Anda di halaman 1dari 2

Menerima dengan lapang Dada, Saudara baru kita, Faqir Miskin Anda berpuasa hari ini ? ..

Apa menu makan shahur anda, adakah anda sudah merancang menu apa yang akan anda nikmati nanti saat berbuka puasa. Bagaimana menurut anda mutu makanan anda di bulan puasa ini, apakah lebih mewah dan lebih dari cukup, atau mengalami penurunan dari sebelum ramadhan. Pada umumnya menu pada bulan ramadhan memang lebih menarik membangkitkan nafsu makan dan lebih beraneka ragam. Bahkan saat ini, berbagai camilan ringan sampai makanan kelas berat bisa di dapatkan dengan mudah di pasar kuliner yang banyak bermunculan di bulan puasa. Pada umumnya pula, di hari-hari selain ramadhan, kita makan 3 kali sehari, sedangkan dalam bulan puasa ini kita diperintahkan oleh Tuhan untuk mengurangi kegiatan makan ini menjadi 2 kali sehari. Lalu kemanakah bagian 1 kali yang dikurangkan itu terdistribusi, apakah anda menabungnya, atau menyisipkan ke 2 bagian yang lain. Atau pernahkan terbersit di dalam benak kita, bahwa Allah hendak mengajarkan kita untuk memberikan 1 bagian dari 3 bagian makanan kita itu kepada yang lain. Apakah mungkin kita bisa merasakan betapa terpuruknya orang-orang yang tidak mampu menentukan menu hari ininya karena fakir ataupun miskin, dengan hanya tidak makan di siang hari, sedangkan di malam harinya kita dengan mudah menuruti keinginan-keinginan untuk mendapatkan makanan yang lezat. Benarkah Islam, agama rahmatal-lil alamien ini hanya mengajarkan pada kita begini loh rasanya kalo orang lapar ntu . Bukankah rasa lapar itu alamiah, tanpa di ajarkan pun, sejak kecil kita tahu betul rasa lapar itu seperti apa. Atau benarkah Islam, agama yang Tuhan telah meridhoinya sebagai jalan yang lurus, hanya hendak mendidik kita untuk menjadi semakin egois menyibukkan diri dengan aktifitas ritual dengan iming-iming pahala besar. Makna ibadah menjadi terkotaki, ia hanya cukup diartikan melakukan ritual-ritual individu untuk kepentingan individu, kalaupun dipersembahkan untuk Tuhan pun, harus dengan imbalan pahala. Sang Nabi Mulia begitu akrab dengan puasa, namun beliau begitu akrab pula dengan orang-orang faqir dan miskin. Bukan karena hendak belajar lapar dari si faqir.meskipun bisa berhari-hari beliau tidak menyentuh makanan kecuali air putih saja, namun sang Akhlak Agung lebih memilih untuk memberikan makanan dan harta yang beliau miliki untuk memenuhi kebutuhan faqir-miskin. Beliau sedang menjalankan misi utama sebuah agama. Menjadi Rahmat bagi semuanya. Kita tidak sedang dituntut untuk menempa diri layaknya kanjeng Nabi. Hanya meneladani semampu kita, bahkan jauh lebih ringan daripada yang beliau jalankan. Dalam bulan Ramadhan ini, kesempatan berbagi adalah hal yang sangat mungkin dilakukan. Kita sedang memiliki 1 bagian yang tidak kita gunakan untuk makan. Kita berikan bagian ini untuk mereka yang membutuhkan. Seringkali timbul pertanyaan tentang siapa sebenarnya faqir-miskin itu hingga akhirnya muncul sudut pandang berbeda tentang definisi faqir-miskin. Saat kita sedang mengadakan pesta ataupun selamatan dan syukuran, kita tidak pernah berfikir terlalu jauh tentang kriteria orang-orang yang layak untuk di

undang dan kita ajak makan bersama. Umumnya, kebanyakan dari keluarga dan teman-teman yang tentunya tergolong orang-orang yang mampu. Uniknya, saat kita masuk ke wilayah berbagi kepada sesama, terutama faqir miskin, mendadak, keingintahuan kita begitu dalam dan penuh selidik, bahkan dibumbui dengan sangkaan-sangkaan. Misalnya, wah..kayaknya ni emang udah profesi nih , atau ntar gue kasih duit, dikumpulin deh buat beli miras , atau ni orang boong nih kayaknya ni.. atau ni orang puasa nggak yee.., islam nggak yee.. atau entar gue kasih jadi langganan nih..bisa repot deh gue dsb. Demikian ribetnya prosedur saat kita mau berbagi yang hanya 1 porsi Makanan atau uang ribuan itu sehingga akhirnya diputuskan untuk tidak memberi. Satu hal utama dalam beragama yang kurang populer untuk di sentuh dalam pengajian-pengajian adalah berbagi dan memberi makan faqir miskin. Kalaupun di bahas, arahnya adalah kepentingan pahala dan imbalan rezeki yang dilipat ganda, bukan cinta-kasih kepada sesama. Bahkan terbentuk pemahaman bahwa berderma adalah trik untuk melipat gandakan harta. Ketamakan melanda wilayah-wilayah ibadah. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak Muddatstsir:6 ) ( Al

Agaknya hal yang patut di perjuangkan mulai sekarang adalah, belajar untuk mulai menerima keberadaan faqir-miskin dalam kehidupan kita, sebagaimana Kanjeng Nabi melakukannya. Mulai sekarang mencoba dengan lapang dada, berbagi sebisanya, memasukkan mereka dalam kamus kehidupan kita sebagai saudara yang membutuhkan uluran tangan kita. Bahkan dengan perantaraannya, Insya Allah menyelamatkan kita dari Api, baik di Dunia dan di Akherat. Api Bakhil, rakus, kikir dan tamak, terlebih-lebih Api neraka di akherat kelak.

Anda mungkin juga menyukai