Anda di halaman 1dari 2

KIAT MENULIS NASKAH

1. Perhatikan hubungan logis yang membentang dari awal cerita hingga akhir cerita. Jangan membuat arah perkembangan yang janggal, apalagi dengan menyisipkan adegan2 yang tidak perlu yang bertujuan hanya sekedar untuk membuat penonton tertarik, tertawa atau pun sekedar kagum, sebab biasanya tanpa disadari hal itu merupakan racun yang dapat membunuh kebenaran rangkaian keseluruhan cerita.

2. Berusahalah merasakan emosi yang identik dengan beragam tokoh yang sedang anda gambarkan. Jadi bila anda menggambarkan tokoh A yang sedang marah, maka rasakanlah bagaimana rasa marahnya tokoh A tersebut (tentunya dengan sebab musabab yang tepat), demikian pula rasakanlah bagaimana emosional pada tokoh B yang menjadi obyek yang dimarahi. Demikian seterusnya. Karena dengan demikian, maka anda akan secara otomatis tertuntun untuk menuliskan ungkapan-ungkapan dialog dan gambaran tindakan yang masuk akal, bagi tokoh-tokoh rekaan anda yang sedang melakukan adegan. Jangan seperti pada kebanyakan adegan film, teater panggung dan sinetron Indonesia yang sebagian 'sangat' besar : Janggal !!

3. Bayangkan dengan jelas gambaran tempat dan situasi dimana anda menciptakan adegan antara para tokohnya agar anda lebih bisa merasakan sensasi emosional yang menyertai para tokoh rekaan anda. Jangan pelit untuk menambahkan rincian-rincian, walaupun nanti di dalam pementasannya semuanya akan didiskusikan kembali dengan interpretasi sutradara.

4. Jangan membuat cerita menjadi terlalu variatif dengan berbagai plot karena hal itu tidak berguna dan cenderung membuat alur cerita menjadi tidak menarik dan membuat pusing para penonton.

5. Utamakanlah untuk menggunakan kata-kata yang lebih bersifat umum dan jangan terlalu mencari variasi kata-kata yang tidak umum sehingga sulit untuk dimengerti (fenomena ini sering disalahartikan oleh para penulis yang

tidak paham sebagai pemahaman yang berarti : keren, atau berkelas). Ingatlah pepatah yang mengatakan bahwa : "Seorang seniman sejati bicara dengan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti" (Stanislavski dalam buku : An Actor Prepares).

6. Boleh saja membuat cerita yang bersifat fiksi atau futuristik asal jangan lupa memberikan benang merah yang tidak terputus dan tegas seperti di jelaskan pada semua point diatas.

Anda mungkin juga menyukai