Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang Masalah Pada umumnya guru dan orang tua yang mempunyai anak hiperaktif sering mengeluh tentang perilaku anaknya. Perilaku anak hiperaktif antara lain sulit berkonsentrasi, selalu mengganggu orang lain, sering bergerak dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya dan tidak mudah diam, susah diatur, sering lupa pada barang barang miliknya sendiri, serta cenderung mudah melamun. Dalam perkembangan dirinya secara menyeluruh, anak hiperaktif mempunyai permasalahan berkaitan dengan kesulitan melakukan koordinasi gerak pada gerak yang menggunakan otot halus (fine motor) dan gerak yang menggunakan otot besar (gross motor). Kesulitan lainnya adalah dalam menggunakan pemikiran non verbal, fungsi pengorganisasian dan perencanaan gerak dalam aktivitas tertentu, emosional, terutama masalah sosial yang disebabkan oleh adanya perilakunya yang suka merusak, suka mengganggu, emosi negatif yang kemudian masalah masalahnya berkembang menjadi psikopatologi. Penyebab terjadinya kelainan perilaku menyimpang pada anak hiperaktif secara dominan adalah faktor genetik dan neuropsikogis. Oleh karena itu, upaya penyembuhan terhadap kelainan perilaku menyimpang dilakukan dengan dua pendekatan. 1) Pendekatan secara medis yang dipakai sebagai intervensi biologis melalui penggunaan obat-obat penenang tertentu. 2) Pendekatan secara psikologis melalui program-program khusus sebagai intervensi terhadap perilaku menyimpang. Pendekatan secara medis dengan menggunakan obat-obat penenang terhadap anak-anak hiperaktif berdasarkan fakta-fakta yang ada di Amerika Serikat, dinyatakan sangat efektif dan dapat menurunkan gejala-gejala perilaku menyimpang. Oleh karena itu, pada saat guru menyusun program pembelajaran yang memuat bimbingan penyembuhan perilaku menyimpang terhadap anak hiperaktif sangat dianjurkan untuk berkolaborasi dengan dokter ahli pengobatan

melalui obat-obat penenang. Dengan kolaborasi tersebut dapat disusun rencana pelatihan khusus pemberian bimbingan dan pemrograman individual sesuai dengan keberadaan anak yang bersangkutan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian eksperimen dengan judul: Terapi Flour Building Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Hiperaktif. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan alasan pemilihan judul yang telah diuarika diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: apakah terapi Flour Building dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak hiperaktif? 3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan dari penelitian eksperimen ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan pada morotik halus anak hiperaktif sebelum dan sesudah dilakukannya terapi Flour Building.

BAB II LANDASAN TEORI

Hiperaktif bukan merupakan suatu penyakit, tapi suatu gejala (symptoms). Gangguan ini diperuntukkan bagi gangguan yang mempunyai ciri-ciri keaktifan berlebih. Anak hiperaktif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian pada jangka waktu tertentu. Anak hiperaktif juga mudah terganggu perhatian dan pikirannya, dan tidak mampu untuk bersikap tenang. Anak ini sering banyak bicara dan tindakan-tindakannya tidak bertujuan. Anak hiperaktif sering juga menderita ketidakmampuan untuk berkonsentrasi terhadap suatu objek tertentu, Susan B. Campbell dan John S. Werry menyebutnya dengan istilah Attention Defisit Disorder (ADD). Gejala kelainan hiperaktif disebabkan oleh faktor-faktor berikut: a. b. c. d. Luka pada otak (brain damage) Kelainan emosional Kurangnya daya dengar Adanya hendaya daya dengar Menurut kategori DSM III, ADD dibagi kedalam tiga kelompok yaitu: tidak dapat memusatkan perhatian (inattention), menurutkan kehendak (impulsivitas), dan hiperaktifitas. Gejala yang dapat dilihat yaitu: 1) Tidak dapat memusatkan perhatian (inattention), sekurang-kurangnya menunjukkan 3 dari gejala-gejala berikut: a) Sering gagal dalam menyelesaikan pekerjaannya. b) Sering tampak tidak mendengarka orang lain berbicara. c) Mudah beralih pada obyek lain, sulit berkonsentrasi pada tugas-tugas sekolah atau tugas-tugas lain. d) Sulit bertahan pada nsatu aktivitas permainan. 2) Impulsivitas, sekurang-kurangnya terdapat 3 dari gejala-gejala berikut: a) Sering bertindak sebelum berpikir. b) Sering berganti-ganti dari satu aktivitas ke akivitas yang lain. c) Sulit mengorganisasi pekerjaan.

d) Sering berteriak-teriak di kelas. e) Sulit menunggu giliran dalam permainan atau kegiatan kelompok. 3) Hiperaktivitas, sekurang-kurangnya terdapat 3 dari gejala-gejala berikut: a) Sulit duduk dengan tenang atau gelisah secara berlebihan. b) Bergerak berlebihan. c) Sulit untuk tetap tinggal duduk. d) Bergerak berlebihan saat duduk. ADD ini biasanya muncul sebelum usia 7 tahun, karena itu dapat terjadi pada anak taman kanak-kanak. Lama gangguan paling sedikit 6 bulan. Ciri-ciri yang sangat nyata berdasarkan definisi tersebut bagi peserta didik hiperaktif adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. Selalu berjalan-jalan memutari ruang kelas dan tidak mau diam. Sering mengganggu teman-temannya di kelas. Suka berpindah-pindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya dan jarang diam menyelesaikan tugas sekolah. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Mempunyai kesulitan untuk berkonsentrasi dalam tugas-tugas sekolah. Sangat mudah berperilaku untuk mengacau atau menganggu. Kurang memberi perhatian untuk mendengarkan orang lain berbicara. Selalu mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugas-tugas di sekolah. Sulit mengikuti perintah atau suruhan lebih dari satu pada saat yang sama. Mempunyai masalah hampir di semua mata pelajaran.

10. Tidak mampu menulis surat, tidak mampu mengeja huruf, dan kesulitan dalam surat menyurat. 11. Sering gagal di sekolah diakibatkan oleh kurang pemusatan perhatian dirinya terhadap kegiatan di sekolah serta mempunyai masalah saat belajar karena persepsi pandang dan penengaran yang lemah. 12. Sering menurutkan kata hati sehingga anak-anak hiperaktif sering mendapat kecelakaan dan cedera. Operant conditioning merupakan pengkondisian karakteristik perilaku tertentu terhadap anak, individu, atau peserta didik dengan kebutuhan khusus. Operant conditioning merupakan faktor penting dalam mengembangkan berbagai

bentuk perilaku bermain dan perilaku sosial anak disamping dapat meningkatkan harga diri dan kemampuan kontrol diri. Aspek-aspek utama pengkondisian karakteristik perilaku tertentu (operant conditioning) dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kemahiran, yaitu tanggapan-tanggapan diikuti dengan penguatan dan peningkatan kekuatan tanggapan atau respon hingga mencapai maksimal. 2. Terjadinya penghentian, yaitu apabila respon yang terjadi tidak sesuai, maka secara bersamaan dengan dilakukannya penguatan, kegiatan yang sedang berlangsung dihentikan juga. 3. Rekoveri secara spontan, yaitu dilakukan dalam beberapa saat setelah penghentian kegiatan. 4. 5. Penggeneralisasian dan diskriminasi. Hukuman.

Anda mungkin juga menyukai