Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUANG PARU LK RSUD DR.

SOETOMO SURABAYA PERIODE TANGGAL 20 MEI 2002 S/D 24 MEI 2002

DI SUSUN OLEH : SUBHAN NIM 010030170 B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN SURABAYA 2002

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik Di Ruang Paru LK RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Surabaya, 24 Mei 2002 Mahasiswa

Subhan NIM. 010030170 B

Mengetahui Kepala Ruang Paru

Pembimbing Akademik

Hj. Supini, S. W., SKM. NIP. 140 066 020

Tintin Sukartini NIP. 132 255 158

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK 1. Pengertian a. PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis Obstruktif, Emphysema dan Asthma Bronkiale. (Black. J. M. & Matassarin,.E. J. 1993). b. Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus. Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini (Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan Asthma Bronkiale) dengan suatu penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi dari penyakit primer.(Enggram, B. 1996). Bronkhitis Kronis Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut turut. Emphysema Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar Asthma Bronkiale Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas. Asthma dibedakan menjadi 2 : 1. 2. Asthma Bronkiale Alergenik Asthma Bronkiale Non Alergenik Asthma tidak dibahas disini karena gejala dan tanda lebih spesifik dan ada pembahasan khusus mengenai penyakit asma

2.

PATOGENESIS PPOK

Patofisiologi Bronkhitis Kronis dan Emphysema MEROKOK POLUSI UDARA PREDISPOSISI GENETIK ( KEKURANGAN 1 ANTI TRIPSIN ) FAKTOR TIDAK DIKETAHUI

GANGGUAN PEMBERSIHAN PARU

SEKAT DAN JARINGAN PENYOKONG HILANG

SEUMUR HIDUP

PERADANGAN BRONKUS & ALVEOLUS SAAT EKSPIRASI SAL. UDARA YG KECIL KOLAPS PERADANGAN JALAN UDARA HYPOVENTILASI DINDING BRONKIALE LEMAH & ALVEOLAR PECAH SAAT EKSPIRASI SALURAN UDARA YANG KECIL KOLAPS SERING TERJADI CLE DAN PLE CLE PLE PADA LANSIA TIDAK TIMBUL GEJALA CLE BRONKEOLITIK KRONIK SERING TERJADI PLE

BRONKIOLITIS KRONIS

3. a.

Penyebab PPOK Bronkitis Kronis 1) Faktor tak diketahui 2) Merokok 3) Polusi Udara 4) Iklim

b.

Emphysema 1) Faktor tak diketahui 2) Predisposisi genetic 3) Merokok 4) Polusi udara

c.

Asthma Bronkiale Faktor Prediasposisi nya adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Alergen (debu, bulu binatang, kulit dll) Infeksi saluran nafas Stress Olahraga (kegiatan jasmani berat ) obat-obatan Polusi udara lingkungan kerja Lain-lain, (iklim, bumbu masak, bahan pengawet dll)

4. a.

Gambaran Klinis Asthma Bronkiale Selama serangan klien mengalami dispnea dan tanda kesulitan bernafas. Permulaan tanda serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat), Whezing, batuk non produktif, takhi kardi dan takipnea.

b.

Manifestasi klinis Emphysema dan bronkhitis kronis EMPHYSEMA Usia 30 40 tahun BRONKHITIS 20 30 tahun batuk akibat merokok (cacat pada usia pertengahan) Banyak sekali Lambat Ketidakseimbangan nyata

GAMBARAN Mulai timbul

Sputum Dispne Rasio V/Q

Minimal Dispnea relatif dini Ketidakseimbangan minimal

Bnetuk Tubuh Diameter AP dada Gambaran respirasi Volume Paru

Kurus dan ramping Dada seperti tong Hyperventilasi FEV 1 rendah TLC dan RV meningkat

Gizi cukup Tidak membesar hypoventilasi FEV 1 rendah TLC normal RV meningkat moderat Meningkat Desaturasi Hb dan meningkat sering Hematokrit

Pa O2 Sa O 2 Polisitemia Sianosis

Norml/rendah normal normal Jarang

MANAGEMEN MEDIS Intervensi medis bertujuan untuk : 1) Memelihara kepatenan jalan nafas dengan menurunkan spasme bronkus dan membersihkan secret yang berlebihan 2) Memelihara keefektifan pertukaran gas 3) Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernafasan 4) Meningkatkan toleransi latihan. 5) Mencegah adanya komplikasi (gagal nafas akut dan status asmatikus) 6) Mencegah allergen/iritasi jalan nafas 7) Membebaskan adanya ansietas dan mengobati depresi yang sering menyertai adanya obstruksi jalan nafas kronis. Managemen medis yang diberikan berupa 1) Pharmacologic management a) Anti inflamasi ( kortikosteroid, sodium kromolin dll) Adrenergik Non adrenergik c) e) f) Antihistamin Antibiotic Ekspektoran Oksigen digunakan 3 l/m dengan cannula nasal. 2) Hygiene Paru. Bertujuan untuk membersihkan sekret dari paru-paru dan kemudian meningkatkan kerja silia dan menurunkan resiko infeksi. Dilaksanakan dengan nebulizer, fisioterapi dada, postural drainase d) Steroid : efedrin, epineprin, beta adrenergik agonis selektif : aminophilin, tefilin b) Bronkodilator

3) Exercise Bertujuan untuk mempertinggi kebugaran dan melatih fungsi otot skeletal agar lebih efektif. Dilaksanakan dengan jalan sehat. 4) Menghindari bahan iritans Penyebab iritans jalan nafas harus dihindari seperti asap rokok dan perlu juga mencegah adanya alergen yang masuk tubuh. 5) Diet Klien sering mengalami kesulitan makan karena adanya dipsnea. Pemberian porsi yang kecil namun sering lebih baik daripada makan langsung banyak. MANAGEMENT KEPERAWATAN Pengkajian : 1. Riwayat atau faktor penunjang : 2. Merokok merupakan faktor penyebab utama. Tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat. Riwayat alergi pada keluarga Riwayat Asthma pada anak-anak.

Riwayat atau adanya faktor pencetus eksaserbasi : Alergen. Stress emosional. Aktivitas fisik yang berlebihan. Polusi udara. Infeksi saluran nafas.

3.

Pemeriksaan fisik : a. Manifestasi klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronik : b. Peningkatan dispnea. Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot abdominal, mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung). Penurunan bunyi nafas. Takipnea.

Gejala yang menetap pada penyakit dasar Asthma Batuk (mungkin produktif atau non produktif), dan perasaan dada

seperti terikat. Mengi saat inspirasi maupun ekspirasi yang dapat terdengar tanpa stetoskop. Pernafasan cuping hidung. Ketakutan dan diaforesis. Bronkhitis Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan, yang biasanya terjadi pada pagi hari. Inspirasi ronkhi kasar dan whezzing. Sesak nafas Bronkhitis (tahap lanjut) Penampilan sianosis Pembengkakan umum atau blue bloaters (disebabkan oleh edema asistemik yang terjadi sebagai akibat dari kor pulmunal). Emphysema Penampilan fisik kurus dengan dada barrel chest (diameter thoraks anterior posterior meningkat sebagai akibat hiperinflasi paru-paru). Fase ekspirasi memanjang. Emphysema (tahap lanjut) Hipoksemia dan hiperkapnia. Penampilan sebagai pink puffers Jari-jari tabuh. 4. Pemeriksaan diagnostik Test faal paru 1) Kapasitas inspirasi menurun 2) Volume residu : meningkat pada emphysema, bronkhitis dan asthma 3) FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif Penyakit Paru Obstruktif Kronik 4) FVC awal normal menurun pada bronchitis dan astma.

5) TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada emphysema). Transfer gas (kapasitas difusi). Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Transfer gas relatif baik. Pada emphysema : area permukaan gas menurun. Transfer gas (kapasitas difusi).menurun Darah : Hb dan Hematokrit meningkat pada polisitemia sekunder. Jumlah darah merah meningkat Eo dan total IgE serum meningkat. Analisa Gas Darah gagal nafas kronis. Pulse oksimetri SaO2 oksigenasi menurun. Elektrolit menurun oleh karena pemakaian deuritika pada cor pulmunale. Analisa Gas Darah PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada astma. PH normal asidosis, alkalosis respiratorik ringan sekunder. Sputum : Pemeriksaan gram Kuman patogen >> : Streptococcus pneumoniae. Hemophylus influenzae. Moraxella catarrhalis. Radiologi : Thorax foto (AP dan lateral). Hiperinflasi paru-paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru-paru. Pada emphysema paru : Distensi > Diafragma letak rendah dan mendatar. Ruang udara retrosternal > (foto lateral). Jantung tampak memanjang dan menyempit. kuman/kultur adanya infeksi campuran.

Bronkogram : menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale pada ekspirasi kuat. EKG. Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat Kor Pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P- pulmonal pada hantaran II, III dan aVF. Voltase QRS rendah. Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 V1 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.

5.

Lain-lain perlu dikaji Berat badan, rata-rata intake cairan dan diet harian. dan Keletihan, kelelahan, malaise Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas. Perlu tidur dalam posisi duduk cukup tingi. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan Kelelahan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan masa otot

Aktivitas Istirahat Gejala

Tanda Sirkulasi Gejala Tanda Integritas ego Gejala/tanda Makanan/cairan Gejala

Pembengkakan pada ekstremitas bawah Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung Distensi vena leher, sianosis perifer Ansietas, ketakutan dan peka rangsang Mual/muntah, Nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan karena distress pernafasan Penurunanan BB menetap (empisema) dan peningkatan BB karena edema (Bronkitis) Turgor kulit buruk, edema, berkeringat, penurunan BB, penurunan massa otot

Tanda Hygiene Gejala Tanda Pernafasan Gejala

Penurunan

Kemampuan/peningkatan

kebutuhan

bantuan

melakukan aktivitas tubuh Kebersihan buruk, bau badan Nafas pendek, khususnya pada saat kerja, cuaca atau episode serangan asthma, rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama 3 bulan berturut-turut selam 3 tahun sedikitnya 2 tahun. Sputum hijau, putih, kuning dengan jumlah banyak (bronchitis)

Episode batuk hilang timbul dan tidak produktif (empisema), Tanda Riwayat Pneumonia, riwayat keluarga defisiensi alfa antitripsin Respirasi cepat dangkal, biasa melambat, fas ekspirasi memanjang dengan mendengkur, nafas bibir (empisema) Pengguanaan otot Bantu pernafasan, Dada barell chest, gerakan diafragma minimal. Bunyi nafas, Ronki, wheezing, redup Perkusi hypersonor pada area paru (udara terjebak, dan dapat juga redup/pekak karena adanya cairan). Kesulitan bicara 94 5 kalimat 0 Seksualitas Interaksi social Gejala Tanda Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh. Libido menurun Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung Keterbatasan mobilitas fisik Kelalaian hubungan antar keluarga

Diagnosa keperawatan 1. 2. 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pembatasan jalan nafas, kelelahan otot pernafasan, peningkatan produksi mukus atau spasme bronkus. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan batuk, peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder terhadap peningkatan kerja pernafasan atau kesulitan masukan oral sekunder dari anoreksia. 4. 5. 6. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adequatnya immunitas tubuh Kurang pengetahuan berhu bungan dengankurang informasi

Perencanaan Perencanaan meliputi penyusunan prioritas, tujuan dan kriteria hasil dari masing-masing masalah yang ditemukan. Tujuan Penatalaksanaan Mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Pemeliharaan fungsi paru yang optimal dalam waktu singkat dan panjang. Pencegahan dan penanganan eksaserbasi. Mengurangi perburukan fungsi paru setiap tahunnya.

Kriteria Keberhasilan : Berkurangnya gejala sesak nafas. Berkurangnya frekuensi dan lamanya eksaserbasi. Membaiknya faal paru. Menurunnya gejala psikologik (depresi, kecemasan). Memperbaiki kualitas hidup. Dapat melakukan aktifitas sehari-hari.

10

1.

TUJUAN KEPERAWATAN Gangguan pertukaran Klien mampu menunjukkan 1. gas berhubungan dengan perbaikan oksigenasi. pembatasan jalan nafas, Kriteria hasil kelelahan produksi mukus otot 1. atau 2. 3. 4. 5. 6. () 7. 8. Nadi 60 100 x/menit Dyspnea () 7. Gas arteri dalam batas 3. kulit perifer 4. 5. 6. dada Warna pernafasan, peningkatan normal spasme bronkus. membaik (tidak cianosis) RR : 12 24 x /menit Bunyi nafas bersih Batuk (-) Ketidaknyamanan 2.

DIAGNOSA

RENCANA TINDAKAN Observasi status pernafasan, hasil gas darah 1. arteri, nadi dan nilai oksimetri Awasi perkembangan membran mukosa / kulit 2. (warna) Observasi tanda vital dan status kesdaran. 3.

RASIONAL Memantau perkembangan

kegawatan pernafasan Gangguan Oksigenasi perifer tampak cianosis Menentukan status pernafasan dan kesadaran Mengurangi penggunaan energi berlebihan yang membutuhkan banyak Okigen Memenuhi kebutuhan oksiegen Meningkatkan kebebasan suplay oksiegn 7. Obat depresan akan mendepresi system pernafasan dan menyebabkan gagal nafas

Evaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas 4. klien Berikan oksigenasi yang telah dilembabkan Pertahankan posisi fowler dengan tangan 5. abduksi dan disokong dengan bantal atau 6. duduk condong ke depan dengan ditahan meja. Kolaborasi untuk a. b. Berikan obat yang telah diresepkan Berikan obat depresan saraf dengan hatihati (sedatif/narkotik).

2.

Bersihan

jalan

nafas Klien dapat mening-katkan 1.

Kaji kemampuan klien untuk memobilisasi 1.

Memantau

tingkat

kepatenan

11

tidak berhubungan peningkatan sekresi lendir

efektif bersihan jalan nafas dengan Kriteria hasil Mampu mendemonstrasikan batuk terkontrol 2. Intake cairan adekuat 2. produksi

sekresi, jika tidak mampu : a. b. c. Ajarkan metode batuk terkontrol Gunakan suction (jika perlu untuk mengeluarkan sekret) Lakukan fisioterapi dada Secara rutin tiap 8 jam lakukan auskultasi dada 2. untuk mengetahui kualitas suara nafas dan kemajuannya. 3. 4. 5. Berikan obat sesuai dengan resep; mukolitik, 3. ekspektorans Anjurkan minum kurang lebih 2 liter per hari 4. bila tidak ada kontra indikasi Anjurkan klien mencegah infeksi / stressor a. Cegah ruangan yang ramai pengunjung atau b. c. kontak dengan individu yang menderita influenza Mencegah iritasi : asap rokok Imunisasi : vaksinasi Influensa. 5.

jalan nafas dan meningkatkan kemampuan klien merawat diri / membersihkan/membebaskan jalan nafas Memantau kemajuan bersihan jalan nafas Mengencerkan secret agar

ketidakadekuatan batuk, 1. mukus/peningkatan

mudah dikeluarkan mengencerkan sekert Menghindarkan jalan nafas bahan iritan

yang menyebabkan kerusakan

3.

Gangguan

kebutuhan Klien

akan

menunjukkan 1.

Kaji kebiasaan diit. Catat derajat kesulitan 1.

Pasien distress pernafasan sering

12

nutrisi kebutuhan

kurang

dari kemajuan/peningkatan tubuh nutrisi dengan Kriteria hasil

status

makan/masukan. Evaluasi BB

anoreksia.

Dan

juga

sering

mempunyai pola makan yang buruk. Sehingga cenderung Bb menurun Berikan perawaatan oral 2. kebersihan oral menhilangkan bakteri penumbuh bau mulut dan 3. Hindari makanan penghasil gas dan minuman 3. karbont Sajikan menu dalam keadaan hangat 4. eningkatkan rangsangan /nafsu makan menimbulkan distensi abdomen dan meningkatkan dispnea Menu hangat mempenga-ruhi relaksasi spingkter / saluran pencrnaan 5. 6. Anjurkan makan sedikit tapi sering Kolaborasi tim nutrisi untuk menentukan diit 5. 6. menegah shg perut diit respon penuh dan mual/muntah berkurang menurunkan resiko mual Menentukan yang tepat sesuai perhitungan ahli gizi BB lebih 2.

berhubungan

ketidakadekuatan intake a. nutrisi sekunder terhadap peningkatan pernafasan, dari anoreksia kerja kesulitan b. c. d. e. f. g.

Klien tidak mengalami kehilangan lanjut Masukan makanan dan cairan meningkat Urine tidak pekat Output urine meningkat. Membran mukosa lembab 4. Kulit tidak kering Tonus otot membaik

masukan oral sekunder

4.

Cemas dengan

berhubungan Tujuan : rasa cemas kurangnya berkurang/hilang.

1.

Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh 1. pasien.

Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien

13

pengetahuan penyakitnya.

tentang Kriteria Hasil : 1. Klien mengungkapkan bahwa ia tidak cemas. 2. Ekspresi wajah rileks. 3. RR : 12 24 X / menit. 4. N : 60 - 100 X / menit

2. 3.

4.

Beri kesempatan pada pasien untuk 2. mengungkapkan rasa cemasnya. Lakukan pendekatan kepada klien dengan 3. tenang dan meyakinkan dan hindari pemberian informasi atau instruksi yang bertele-tele dan terus menerus. Berikan penjelasan yang sederhana dan singkat 4. tentang tujuan intervensi dan pemeriksaan diagnostik serta anjurkan kepada klien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.

5.

6. 7.

Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, 5. dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin. Berikan kesempatan pada keluarga untuk 6. mendampingi pasien secara bergantian. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman. 7.

sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat. Dapat meringankan beban pikiran pasien. Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan. Penjelasan yang sederhana dan singkat tentang tujuan intervensi dan pemeriksaan diagnostik serta anjurkan kepada klien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan dapat mengurangi beban pikiran pasien. Sikap positif dari tim kesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien. Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu. Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.

14

DAFTAR PUSTAKA Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya. Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya. Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensens Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia. Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta. Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta. Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. EGC. Jakarta. Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.

15

LAPORAN KASUS (PROSES KEPERAWATAN) Nama Mahasiswa NIM Ruang : Subhan : 010030170 B : Paru Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.

Pengkajian diambil tanggal : 20 Mei 2002. Jam 08.00 BBWI 1. IDENTITAS PASIEN : Tn Ahmad Marjuki : 56 Tahun. : Laki-laki. : Jawa/Indonesia : Islam : Kawin : PNS : SLTA : Ampel Madrasah 18 Surabaya. : 15 Mei 2002 Jam... WIB. : Lewat Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya : PPOK : Mendapatkan pertolongan pemberian Oksigen : Sesak nafas. No. Regester : 10081519

Nama Umur Jenis Kelamin Suku/Bangsa Agama Status Marietal Pekerjaan Pendidikan Alamat Tanggal MRS Cara Masuk Diagnosa Medis Alasan Dirawat Keluhan Utama 2.

Bahasa yang digunakan : Indonesia

RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY) 1) Riwayat Penyakit Dahulu Sesak nafas kumat-kumatan sejak 5 tahun yang lalu. Klien pernah MRS dengan penyakit yang sama selama 8 kali. Mempunyai riwayat Asthma Bronkiale sejak kecil. Klien merokok selama 30 tahun sebanyak 2 pak/hari. 2) Riwayat Penyakit Sekarang Sesak nafas kumat-kumatan sejak 5 tahun yang lalu, 5 hari ini sesak bertambah berat, sudah minum obat + aerosol tetapi tetap sesak. Sesak nafas pada waktu berbaring, duduk, berdiri maupun berjalan. Sebelumnya batuk berdahak (+), warna putihkekuningan

16

3) Riwayat Kesehatan Keluarga Orang tua dan anak dari klien ada juga yang menderita penyakit seperti yang diderita klien saat ini. 4) Keadaan Kesehatan Lingkungan Klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup bersih. 5) Riwayat Kesehatan Lainnya Alat bantu yang dipakai : .. 3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK 1) Keadaan Umum : baik 2) Tanda-tanda vital Suhu Nadi Tekanan darah Respirasi 3) Body Systems (1) Pernafasan (B 1 : Breathing) Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 32 x/menit. Nafas pendek, khususnya pada saat kerja, cuaca atau episode serangan asthma, rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama 3 bulan berturut-turut selama 3 tahun sedikitnya 2 tahun. Sputum putihkekuningan dengan jumlah banyak. Pengguanaan otot bantu pernafasan, Dada barell chest, gerakan diafragma minimal. Bunyi nafas, Ronki, wheezing, redup. Perkusi hypersonor pada area paru. Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh. Hasil foto Thorax PA tanggal 15 Mei 2002: Cor : bentuk Tear Drops Pulmo : Tampak bronchopulmonary Pattern sedikit meningkat hiperacrated kedua paru. Kedua sinus Phrenicocostalis tumpul (tampak tenting pada kedua hemidiafragma). Tampak perselubungan homogen pada hemithorax kanan bawah lateral. Tampak callus formation pada costa 5, 6, 7, dan 8 kanan belakang. : 36,8 0C : 100 X/menit. Kuat dan teratur : 100/60 mmHg. : 32 x/menit

17

Kesimpulan

: Emphysematous Lung, Efusi Pleura bilateral yang telah

mengalami organisasi bekas fraktur Costa 5, 6, 7, dan 8 kanan belakang. (2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding) Nadi 100 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 100/60 mmHg, Suhu 36,8
0

C, Pembengkakan pada ekstremitas bawah. Distensi vena leher, sianosis

perifer. Hasil EKG tanggal 17 Mei 2002: Sinus takikardi disertai PAC dan PVC oleh karena pemberian Aminophyllin (Efek Aritmogenik). (3) Persyarafan (B 3 : Brain) Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4) Verbal : Orientasi baik (5) Motorik : Menurut perintah (6) Compos Mentis : Pasien sadar baik. Persepsi Sensori : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal. Pendengaran Penciuman Pengecapan Penglihatan Perabaan : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal. : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal. : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal. : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal. : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder) Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning muda. (5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel) Mulut dan tenggorokan normal, Abdomen normal, Peristaltik normal, tidak kembung, tidak terdapat obstipasi maupun diare, Rectum normal, klien buang air besar 1 X/hari. (6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone) Kemampuan pergerakan sendi Ekstrimitas Atas Bawah bebas/terbatas Parese ada/tidak, Paralise ada/tidak, Hemiparese ada/tidak, : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal. : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal. : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

18

Tulang Belakang Warna kulit Akral Turgor

: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal. : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal. : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal. : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus. (7) Sistem Endokrin Terapi hormon Karakteristik sex sekunder batas normal. Postural hipotensi Pola aktivitas sehari-hari (1) Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan Pada klien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak Penyakit Paru Obstruktif Kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien. (2) Pola Nutrisi dan Metabolisme Akibat mual/muntah, nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan karena distress pernafasan maka berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita. TB = 162 cm. BB = 33 kg. BB Edial = (162 100) 10% = 56 kg. (3) Pola Eliminasi Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning muda. Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan. Klien buang air besar 1 X/hari. (4) Pola tidur dan Istirahat Perlu tidur dalam posisi duduk cukup tingi. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan. Tanda : gelisah, insomnia. : (-). : (-) : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik : Tidak ada kelainan/ Dalam

19

(5) Pola Aktivitas dan latihan Keletihan, kelelahan, malaise. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas. Kelelahan, kelemahan umum/kehilangan masa otot. (6) Pola Hubungan dan Peran Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung. Keterbatasan mobilitas fisik. Kelalaian hubungan antar keluarga. (7) Pola Sensori dan Kognitif Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak mengalami disorientasi. (8) Pola Persepsi Dan Konsep Diri Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem). Klien mengalami cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan. (9) Pola Seksual dan Reproduksi Libido menurun, gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Selama dirawat di rumah sakir klien tidak dapat melakukan hubungan seksual seperti biasanya. (10) Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa kecemasan (Ansietas), ketakutan dan peka rangsang, mudah tersinggung dan marah, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif. (11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh berupa PPOM tidak menghambat klien dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah klien.

20

Personal Higiene Penurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas tubuh Kebersihan buruk, bau badan. Ketergantungan Klien tidak mempunyai kebiasaan minum-minuman yang mengandung alkohol. Klien mempunyai kebiasaan merokok sejak 30 tahun yang lalu dan mampu menghabiskan 2 pak / hari. Aspek Psikologis Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit stress menghadapi tindakan yang diprogramkan. Aspek Sosial/Interaksi Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung. Keterbatasan mobilitas fisik. Kelalaian hubungan antar keluarga. Aspek Spiritual Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama Islam, ajaran agama dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah dan aktif mengikuti kegiatan agama yang diselenggarakan oleh mesjid di sekitar rumah tempat tinggalnya maupun oleh masyarakat setempat. Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya

DIAGNOSTIC TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG Hasil pemeriksaan Laboratorium. Darah lengkap tanggal : 15 Mei 2002. Hb Leukosit Trombosit PCV : 10,7 gr% mg/dl : 18.600 : 381 : 0,33 : 15 Mei 2002. : 20 (L < 37 P < 31) U/L (L 13,5 18,0 P 11,5 16,0 mg/dl) (4000 11.000). (150 350).

Faal Hati tanggal SGOT

21

Faal Ginjal tanggal Ureum/BUN Serum Creatinin

: 15 Mei 2002. : 12 mg/dl (10 45) : 0,93 mg/dl (L : 0,9 1,5 P : 0,7 1,3)

Darah lengkap tanggal : 20 Mei 2002. Hb LED Leukosit Hematokrit Trombosit PCV : 10,6 gr% mg/dl : 100 : 17.600 : 31,1 : 421 : 0,33 : 20 Mei 2002. : 50 mg/dl : 20 Mei 2002. : 217 (100 - 240) : 20 Mei 2002. : 29,2 : 16,11 : 3,81 gr/dl : 20 Mei 2002. : 4,13 mg/dl : 20 Mei 2002. : 136 mmol/l : 2,2 mmol/l (135 145 mmol/l) (3,5 5,5 mmol/l) (L : 3,4 7,0 P 2,4 5,7) (L < 37 P < 31) U/L (L < 40 P < 31) U/L (3,2 3,5 gr/dl) (< 126 mg/dl) (L 13,5 18,0 P 11,5 16,0 mg/dl) (L 0 15/jam P 0 20/jam (4000 11.000). (L 0,40 0,47 (150 350) P 0,38 0,42)

Gula darah tanggal Glukosa Puasa

Lemak tanggal Cholesterol Total

Faal Hati tanggal SGOT SGPT Albumin

Alkali Phospatase : 261

Faal Ginjal tanggal Uric Acid

Elektrolit tanggal Natrium Kalium

Gas Darah Analisa : PH PO2 PCO2 HCO3 BE : : : : : (7,35 7,45) (80 100) mmHg (35 45) mmHg (- 2,5 - + 2,5) mmol/L

(22 26) mmol/L

22

TERAPI : Oksigen 2 Lt/mt Inj Cepotaxime 3 X 1 gr. Tab Cefrofloxacin 2 X 500 mg Atroven Nebulizer 4 x / hr. Bricasma Nebulizer 4 x / hr. Syr Antacid 3 X 1 C1 Tab Ranitidin 2 X 1 Tab Codein 3 X 10 mg Infus RL drip KCl 25 mg/24 jam Tanda tangan mahasiswa

(Subhan)

23

ANALISA DAN SINTESA DATA NO 1. DATA S: Klien mengatalakn sesak nafas. rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas. O: 1. Warna kulit perifer cianosis. 2. RR : 32 x /menit. 3. Nafas pendek. 4. Pengguanaan otot bantu pernafasan 5. Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh. S: Klien mengatakan selalu ingin batuk. Klien mengatakan mempunyai kebiasaan merokok sejak 30 tahun yang lalu dan mampu menghabiskan 2 pak / hari. O: 1. Bunyi nafas : Ronki, wheezing, redup. 2. Perkusi hypersonor pada area paru. 3. Batuk menetap dengan produksi sputum (+) O: Klien hanya makan beberapa sendok dari makanan yang disajikan. S: Klien mengeluh sesak nafas pada waktu makan O: S: Klien mengatalakn cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan. Lamanya perawatan, ETIOLOGI MASALAH peningkatan produksi Gangguan pertukaran mukus. gas

2.

peningkatan produksi Bersihan jalan nafas mukus/peningkatan tidak efektif sekresi lendir

3.

Intake makanan yang Gangguan pemenuhan kurang. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

4.

Kurangnya pengetahuan Cemas tentang penyakitnya.

24

banyaknya biaya perawatan dan pengobatan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem). 5. O: S: Klien mengatakan kurang mengetahui tentang proses penyakit, perawatan maupun pengobatan serta kurangnya pengetahuan tentang diet. Kurangnya informasi. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. 2. 3. 4. 5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi mukus. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake makanan yang kurang. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

25

RENCANA TINDAKAN DIAGNOSA

NO 1.

TUJUAN KEPERAWATAN Gangguan pertukaran gas Klien mampu menunjukkan berhubungan dengan perbaikan oksigenasi. peningkatan produksi mukus. Kriteria hasil 1. Warna kulit perifer membaik (tidak cianosis) 2. RR : 12 24 x /menit 3. Nafas panjang 4. Tidak menggunakan otot bantu pernafasan. 5. Ketidaknyamanan dada () 6. Nadi 60 100 x/menit. 7. Dyspnea ()

RENCANA TINDAKAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. Observasi status pernafasan, hasil gas darah arteri, nadi dan nilai oksimetri. Awasi perkembangan membran mukosa / kulit (warna). Observasi tanda vital dan status kesadaran. Evaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas klien. 1. 2. 3. 4.

RASIONAL Memantau perkembangan kegawatan pernafasan. Gangguan Oksigenasi perifer tampak cianosis. Menentukan status pernafasan dan kesadaran. Mengurangi penggunaan energi berlebihan yang membutuhkan banyak Okigen. Memenuhi kebutuhan oksiegen. Meningkatkan oksiegn. kebebasan suplay

7.

Berikan oksigenasi yang telah 5. dilembabkan. Pertahankan posisi fowler 6. dengan tangan abduksi dan disokong dengan bantal atau duduk condong ke depan dengan ditahan meja. Kolaborasi untuk pemberian obat 7. yang telah diresepkan.

Obat mukolitik dan ekspektoransia akan mengencerkan produksi mukus yang mengental.

2.

Bersihan jalan nafas tidak Klien dapat meningkatkan

1.

Kaji kemampuan klien untuk 1.

Memantau tingkat kepatenan jalan

26

efektif berhubungan dengan bersihan jalan nafas peningkatan produksi Kriteria hasil mukus/peningkatan sekresi 1. Bunyi nafas lendir bersih/Vesikuler 2. Batuk (-) 3. Mampu mendemonstrasikan batuk terkontrol. 4. Intake cairan adekuat

2.

3. 4. 5.

memobilisasi sekresi, jika tidak mampu : a. Ajarkan metode batuk terkontrol b. Gunakan suction (jika perlu untuk mengeluarkan sekret) c. Lakukan fisioterapi dada Secara rutin tiap 8 jam lakukan auskultasi dada untuk mengetahui kualitas suara nafas dan kemajuannya. Berikan obat sesuai dengan resep; mukolitik, ekspektorans Anjurkan minum kurang lebih 2 liter per hari bila tidak ada kontra indikasi Anjurkan klien mencegah infeksi / stressor a. Cegah ruangan yang ramai pengunjung atau kontak dengan individu yang menderita influenza b. Mencegah iritasi : asap rokok c. Imunisasi : vaksinasi Influensa.

nafas dan meningkatkan kemampuan klien merawat diri / membersihkan/membebaskan jalan nafas.

2.

Memantau kemajuan bersihan jalan nafas. Mengencerkan secret agar mudah dikeluarkan. mengencerkan sekert. Menghindarkan bahan iritan yang menyebabkan kerusakan jalan nafas

3. 4. 5.

3.

Gangguan pemenuhan nutrisi Tujuan : Kebutuhan nutrisi

1.

Kaji status nutrisi dan kebiasaan 1.

Untuk mengetahui tentang keadaan

27

kurang dari kebutuhan tubuh dapat terpenuhi berhubungan dengan Intake Kriteria hasil : makanan yang kurang. 1. Berat badan dan tinggi badan ideal. 2. Pasien mematuhi dietnya.

makan. 2. 3. Anjurkan pasien untuk mematuhi 2. diet yang telah diprogramkan. Timbang berat seminggu sekali. Identifikasi makan. badan setiap 3.

4. 5. 4. Cemas berhubungan dengan Tujuan : rasa cemas kurangnya pengetahuan tentang berkurang/hilang. penyakitnya. Kriteria Hasil : 1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan. 2. Emosi stabil., pasien tenang. 3. Istirahat cukup. 1.

perubahan

pola 4.

Kerja sama dengan tim kesehatan 5. lain untuk pemberian diet Tinggi Kalori dan Tinggi Protein. Kaji tingkat kecemasan yang 1. dialami oleh pasien. Beri kesempatan pada pasien 1 untuk mengungkapkan rasa cemasnya. Gunakan komunikasi terapeutik. 2

2. 3.

dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat. Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia. Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet). Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan. Pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat proses penyembuhan dan mencegah komplikasi. Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat. Dapat meringankan beban pikiran pasien. Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan. Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.

4.

Beri informasi yang akurat 3 tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.

28

5.

6. 7. 5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya. Kriteria Hasil : 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya. 2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh. 1.

Berikan keyakinan pada pasien 4 bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin. Berikan kesempatan pada 5 keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian. Ciptakan lingkungan yang tenang 6 dan nyaman. Kaji tingkat pengetahuan 1. pasien/keluarga tentang penyakit paru obstruktif kronik. Kaji latar belakang pendidikan 2. pasien.

Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien. Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu. Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien. Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga. Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien. Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman. Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.

2.

3.

4.

Jelaskan tentang proses penyakit, 3. diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti. Jelasakan prosedur yang kan 4. dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.

29

TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI (SOAP) DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi mukus. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

TINDAKAN KEPERAWATAN Mengobservasi status pernafasan, nadi dan tekanan darah. Mengawasi perkembangan membran mukosa / kulit (warna). Mengobservasi tanda vital dan status kesadaran. Mengevaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas klien. Memberikan oksigenasi yang telah dilembabkan. Mempertahankan posisi fowler dengan tangan abduksi dan disokong dengan bantal atau duduk condong ke depan dengan ditahan meja. Mengkolaborasikan untuk pemberian obat yang telah diresepkan.

EVALUASI (SOAP) S: O: 1. Warna kulit perifer membaik (tidak cianosis) 2. RR : 12 24 x /menit 3. Ketidaknyamanan dada () 4. Nadi 60 100 x/menit. 5. Dyspnea () A : Tujuan Berhasil P : Intervensi dihentikan S: O: 1. Bunyi nafas bersih 2. Batuk (-) 3. Mampu mendemonstrasikan batuk terkontrol. 4. Intake cairan adekuat A : Tujuan Berhasil P : Intervensi dihentikan

2.

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir

1.

2. 3. 4. 5.

3.

Gangguan pemenuhan

1.

Mengkaji kemampuan klien untuk memobilisasi sekresi, jika tidak mampu : a. Mengajarkan metode batuk terkontrol b. Menggunakan suction (jika perlu untuk mengeluarkan sekret) c. Melakukan fisioterapi dada Secara rutin tiap 8 jam melakukan auskultasi dada untuk mengetahui kualitas suara nafas dan kemajuannya. Memberikan obat sesuai dengan resep; mukolitik, ekspektorans Menganjurkan minum kurang lebih 2 liter per hari bila tidak ada kontra indikasi Menganjurkan klien mencegah infeksi / stressor a. Mencegah ruangan yang ramai pengunjung atau kontak dengan individu yang menderita influenza b. Mencegah iritasi : asap rokok. Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan.

S:

30

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang. 4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Menganjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan. Menimbang berat badan setiap seminggu sekali. Mengidentifikasi perubahan pola makan. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet Tinggi Kalori Tinggi Protein. Mengkaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien. Memberi kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya. Menggunakan komunikasi terapeutik. Memberi informasi yang akurat tentang proses penyakit dan menganjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan. Memberikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman Mengkaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit PPOM. Mengkaji latar belakang pendidikan pasien. Menjelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti. Menjelasakan prosedur yang akan dilakukan, manfaatnya bagi klien dan libatkan klien didalamnya.

O: 1. Pasien mematuhi dietnya. A : Tujuan tercapai sebagian P : Intervensi terus dilakukan. S: O: 1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan. 2. Emosi stabil., pasien tenang. 3. Istirahat cukup. A : Tujuan Berhasil P : Intervensi dihentikan

5.

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

1. 2. 3. 4.

S: O: 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya. 2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh. A : Tujuan Berhasil P : Intervensi dihentikan

31

Anda mungkin juga menyukai