Anda di halaman 1dari 1

Apabila pemulihan krisis ekonomi Indonesia berjalan dengan memuaskan maka pada tahun 2003 mendatang bisnis lewat

Internet atau e-commerce akan meledak di Indonesia. Menurut hasil survey tentang bisnis e-commerce di 14 negara Asia Pasifik yang dipublikasikan konsultan Boston Consulting Group pada awal April, akan terjadi lonjakan sebesar rata-rata 200% atas nilai transaksi belanja on-line di kawasan Asia Pasifik. Hasil riset juga menggambarkan bahwa pengguna Internet di Indonesia dari jumlah 1 juta pada tahun 2000 ini akan berlipat melebihi 4 juta pengguna aktif pada tahun 2003, sementara nilai transaksi on-line senilai 2 juta US $ untuk tahun 1999 bahkan diperkirakan akan mencapai 5 juta US$ sampai akhir tahun 2000 ini. Transaksi lewat Internet yang berjalan saat ini untuk situs Indonesia umumnya didominasi sampai 80% oleh jasa bisnis dunia wisata. Adanya peluang bisnis yang luar biasa itu tentunya mesti telah menimbulkan pemikiran yang serius mengenai perangkat pencegahan terhadap kecurangan yang mungkin dilakukan oleh penyedia jasa transaksi e-commerce di Indonesia yang berperilaku curang terhadap konsumen. Perangkat termaksud berupa ; aturan hukum menyangkut perlindungan yang layak hak konsumen atas transaksi secara on-line di Internet , kesiapan aparat penegakan hukum atas kecurangan bisnis di dunia Internet, disamping adanya Institusi yang dapat dihubungi secara online dan memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menindaklanjuti pengaduan konsumen. Sebagai gambaran di Amerika Serikat sebagai tempat awal maraknya penyedia bisnis lewat Internet kecurangan penyedia jasa maupun kelemahan pada sisi konsumen belakangan ini telah menjadi topik yang sangat menyita perhatian. Situs terkemuka semacam Amazon ataupun situs lelang eBay juga tidak luput dari keluhan atas terjadinya kekeliruan serius mulai dari barang pesanan yang tidak kunjung sampai, kesalahan items barang pesanan, ataupun kelambatan berlarut-larut atas pengiriman barang. Pengguna jasa e-commerce sering menjadi frustasi berat berhubung keluhannya sering ditanggapi dengan kurang memadai. Seorang pembelanja di New Jersey yang jauh-jauh hari sebelumnya telah memesan TV dari Amazon.com untuk merayakan Hari Thanksgiving (23 Nov. y.l.) demikian frustasinya karena pesanannya tidak kunjung datang, sampai pada hari Thanksgiving tiba akhirnya terpaksa pergi ke toko elektronik untuk membeli TV idamannya. Selama 2 minggu penuh ia telah berulang kali menyampaikan keluhannya, sementara selain jawaban permohonan maaf berulang kali ia tidak merasa terbantu dengan tindakan nyata berupa keterangan yang jelas atas kekeliruan yang terjadi, bahkan Amazon.com tidak sekalipun menelpon balik ke pelanggan. Jika seseorang konsumen mengalami kasus kekeliruan serupa itu di Amerika Serikat, maka ybs. dapat mengadukan masalahnya ke Jaksa Wilayah /District Attorney , Kejaksaan Tinggi Negeri/ State Attorney General Office, tentunya selain ke FBI dan aparat kepolisian. Untuk melindungi konsumen belakangan ini juga digalakkan keberadaan institusi semacam Better Business Bureau, BBBOnline , yang secara on-line menampung permasalahan lalu dengan seketika menindaklanjuti guna mewakili kepentingan konsumen atas setiap kasus kecurangan yang dilaporkan. Presiden Amerika Serikat mendukung sepenuhnya peranan BBBOnline dalam rangka tetap menjadikan Amerika Serikat sebagai negara terdepan dalam Revolusi Informasi yang tengah berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai