Anda di halaman 1dari 9

I.

TUJUAN
A. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 1. Pramusaji dapat mengetahui pengertian Food Borne Disease atau Penyakit Bawaan Makanan. 2. Pramusaji dapat mengetahui penyebab dan gejala pada Food Borne Disease atau Penyakit Bawaan Makanan. 3. Pramusaji dapat mengetahui siapa saja yang dapat terjangkit Food Borne Disease atau Penyakit Bawaan Makanan. 4. Pramusaji dapat mengetahui bagaimana cara pengobatan Food Borne Disease atau Penyakit Bawaan Makanan. 5. Pramusaji dapat mengetahui bagaimana cara mencegah munculnya Food Borne Disease atau Penyakit Bawaan Makanan.

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) 1. Pramusaji dapat menyebutkan pengertian Food Borne Disease atau Penyakit Bawaan Makanan dengan benar. 2. Pramusaji dapat menyebutkan 3 penyebab umum dan 3 gejala pada Food Borne Disease atau Penyakit Bawaan Makanan dengan benar tanpa melihat catatan, buku, atau alat bantu lainnya. 3. Pramusaji dapat menyebutkan 3 golongan umur yang rentan terserang sakit parah akibat Food Borne Disease atau Penyakit Bawaan Makanan dengan benar tanpa melihat catatan, buku, atau alat bantu lainnya. 4. Pramusaji dapat menjelaskan 2 cara pencegahan terjadinya Food Borne Disease atau Penyakit Bawaan Makanan dengan benar tanpa melihat catatan, buku, atau alat bantu lainnya.

II. MATERI A. Poin-Poin Materi 1. Pengertian Food Borne Disease atau Penyakit Bawaan Makanan. 2. Penyebab dan gejala pada Food Borne Disease atau Penyakit Bawaan Makanan.

3. Siapa saja yang dapat terjangkit Food Borne Disease atau Penyakit Bawaan Makanan. 4. Cara pengobatan Food Borne Disease atau Penyakit Bawaan Makanan. 5. Cara mencegah munculnya Food Borne Disease atau Penyakit Bawaan Makanan.

B. Materi Penyuluhan : lampiran 1

III. PROSES PENYULUHAN A. Proses Penyuluhan Penyuluhan berlangsung di pantry dengan 1 orang penyuluh berdiri di depan sambil menjelaskan materi-materi yang telah dipersiapkan. Penyuluh menyuluh dengan menggunakan alat peraga yang berupa lembar balik yang berisi materi-materi dan juga gambar-gambar tentang Food Borne Disease atau Penyakit Bawaan Makanan. Di akhir penyuluhan, penyuluh membuka sesi pertanyaan tentang materi yang telah dijelaskan. Penyuluh mengakhiri penyuluhan dengan memberikan lembar balik yang tadinya dipergunakan untuk penyuluhan. Penyuluhan diakhiri. B. Interaksi Antara Penyuluh dan Peserta Penyuluhan Interaksi yang dibangun adalah penyuluh membuka sesi tanya jawab dengan tenaga pramusaji tentang materi yang telah disampaikan.

IV. METODE A. Ceramah B. Tanya jawab C. Diskusi

V. ALAT PERAGA Pada penyuluhan ini, penyuluh menggunakan leaflet yang berisi materi-materi sebagai alat bantu penyuluhan dan akan dibagikan pada seluruh peserta penyuluhan.

VI. EVALUASI Bentuk evaluasi yang dilakukan oleh penyuluh adalah dengan metode pre dan post test. Soal pre dan post test terdapat pada lampiran 2.

DAFTAR PUSTAKA

NSW Multicultural Health Communication Service. 2004. Penyakit Bawaan Makanan Foodborne Disease. Sydney, [Online], Available: http://mhcs.health.nsw.gov.au [6 Maret 2011].

Kurnia. 2009. Penyakit Bawaan Bahan Pangan Foodborne Disease . Jakarta, [Online], Available: http://belajarkesehatan.wordpress.com/ [6 Maret 2011]

Lampiran 1 FOOD BORNE DISEASE ATAU PENYAKIT BAWAAN MAKANAN

A. Pengertian Food Borne Disease atau Penyakit Bawaan Makanan


Penyakit bawaan makanan merupakan terjadinya suatu penyakit pada manusia yang disebabkan oleh mengkonsumsi makanan yang tercemar baik berupa virus, bakteri, dan sebagainya. Penyakit bawaan makanan atau keracunan makanan dapat terjadi jika mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar. Makanan apa pun dapat menimbulkan penyakit bawaan makanan, baik yang diolah atau disiapkan di rumah, sekolah, supermarket, toko makanan atau rumah makan. Bahaya keracunan berkurang bila makanan disimpan dan disiapkan semestinya.

B.

Penyebab dan Gejala Penyakit Bawaan Makanan Ada berbagai penyakit dengan banyak gejala berlainan yang bisa timbul karena mengkonsumsi makanan tercemar. Penyebab umumnya adalah:
y y y

kuman, misalnya Salmonella, Campylobacter dan Listeria, virus, misalnya Norovirus dan Hepatitis A, racun, misalnya racun yang dibuat oleh kuman seperti

Staphylococcus aureus atau Bacillus cereus, dan Ciguatoxin.

C.

Golongan Umur yang Dapat Terjangkit Penyakit Bawaan Makanan Siapa pun bisa terkena penyakit bawaan makanan, tetapi ada golongan umur yang lebih rentan terkena sakit parah, yakni:
y y y y

anak kecil, orang lansia, orang yang sistem ketahanannya tertekan, wanita hamil.

D.

Cara Pengobatan Penyakit Bawaan Makanan

Banyak orang mendapat gejala ringan lalu cepat sembuh. Orang yang diare dan muntah sebaiknya tidak masuk kerja atau sekolah dulu dan minum banyak. Orang yang bisa kehabisan cairan tubuh misalnya anak kecil dan orang lansia patut ke dokter lebih dini. Biasanya tidak diperlukan antibiotika kecuali jika rumit.

E.

Cara Pencegahan Penyakit Bawaan Makanan Kebersihan Kebersihan sangat perlu diperhatikan agar tidak muncul resiko terjadinya penyakit bawaan makanan. Sesudah ke WC, mengganti popok, sebelum makan atau menyiapkan makanan, cucilah tangan dengan teliti memakai sabun dan air yang mengalir setidaknya 15 detik, lalu keringkanlah dengan handuk bersih. Hygiene personal dari penyaji, perlengkapan yang terkontaminasi, dan perolehan bahan makanan dari sumber yang tidak aman dapat memicu terjadinya penyakit bawaan makanan. Pemantauan suhu Menyimpan makanan pada suhu yang keliru bisa berakibat membiaknya kuman yang menyebabkan racun makanan, yang tumbuh di antara suhu 5 C dan 60 C. Untuk berjaga-jaga:
y

suhu lemari es tidak boleh lebih tinggi dari 5 C dan ada aliran udara di seputar makanannya agar pembagian suhunya merata,

y y

makanan panas patut disimpan di atas suhu 60 C, makanan yang harus dipanaskan lagi harus cepat-cepat dipanaskan sampai semua bagiannya mencapai suhu 75 C,

makanan beku sebaiknya dicairkan di dalam lemari es atau microwave, sebab makin lama makanan mentah dibiarkan pada suhu ruangan, makin cepat pulalah kuman berbiak dan racun bisa terbentuk,

F.

Cara Menyimpan Makanan yang Sudah Matang Makanan yang telah matang atau siap disaji, tidak semuanya langsung dikonsumsi oleh kita, terutama makanan yang berasal dari katering atau

jasaboga. Makanan tersebut memiliki resiko pencemaran bakteriologis terutama bila dalam penyimpanannya tidak memenuhi prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan matang adalah sebagai berikut:
y

setelah masak, bagi makanan menjadi beberapa bagian sesuai kebutuhan makannya,

y y

masing-masing masukkan ke dalam mangkuk atau plastik tertutup, makanan yang disajikan panas harus tetap disimpan dalam suhu diatas 600C,

makanan yang akan disajikan dingin disimpan dalam suhu dibawah 40C,

makanan yang disajikan dalam kondisi panas yang disimpan dengan suhu dibawah 40C harus dipanaskan kembali sampai 600C sebelum disajikan.

Suhu makanan yang diangkut dari tempat pengolahan ke tempat penyajian harus dipertahankan, yaitu:
y

makanan yang akan disajikan lebih dari 6 jam dari waktu pengolahan harus diatur suhunya pada suhu dibawah 40C atau dalam keadaa beku 00C,

makanan yang akan disajikan kurang dari 6 jam dapat diatur suhunya dengan suhu kamar asal makanan segera dikonsumsi dan tidak menunggu,

pemanasan kembali makanan beku (reheating) dengan pemanasan biasa atau microwave sampai suhu stabil terendah 600C, hindari suhu makanan berada pada suhu antara 240C sampai 600C, karena 370. pada suhu tersebut merupakan suhu terbaik untuk

pertumbuhan bakteri pathogen dan puncak optimalnya pada suhu

Makanan matang yang akan disajikan jauh dari tempat pengolahan makanan, memerlukan pengangkutan yang baik agar kualitas makanan tersebut tetap terjaga. Prinsip pengangkutan makanan matang / siap saji adalah sebagai berikut:

Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing. Isi makanan tidak terlampau penuh untuk mencegah tumpah. Wadah harus mempunyai tutup yang rapat dan tersedia lubang hawa (ventilasi) untuk makanan panas. Uap makanan harus dibiarkan terbuang agar tidak terjadi kondensasi. Air uap kondesasi merupakan media yang baik untuk pertmbuhan bakteri sehingga makanan menjadi basi.

Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan ukurannya memadai dengan makanan yang ditempatkan dan tidak berkarat atau bocor.

Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya dalam keadaan tetap panas 600 C atau tetap dingin 40 C.

y y

Wadah selama perjalanan tidak dibuka sampai tempat penyajian. Kedaraan pengangkut disediakan khusus dan tidak bercampur dengan keperluan mengangkut bahan lain.

Lampiran 2 SOAL PRE TEST dan POST TEST 1. Food borne disease atau penyakit bawaan makanan adalah a. Penyakit yang dibawa oleh makanan b. Penyakit yang terjadi karena mengkonsumsi makanan yang tercemar c. Penyakit karena alergi terhadap makanan d. Penyakit karena keturunan 2. Yang tidak termasuk penyebab utama timbulnya penyakit bawaan makanan adalah a. Kuman b. Virus c. Bakteri d. Racun 3. Yang tidak termasuk gejala terjadinya penyakit bawaan makanan pada sesorang adalah a. Mual muntah b. Diare c. Pusing d. Peningkatan tekanan darah 4. Di bawah ini merupakan golongan yang rentan terjangkit penyakit bawaan makanan, kecuali a. Kelompok masyarakat ekonomi menengah ke bawah saja b. Ibu hamil c. Anak-anak d. Lansia 5. Usaha pencegahan terjadinya penyakit bawaan makanan yang dapat dilakukan oleh petugas penyajian makanan adalah a. Mempelajari ilmu kedokteran b. Melakukan uji laboratorium pada sampel makanan c. Menerapkan hygiene personal atau SSOP d. Melakukan pemorsian sesuai dengan standar diit tertentu

Anda mungkin juga menyukai