petani, dan ini dinikmati oleh para perantara. Pentingnya perencanaan dalam budidaya jagung ini diketahui apabila dikaitkan dengan nilai tukar petani itu. Rencana yang baik akan mengungkapkan banyak hal. Yang dapat diperkirakan adalah bahwa sedikit sekali para petani jagung yang dapat membuat perencanaan sebagaimana diharapkan dari pembahasan di sini. Rencana budidaya jagung yang dibuat para petani baru berkisar luas arealnya, jumlah bibit, jumlah pupuk dan obat-obatan, serta modal usahanya. Selebihnya, tergantung perkembangan nanti. Apa adanya itulah yang diterima. Penelitianpenelitian yang telah umum diketahui menyebutkan sikap dan perilaku demikian mengakibatkan mereka jagi korban. Persyaratan keempat secara teoritis yang diutarakan pakar di atas adalah fokus. Kata fokus merupakan istilah yang digunakan dalam strategi persaingan. Sudah menjadi pendapat umum, bahwa kegagalan para konglomerat Indonesia yang mengakibatkan krisis multi dimensi pada

tahun 1998 adalah akibat para pengusaha itu tidak fokus. Mereka merambah kemana-mana dengan mengandalkan kemudahan mendapat fasilitas pinjaman dari bank. Tanpa memperhitungkan kemampuan dalam mengelola berbagai macam usahanya, mereka masuk usaha baru dengan perhitungan bisnis yang kurang dapat dipertanggung jawabkan. Sejak terjadinya krisis, maka istilah fokus sudah menjadi pendapat umum di kalangan pengusaha khususnya para professional. Persyaratan fokus pada pengembangan ekonomi petani menuntut pemenuhan ketiga persyaratan di atas: skala usaha besar-besaran, sungguh-sungguh dan terencana. Pengembangan skala usaha jagung secara besar-besaran didasarkan pada kajian penilaian investasi yang memberikan kelayakan dari berbagai aspek penilaian. Sungguh-sungguh berarti semua kebutuhan yang dituntut oleh usaha jagung skala besar-besaran harus dapat dipenuhi. Kebutuhan usaha jagung ini mencakup aspek yang sangat luas. Apa yang menjadikan munculnya 10 permasalah praktis usaha jagung di atas harus dapat diatasi. Upaya-upaya dilakukan untuk membuat usaha jagung ini menarik bagi generasi muda. Tentu usaha jagung ini harus memberikan nilai tambah dan nilai tukar yang positif tinggi bagi petani. Dari 10 permasalahan kalau dikaji dan diurutkan ke faktor sebab akibatnya, maka akan muncul mata rantai permasalahan yang panjang. Tanpa kesungguhan yang tinggi, mata rantai permasalahan ini tidak akan dapat dilepaskan. Tetapi dengan kesungguhan yang tinggi, mata rantai permasalahan dapat ditransformasikan menjadi mata rantai pendukung keberhasilan. Ini tentu membutuhkan kajian yang lebih mendalam lagi. Fokus dalam perencanaan berarti pertama sekali sudah ditentukan dan dipastikan pilihan usaha jagung ini. Untuk dapat memastikan jagung apa yang ditanam, jenisnya akan menentukan pola tanam dan pemeliharaan serta teknologi yang dibutuhkan. Fokus berarti merencanakan semua aspek usaha jagung ini untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pembeli. Focus juga memberikan pengarahan tentang pembeli yang bagaimana yang cocok dijadikan mitra bisnis karena usaha jagung yang diterapkan haruslah sesuai dengan kondisi dan situasi nyata yang dimiliki oleh petani itu sendiri. Mereka fokus menghasilkan jagung sesuai kondisi yang mereka miliki dan itu haruslah sesuai dan sama dengan apa yang diminta oleh pembelinya. Untuk mengetahui kedua kondisi ini, juga dituntut fokus. Secara teoritis akan dibutuhkan banyak waktu untuk memenuhi keempat persyaratan tersebut. Tetapi secara teoritis juga dapat ditemukan teknologi yang dapat mempersingkat waktu tersebut. Dari sinilah munculnya gagasan strategi kemitraan. Strategi kemitraan mendasarkan diri pada asumsi bahwa pasti ada pihak yang mampu memenuhi semua persyaratan yang dibutuhkan untuk menjadikan produk jagung dapat bersaing di pasar. Asumsi ini juga mengharuskan pencarian para pihak tersebut yang mampu dan mau untuk terlibat dalam proses ini. Mereka inilah disebut para mitra. Para mitra ini membawa sekaligus memberikan solusi dalam usaha agribisnis jagung dan mereka mendapatkan imbalan atas apa yang mereka berikan. Tetapi dalam bentuk yang bagaimana, dan model kemitraan yang bagaimana serta mengapa memilih model itu, baru akan terjawab setelah selesainya penelitian ini. Sebagai tambahan dalam latar belakang masalah ini berbagai kajian mengusulkan supaya pertanian ini jangan dipandang secara sempit, hanya budidaya saja. Pengertian budidaya adalah mulai dari pengolahan lahan, menanam, panen dan menjual. Tetapi lebih dari itu pertanian ini harus diusahakan secara terpadu. Mulai dari perencanaan sebelum adanya pengolahan yang

mencakup semua sarana dan prasarana. Kemudian berlanjut dalam usaha pertanian itu sendiri, dilanjutkan dengan penanganan pasca panen dan pemasaran, dan semua dukungan yang diperlukan. Berbagai defenisi digunakan dalam penyebutan pertanian terpadu ini. Ada yang menyebutnya agribisnis, ada yang menyebutnya pertanian korporasi, bahkan pertanian itu dikaitkan dengan pembangunan wilayah pedesaan menjadi klaster-klaster yang memenuhi semua kebutuhannya menjadi suatu wilayah perkotaan pedesaan pertanian yang disebut agropolitan.

Anda mungkin juga menyukai