Anda di halaman 1dari 9

ISLAM DAN SAINS

Dalam bukunya yang berjudul Filasafat Sains menurut Al-Quran Mahdi Ghulsyani berpendapat bahwa salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains). Al-Quran dan AlSunnah mengajak umat Islam untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Selanjutnya ia mengatakan bahwa didalam Al-Quran, kata al-ilm dan katakata jadiannya digunakan lebih dari 780 kali. Beberapa ayat pertama, yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW, menyebutkan pentingnya membaca, pena dan ajaran untuk manusia, yang terkandung dalam Q. S. Al-Alaq (96); 1-5:


Artinya: 1.


Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Selain dari pada itu tentang penciptaan Adam, Al-Quran menyebutkan bahwa malaikat pun disuruh bersujud dihadapan

Adam setelah beliau diajari nama-nama, begitu juga Al-Quran mengatakan bahwa tidak sama, antara mereka yang mengetahui dan mereka yang tidak mengetahui. Lebih tegas lagi dalam salah satu ayat Al-Quran disebutkan bahwa hanya orang-orang yang berilmulah yang takut kepada Allah. Didalam hadistnya, Nabi juga banyak memuji ilmu dan orang yang terdidik beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan para ulama itu adalah pewaris para Nabi 1. Ilmu yang di Pelajari dalam ISlam Masalah ilmu-ilmu apa saja yang dianjurkan Islam telah merupakan pokok penting yang mendasar sejak hari-hari pertama Islam: apakah ada bentuk ilmu khusus yang harus dicari? Sebagian ulama besar Islam hanya memasukkan cabang-cabang ilmu yang secara langsung berhubungan dengan agama. Sedangkan tipe-tipe ilmu yang lain, mereka menyerahkan kepada masyarakat untuk menentukan ilmu mana yang paling esensial untuk memelihara dan mensejahterakan diri mereka. Mahdi setiap Ghulsyani ilmu berpendapat yang berguna bahwa bagi kelengkapan masyarakat dan Islam kesempurnaan Islam sebagai suatu agama yang menuntut agar lapangan dianggap sebagai bagian dari kelompok ilmu agam selanjutnya ia menunjukkan bahwa dalam sebagian besar ayat Al-Quran dan hadist, konsep ilmu secara mutlak, muncul dalam maknanya yang umum. Sebagaimana dapat dilihat dari salah satu ayat di bawah Q. S. Al-Baqarah; 2; 31:


Artinya: Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (bendabenda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Adapun hadist yang menunjukkan keumuman ilmu adalah diantaranya sebagai berikut: diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib Rasulullah SAW, bersabda: kearifan adalah harta orang beriman yang hilang maka carilah ia sekalipun dari orang musrik, karena engkau lebih berhak memilikinya dari yang lain. Ambilah hikmah dari siapa saja yang membawanya kepadamu. Lihatlah apa yang dikatakan bukan siapa yang mengatakan. Dari ayat-ayat Al-Quran dan Hadist Nabi diatas kami dapat menyimpulkan bahwa kata ilmu sebagaimana yang ada dalam AlQuran dan Sunah nampak didalam makna generiknya (umum) ketimbang merujuk secara ekslusif kepada studi-studi agama. Di dalam Islam, batasan untuk mencari ilmu hanyalah bahwa orangorang Islam harus menuntut ilmu yang berguna didunia dan akhirat. Kecuali jika ilmu itu lebih mendatangkan mudarat ketimbang

manfaat seperti sihir, teluh dan sebagainya maka dilarang oleh Islam. 2. Kriteri Ilmu ynag Berguna Sebelum kita membahas kriteria ilmu yang berguna kita akan lihat dulu tujuan penciptaan jin dan manusia. Tujuan penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka menyembah dan mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa seperti yang tertulis dalam salah satu ayat Al-Quran Adz-Dzariyaat; 51; 56:


Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Dengan demikian, tujuan utama manusia adalah

mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan ridha-Nya. Segala sesuatu yang mendekatkan kepada Tuhan adalah terpuji termasuk ilmu didalamnya. Jadi, ilmu yang berguna adalah ilmu yang dijadikan alat untuk mendapatkan pengetahuan tentang Allah, keridhaan dan kedekatan kepada-Nya. Apakah ia tercakup dalam ilmu-ilmu kealaman maupun ilmu-ilmu syariah. Karena dengan ilmu seseorang dapat ber-taqqrrub kepada Allah. Sebagaimana Dr. Behesyti mengatakan setiap bidang ilmu, selama tidak menjadi alat ditangan thaghut (selain Allah atau anti Allah), merupakan alat-alat pencerahan, jika tidak, ilmu bisa juga menadi alat kesesatan. 3. Tauhid: Sumber Semangat Ilmiah

Kesadaran beragama orang Islam pada dasarnya adalah kesadaran akan Keesaan Tuhan. Semangat ilmiah tidak bertentangan dengan kesadaran religius, karena ia merupakan bagian yang terpadu dengan Keesaan Tuhan itu. Satu konsekuensi penting dari pengakuan kebenaran sentral ini adalah bahwa orang harus menerima realitas obyektif kesatuan alam semesta. Sebagai sebuah sumber pengetahuan, agama bersifat empatik ketika mengatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini saling berkaitan dalam jaringan kesatuan alam melalui hukumhukum kosmis yang mengatur mereka. Pada kenyataannya, AlQuran dengan tegas menekankan bahwa kesatuan kosmis merupakan bukti yang jelas akan Keesaan Tuhan. Ini tersurat dalam salah satu ayat Al-Quran surat Al-Anbiyaa; ayat 22:


Artinya: Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. Semangat ilmiah para ilmuan dan sarjana muslim pada kenyataannya mengalir dari kesadaran akan Keesaan Tauhid. 4. Metodologi dalam Sains Islam Metodologi adalah cara-cara atau metode-metode yang dengannya manusia dapat memperoleh pengetahuan tentang

realitas baik dalam sebagian ataupun keseluruhan aspeknya. Dalam Islam berbicara tentang metodologi, pertama-tama adalah berbicara tentang manusia yang merupakan kutub subyektif pengetahuan, maksudnya subyek yang mengetahui. Selanjutnya berbicara tentang metodologi berarti berbicara tentang alam semesta yang merupakan kutub obyektif pengetahuan, maksudnya obyak yang dapat diketahui. Metodologi pengetahuan (al-ilm) Islam tepatnya berkaitan dengan hubungan esnsial antara hirarki fakultas pengetahuan manusia dan hirarki alam semesta, dan dengan prinsip-prinsip yang mengatur hubungan mereka. 5. Kedudukan Ilmu Tauhid dalam Islam Ilmu tauhid selalu dipandang sebagai ilmu tertinggi dalam hirarki pengetahuan, karena ia merupakan asal-usul dan tujuan akhir semua lain. Ilmu Tauhid merupakan sumber kesatuan semua ilmu. Setiap ilmu yang mengklaim diri sebagai Islami haruslah berhubungan secara organik dengan prinsip Tauhid. Menurut Osman Bakar, ilmu-ilmu matematika, fisika dan biologi yang ditumbuhkan dan dikembangkan oleh para ilmuan muslim selama berabad-abad disebut dengan nama kolektif Sains Islam, karena semua itu merupakan sains-sains yang secara langsung dibedakan pada dan selaras dengan konsep Tauhid. 6. Kepentingan Ilmu-Ilmu Kealaman Menurut Islam Selanjutnya, Mahdi Ghulsyani dalam bukunya memaparkan dua peranan ilmu-ilmu kealaman dalam Islam, yang didasarkan

pada studi Al-Quran dan As-Sunah. Kedua peranan ilmu-ilmu kealaman menurutnya adalah sebagai berikut: Sains memiliki peranan dalam mengenal Tuhan. Sains memiliki peranan dalam stabilitas dan pengembangan masyarakat Islam. Di dalam Al-Quran ada lebih dari 750 ayat yang merujuk kepada fenomena alam, dan manusia diminta untuk dapat memikirkannya agar dapat mengenal Tuhan melalui tandatanda Nya. Selain dari pada itu untuk menjadikan kaum muslim stabil dan berkembang AL-Quran memerintahkannya untuk membentengi mereka dengan ilmu kealaman (sains). 7. Kitab Suci Umat Islam Sejakan dengan Ilmu Pengetahuan Modern Secara histori bahwa sains diperkenalkan di Timur Tangah bersama Al-Quran. Bangsa Arab pra-Islam mempercayai berbagai takhayul, dengan Islam masyarakat ini mulai berbudaya, menjungjung tinggi pengetahuan. Dengan mengamati perintahperintah Al-Quran mereka mulai mencermsati dunia di sekitarnya. Ini sperti yang di tuliskan Harun Yahya dalam bukunya Al-Quran dan Sains. Salah satu yang mebuktikan Al-Quran adalah kitab suci agung yang sejalan dengan ilmu pengetahuan modern adalah fakta-fakta bahwa sejumlah kebenaran ilmiah yang baru dapat diungkap masusia dengan teknologi abad ke-20 telah dinyatakan Al-Quran pada abad ke-100 tahun lalu, walaupun bukan buku sains,

namun banyak fakta ilmiah yang dinyatakan secara sangat mendalam dan padat dalam ayat-ayatnya. Salah satu contohnya adalah surat Al-Anbiyaa; 21; 33:


Artinya: Dan dialah yang Telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. Fakta-fakta yang telah diungkapkan pada ayat ini baru ditemukan dengan pengamatan perbintangan dimasa kini, karena zaman dahulu belum ada teropong dan sebagainya. Dan masih banyak lagi bukti yang menunjukkan bahwa Al-Quran sejalan dengan ilmu pengetahuan modern diantaranya pada Q. S. Yasin (36); 38, Adz-Dzariyat (51); 7 dan sebagainya.

REFERENSI
Ghulsyani, Mahdi, Dr. 1998. Filsafat-Filsafat Menurut AlQuran. Bandung. Penerbit Mizan. Bakar, Osman. 1995. Tauhid dan Sains. Bandung. Penerbit Pusaka Hidayah. Yahya, Harun. 2004. Al-Quran dan Sains. Jakarta. Penerbit: Zikra.

Anda mungkin juga menyukai