Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) yang disingkat PBL adalah model pembelajaran yang berpusat pada proses, relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, dengan mengintegrasikan konsep dan sejumlah komponen pengetahuan dan kegiatan pembelajaran yang berlangsung secara kolaboratif (Kamdi, 2006). PBL bertujuan agar siswa paham terhadap masalah yang dikerjakan dalam proyeknya. Dalam penyelesaian proyek, siswa dituntut untuk menghasilkan sebuah produk. Proyek dan produk tersebut diharapkan dapat mengimplementasikan tujuan pembelajaran. Dari tugas otentik tersebut siswa belajar tentang konsep-konsep biologi yang terkait. Sekalipun demikian, beberapa penelitian menemukan bahwa PBL merupakan tantangan bagi guru untuk memberlakukannya. Sebagai contoh, sebuah penelitian menemukan hambatan untuk keberhasilan PBL yaitu : (a) proyek yang memakan waktu, (b) kelas tidak tertib, (c) guru tidak dapat mengontrol arus, (d) sulit untuk menyeimbangkan kemandirian siswa dan memberikan dukungan, (e) sulit untuk menggabungkan teknologi untuk mengukur kognitif, (f) sulit untuk merancang penilaian yang autentik (Marx et all., 1997) Proyek merupakan tugas yang kompleks, didasarkan pada pertanyaan dan permasalahan yang melibatkan siswa dalam desain, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan memberi kesempatan siswa untuk bekerja relatif lama (Thomas, 2000). PBL merupakan metode yang terkenal untuk menanamkan berpikir kompetensi dan menciptakan lingkungan belajar yang fleksibel. Sistem pendidikan mengarahkan siswa yang berbakat untuk program ekstrakurikuler dalam rangka mendorong belajar dan mengembangkan pemikiran kompetensi siswa (Barak, 2000). Sangat jarang untuk menemukan sekolah yang bertujuan untuk memajukan kompetensi berpikir siswa. PBL menuntut keaktifan mental tinggi dari para siswa selama proses pembelajaran yang justru dapat memberi

beban berlebih bagi siswa SMA yang selama ini cenderung pasif dan menekankan menghafal (rote learning). Siswa yang dibiasakan menekankan rote learning tampak sulit dilibatkan dalam PBL. Project Based Learning (PBL) dikembangkan berdasarkan lima pilar utama yaitu: kontekstual, masalah nyata, kolaboratif, produk yang bermakna, dan otonomi siswa. PBL sangat tepat diterapkan sebagai strategi pembelajaran dalam konteks kurikulum berbasis kompetensi (KBK) atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) karena PBL menuntut siswa mengerjakan tugas-tugas kontekstual dan secara tidak langsung siswa mengembangkan sendiri pengetahuan tentang tugas yang dilakukan, tanpa menghilangkan peran seorang guru sebagai fasilitator dan klarifikator (Purworini, 2006). Hasil observasi awal di lapangan menunjukkan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Batangan, Pati kurang berperan aktif dalam pembelajaran biologi pada materi sistem saraf. Siswa menunjukkan kurangnya persiapan pada awal pembelajaran, terlihat dari sedikitnya ide atau gagasan yang muncul dari siswa. Selama ini pelaksanaan pembelajaran kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama belajar (teacher centered) dan pembelajaran masih cenderung berorientasi pada buku (text book oriented). Fakta tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran yang menuntut keaktifan mental yang tinggi, seperti dalam PBL. Kustanto (2010) telah melakukan penelitian dengan menggunakan pembelajaran berbasis proyek untuk siswa kelas X SMA N 1 Magelang. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa PBL berpengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep siswa dan memberikan pengalaman yang luar biasa bagi siswa. PBL dalam penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa SMA N 1 Batangan materi sistem saraf. Untuk mencapai tujuan belajar materi sistem saraf, proyek yang akan dikerjakan oleh siswa diarahkan pada pembuatan media yang mendukung pembelajaran sistem saraf. Proyek tersebut menuntut siswa berpikir kontekstual terhadap masalah nyata di lingkungannya, melatih siswa dalam bekerja secara kelompok, menghasilkan produk yang bermakna bagi siswa dan melatih siswa mengembangkan

kemampuannya, sehingga dengan diterapkannya PBL memungkinkan akan berpengaruh terhadap hasil belajar dan kreativitas siswa. Penerapan PBL dalam pembelajaran sistem saraf akan memenuhi pelakasanaan pembelajaran sesuai dengan standar proses pendidikan. Sistem saraf merupakan salah satu materi pelajaran biologi yang mengandung konsep-konsep yang abstrak, sulit dipahami oleh siswa (Tapilow, 2008). Penyajian sistem saraf menuntut kemampuan guru untuk mengorganisasi isi pelajaran sebagai persiapan untuk membangun pengetahuan siswa. Penerapan PBL diharapkan terlaksana pada pembelajaran sistem saraf di SMA Negeri 1 Batangan, Pati sesuai standar proses pendidikan yang menuntut guru mampu menciptakan proses belajar aktif, keteladanan, membangun kemauan, mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) materi sistem saraf pada hasil belajar dan kreativitas siswa SMA N 1 Batangan, Pati.

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam

penelitian ini adalah Apakah penerapan model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) pada materi sistem saraf berpengaruh terhadap hasil belajar dan kreativitas siswa di SMA Negeri 1 Batangan, Pati?

C.

Penegasan Istilah Penegasan istilah merupakan penegasan dari konsep/kostruk (constitutive

definition), kemudian dioperasionalkan (operational definition) (Ary et al 2006), untuk memberi gambaran tentang variabel yang jelas dan dapat diukur. 1. Project Based Learning (PBL) PBL adalah langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, yang dilakukan melalui suatu proyek dalam jangka waktu tertentu. (Purworini, 2006). PBL merupakan model pembelajaran yang mengintegrasikan konsep dengan pengetahuan serta dalam pembelajaran secara

kelompok (Kamdi, 2006). Pembelajaran proyek adalah pendekatan pembelajaran secara konstruktif yang berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang nyata dan relevan bagi kehidupan (Kustanto, 2010). Dalam penelitian ini PBL adalah model pembelajaran dimana proyek

merupakan sebuah inti dari proses pembelajaran, yang bertujuan agar siswa paham terhadap masalah yang dikerjakan dalam proyeknya. Proyek yang akan ditugaskan pada PBL berupa pembuatan media dan menganalisis artikel mengenai kelainan sistem saraf. Tahap pembelajaran dengan model PBL dibagi dalam tiga tahap pokok yaitu perencanaan proyek (membuat desain proyek), pelaksanaan proyek (pembuatan media dan analisis artikel), dan evaluasi proyek (presentasi produk dan penilaian). Dalam penelitian ini PBL secara operasional diartikan sebagai tingkat pelaksanaan pembelajaran PBL yang berupa media dan menganalisis artikel mengenai kelainan sistem saraf. 2. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan yang relatif dan berbekas menekankan pada hasil dari suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap (Winkel, 2009). Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap (Darsono, 2001). Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah dia menerima informasi dari proses pembelajaran (Sudjana, 2005). Hasil belajar merupakan suatu perubahan pola pikir dan kemampuan yang dimiliki undividu setelah melakukan aktivitas mental atau psikis. Hasil belajar pada penelitian ini ditentukan dari satu ranah yaitu ranah kognitif. Hasil belajar ranah kognitif berupa perolehan (skor) tes materi sistem saraf. Hasil belajar dalam penelitian ini secara operasional diartikan (perolehan) skor tes materi sistem saraf. hasil

3.

Kreativitas Kreativitas merupakan kefasihan, fleksibilitas dan orisinalitas yang

diimplementasikan dengan munculnya produk baru, relasional dan tumbuh dari keunikan individu (Wilson, 2007). (Von Oech1986 diacu dalam Wilson2007 menjelaskan bahwa kreativitas merupakan hasil dari pemikiran hal-hal yang akrab dalam sebuah cahaya baru, menggali pola yang sebelumnya belum ada, dan menemukan hubungan antara fenomena yang tidak berhubungan. Kreativitas merupakan kinerja (performance) yang dihasilkan oleh individu sehingga menjadi sesuatu yang baru atau tidak terduga (Pehkonen1997 diacu dalam Siswono2004). Kreativitas merupakan hasil akhir dari proses berpikir kreatif seseorang yang bersifat fasih, fleksibel, orisinil, unik, dan terdapat hubungan antara fenomena yang sebelumnya sulit untuk dihubungkan. Kreativitas dalam penelitian ini secara operasional diartikan hasil perolehan skor kreativitas media dan analisis artikel sistem saraf. 4. Materi Sistem Saraf Materi sistem saraf merupakan salah satu materi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran biologi yang dipelajarioleh siswa SMA kelas XI semester genap. Standar kompetensi materi sistem saraf menurut kurikulum KTSP adalah menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas. Kompetensi dasar dalam pembelajaran sistem saraf yaitu menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia (saraf, endokrin, dan pengindraan). Pada penelitian ini kompetensi dasar yang harus dicapai siswa pada materi sistem saraf adalah : 1. Menjelaskan struktur, fungsi sistem saraf. 2. Menjelaskan mekanisme kerja sel saraf. 3. Menjelaskan kelainan-kelainan yang terjadi baik akibat kelainan struktural maupun karena kelainan fungsional (Diastuti, 2009)

D.

Tujuan Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan Project

Based Learning pada materi sistem saraf pada hasil belajar (kognitif dan kreativitas) siswa SMA Negeri 1 Batangan, Pati. Dengan kata lain, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah para siswa kelas XI SMA Negeri 1 Batangan Pati) yang mempelajari sistem saraf dalam pembelajaran PBL menunjukkan hasil belajar (aspek kognitif dan kreativitas) lebih baik daripada siswa yang tidak belajar dalam pendekatan PBL.

E.

Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut : 1. Korespondensi Penelitian ini memberikan bukti empiris kesesuaian/ kebenaran teori pembelajaran bahwa model PBL berpengaruh terhadap hasil belajar, yaitu : (1) teori pengembangan Habit of Mind oleh Purworini (2006), (2) teori pelaksanaan dan penilaian PBL oleh Doppelt (2003), (3) teori penerapan PBL dalam sains oleh ChanLin (2005). 2. Koherensi Penelitian ini menggunakan teori-teori pembelajaran PBL yang

menghasilkan hipotesis tentang pengaruh PBL terhadap kualitas hasil belajar (kognitif dan kreativitas) yaitu : menyatakan bahwa penerapan PBL berpengaruh terhadap hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif materi sistem saraf. 3. a. Pragmatis Sekolah dapat menggunakan, menggandakan, dan menyebarkan perangkat pembelajaran dengan model PBL untuk pembelajaran yang efektif. b. Sekolah mendorong sosialisasi PBL untuk pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. c. d. Tersedianya model pembelajaran dengan fokus kreativitas dan berpikir kritis. Tersedianya instrument PBL yang dapat digunakan guru untuk pembelajaran sistem saraf berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai