Anda di halaman 1dari 23

Activity Theory

Summary: Activity Theory is a framework or descriptive tool for a system. People are socioculturally embedded actors (not processors or system components). There exists a hierarchical analysis of motivated human action (levels of activity analysis). Originator: Vygotsky, Leontev, Luria, and others starting in the 1920s. Key terms: Activity, action, operation, object-orientedness, internalization/externalization, mediation, development. Activity Theory Activity Theory is more of a descriptive meta-theory or framework than a predictive theory. Considers entire work/activity system (including teams, organizations, etc.) beyond just one actor or user. Accounts for environment, history of the person, culture, role of the artifact, motivations, complexity of real life action, etc. The unit of analysis is motivated activity directed at an object (goal). Includes cultural and technical mediation of human activity, artifacts in use (and not in isolation). Activities consist of goal-directed actions that are conscious. Constituents of activity are not fixed; they can dynamically change.

Engestroms model above is useful for understanding how a wide range factors work together to impact an activity. In order to reach an outcome it is necessary to produce certain objects (e.g. experiences, knowledge, and physical products) Human activity is mediated by artefacts (e.g. tools used, documents, recipes, etc.) Activity is also mediated by an organization or community. Also, the community may impose rules that affect activity. The subject works as part of the community to achieve the object. An activity normally also features a division of labour.

Three levels of activity:


y

y y

Activity towards an objective (goal) carried out by a community. A result of a motive (need) that may not be conscious social and personal meaning of activity (Answers the Why? question) Action towards a specific goal (conscious), carried out by an individual or a group possible goals and subgoals, critical goals (Answers the What? question) Operation structure of activity typically automated and not conscious concrete way of executing an action in according with the specific conditions surrounding the goal (Answers the How? question)

Principles: 1. Object-orientedness. (this is not to be confused with object-oriented programming) People live in a reality that is objective in a broad sense: the things that constitute this reality have not only the properties that are considered objective according to natural sciences but socially/culturally defined properties as well. 2. Internalization/externalization. Distinction between internal and external activities. Internal activities cannot be understood if they are analyzed separately from external activities, because they transform into each other. Internalization is the transformation of external activities into internal ones. Internalization provides a means for people to try potential interactions with reality without performing actual manipulation with real objects (mental simulations, imaginings, considering alternative plans, etc.). Externalization transforms internal activities into external ones. Externalization is often necessary when an internalized action needs to be repaired, or scaled. It is also important when a collaboration between several people requires their activities to be performed externally in order to be coordinated. 3. Mediation. Activity Theory emphasizes that human activity is mediated by tools in a broad sense. Tools are created and transformed during the development of the activity itself and carry with them a particular culture historical remains from their development. So, the use of tools is an accumulation and transmission of social knowledge. Tool use influences the nature of external behavior and also the mental functioning of individuals. 4. Development. In Activity Theory development is not only an object of study, it is also a general research methodology. The basic research method in Activity Theory is not traditional laboratory experiments but the formative experiment which combines active participation with monitoring of the developmental changes of the study participants. Ethnographic methods that track the history and development of a practice have also become important in recent work. All four of the above basic principles should be considered as an integrated system, because they are associated with various aspects of the whole activity. For more information, see:
y

Bertelsen, O. W. and S. Bodker. (2003) Activity theory. In J.M. Carroll, ed., HCI models theories, and frameworks: toward a multidisciplinary science. San Francisco: Morgan Kaufmann, p. 291-324. Bodker, S. (1991). Through the interface: A human activity approach to user interface design. Hillsdale, NJ, Lawrence Erlbaum.

y y

Kaptelinin, V., Kuutti, K., Bannon, L. (1995). Activity Theory: Basic Concepts and Applications. In Blumenthal et al. (Eds.) Human-Computer Interaction. Lecture Notes in Computer Science. Springer. Leontev, A. N. (1978). Activity, Consciousness, Personality. Englewood Cliffs, NJ, Prentice Hall. Nardi, B., Ed. (1996). Context and Consciousness: Activity Theory and HumanComputer Interaction. Cambridge, MA, MIT Press.

http://www.learning-theories.com/activity-theory.html

Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar(Sardiman, 2001:93). Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa. Kegiatan belajar / aktivitas belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik (Sudjana,2005:105) Banyak macam- macam kegiatan (aktivitas belajar) yang dapat dilakukan anak- anak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat. Paul B. Diedrich (dalam Nasution,2004:9), Membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan (aktifitas siswa), antara lain: I. Visual activities (13) seperti membaca, memperhatikan:gambar, demonstrasi, percobaab, pekerjaan orang lain dan sebagainya. II. Oral activities (43) seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi dan sebagainya. III. Listening activities (11) seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato dan sebagainya. IV. Writing activities (22) seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya.

V. Drawing activities (8) seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram, pola, dan sebagainya. VI. Motor activities (47) seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya. VII. Mental activities (23) seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. VIII. Emotional activities (23) seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya. Tentu saja kegiatan itu tidak terpisah satu sama lain. Dalam suatu kegiatan motoris terkandung kegiatan mental dan disertai oleh perasaan tertentu. Dalam tiap pelajaran dapat dilakukan bermacam-macam kegiatan (Nasution, 1982:94-95).
http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/11/aktivitas-belajar/

Pengertian Aktivitas Belajar Sebelum peneliti meninjau lebih jauh tentang aktivitas belajar, terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang pengertian dari aktivitas dan belajar. 1. Aktivitas Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik, merupakan suatu aktifitas. Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. 2. Belajar Menurut Oemar Hamalik (2001: 28), belajar adalah Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Sedangkan, Sardiman A.M. (2003 : 22) menyatakan: Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas(2005 : 31), belajar aktif adalah Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau

mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Seorang pakar pendidikan, Trinandita (1984) menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Sardiman. 2007. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Usman, Moh.Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja Rosdakarya Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/1961162-aktifitas-belajar/#ixzz1SqGQVVlC

Klasifikasi Aktivitas Belajar


Aktivitas belajar siswa pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi 8 kelompok. Pengelompokan tersebut didasarkan pada pendapat Paul D. Dierich. Klasifikasi ini dapat kita baca pada buku Proses Belajar Mengajar, karya Oemar Hamalik yang diterbitkan oleh Pt. Bumi Aksara Jakarta, 2001. Paul D. Dierich mengklasifikasikan aktivitas belajar atas delapan kelompok, yaitu:
1. Kegiatan-kegiatan Visual o Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain. 2. Kegiatan-kegiatan Lisan (oral) o Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi. 3. Kegiatan-kegiatan Mendengarkan o Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. 4. Kegiatan-kegiatan Menulis o Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket. 5. Kegiatan-kegiatan Menggambar o Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola. 6. Kegiatan-kegiatan Metrik o Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun. 7. Kegiatan-kegiatan Mental o Merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan. 8. Kegiatan-kegiatan Emosional

Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.

(Oemar Hamalik , 2001:172) Dalam berbagai penelitian, ada 3 aspek aktivitas siswa yang diamati yakni motivasi, keaktifan dan kerja sama. Indikator-indikator yang digunakan dalam penskoran masingmasing aspek tersebut adalah: Untuk aspek motivasi:
1. 2. 3. 4. Semangat dan ketertarikan mengikuti pembelajaran Memperhatikan penjelasan guru dari awal sampai akhir pembelajaran Antusiasme yang tinggi Tidak mengobrol dan melakukan aktivitas lain yang mengganggu proses pembelajaran

Untuk aspek keaktifan:


1. 2. 3. 4. Berani bertanya Berani mengemukakan pendapat Berani menjawab pertanyaan Berani maju ke depan kelas tanpa disuruh oleh guru

Untuk aspek kerjasama, indikatornya adalah:


1. 2. 3. 4. Bersedia membantu teman selama kegiatan pembelajaran Menghargai pendapat dan penjelasan teman Tidak mengganggu teman saat pembelajaran Tanggung jawab terhadap tugas kelompok

17.05.2011. 21:34

http://ghobro.com/pendidikan/klasifikasi-aktivitas-belajar.html

Laporan Observasi : Aktivitas Belajar Matematika Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Padang
14 Jul 2011 Tinggalkan sebuah Komentar by Tomi in Pendidikan & Pembelajaran, Tulisan Saya, Matematika, Guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan program pendidikan yang telah dikeluarkan pemerintah tentang kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah yaitu Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yang merupakan tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

maka berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dinyatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Mengingat pentingnya mata pelajaran matematika dan tujuan pembelajaran matematika

tersebut, maka proses pembelajaran matematika yang dilakukan hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif agar dapat mengembangkan kemampuan berfikir logis, analitis, kritis, kreatif serta kemampuan bekerjasama. Jadi, aktivitas siswa dalam belajar sangat mempengaruhi dan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran matematika. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Padang adalah salah satu SLTA yang ada di Kota Padang. Sebagai sekolah yang melaksanakan pendidikan sesuai KTSP dan untuk mencapai tujuan pendidikan, khususnya mata pelajaran matematika maka siswa MAN 1 Padang harus aktif dalam belajar matematika. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar matematika siswa di MAN 1 Padang, maka kami mengadakan observasi tentang aktivitas belajar matematika siswa di MAN 1 Padang. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. dalam belajar matematika siswa harus aktif 2. siswa MAN 1 Padang harus aktif dalam belajar matematika. C. Batasan Masalah Merujuk kepada identifikasi masalah, maka dalam observasi ini masalah yang diobservasi difokuskan pada aktivitas belajar matematika siswa MAN 1 Padang. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah, maka dirumuskan masalah sebagai berikut, Bagaimanakah aktivitas belajar maematika siswa MAN 1 Padang?. E. Tujuan Observasi Observasi ini dilaksanakan dengan tujuan: 1. untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar matematika siswa MAN 1 Padang 2. untuk menambah ilmu, pengetahuan dan pengalaman observer tentang aktivitas belajar matematika siswa 3. untuk memberi masukan, perbaikan, kritik dan saran bagi siswa, guru dan sekolah. F. Manfaat Observasi Observasi ini diharapkan bermanfaat: 1. Sebagai tambahan ilmu, pengetahuan dan pengalaman observer tentang aktivitas belajar matematika siswa 2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti atau observer selanjutnya 3. sebagai masukan, perbaikan, kritik dan saran bagi siswa, guru dan sekolah. G. Instrumen Observasi Instrumen yang digunakan pada observasi ini antara lain: 1. lembar observasi, untuk pengamatan kelas 2. daftar wawancara, untuk guru dan siswa. H. Tempat dan Waktu Observasi Observasi dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Padang yang terletak di Durian Taruang Kota Padang pada tanggal 4 Mei 11 Mei 2011.

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Aktivitas Belajar Menurut Anton M. Mulyono (2001:26), Aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik, merupakan suatu aktivitas. Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah suatu proses perubahan tingkahlaku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkahlaku tersebut adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Sedangkan, Sardiman (2003:22) menyatakan belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan disini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Natawijaya dalam Depdiknas (2005:31), belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau

mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Seorang pakar pendidikan, Trinandita (1984) menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun antar siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. B. Konsep Aktivitas Belajar Pendidikan tradisional pada umumnya tidak mengenal bahkan sama sekali tidak menggunakan asas aktivitas dalam proses pembelajaran. Pada waktu itu cara mengajar yang populer adalah metode imposisi. Para siswa menelan saja hal-hal yang direncanakan dan disampaikan oleh guru. Kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah orang serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Siswa hanya bertugas menerima dan menelan, mereka diam dan bersikap pasif atau tidak aktif. Adanya temuan-temuan baru dalam psikologi perkembangan dan psikologi belajar menyebabkan pandangan tersebut berubah. Hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa: 1. siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beranekaragam kemungkinan dan potensi yang hidup yang sedang berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkahlaku siswa. Pendidikan perlu mengarahkan tingkahlaku dan perbuatan itu menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan 2. setiap siswa memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmaniah, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan, termasuk perbuatan belajar, dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu pula 3. seorang ahli Biologi, Berson, menemukan suatu konsep atau teori yang disebut Elan Vital pada manusia. Elan vital adalah suatu daya hidup dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat segala sesuatu 4. pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dengan melakukan sendiri, siswa akan memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat 5. Mehl Mills Douglass mengemukakan tentang The Principle of Activity, sebagai berikut: One learns only by some activities in the neural system: seeing, hearing, smelling, feeling, thinking, physical or motor activity. The learner must actively engage in the learning, whether it be of information a skill, an understanding, a habit, an ideal, an attitude, an interest, or the nature of a task. Dalam kemajuan metodologi dewasa ini, prinsip-prinsip aktivitas lebih ditonjolkan dalam suatu kesatuan sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai. C. Prinsip-Prinsip Aktivitas Menurut ilmu jiwa, dilihat dari pandangan perkembangan konsep jiwa, prinsip aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran dapat dibagi menjadi dua pandangan yakni ilmu jiwa lama dan

ilmu jiwa modern. 1. Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Lama Dalam proses pembelajaran, guru akan senantiasa mendominasi kegiatan. Siswa terlalu pasif sedang guru aktif dan segala inisiatif datang dari guru. Gurulah yang menentukan bahan dan metode sedang siswa menerima begitu saja. Aktivitas siswa terbatas pada mendengarkan, mencatat, menjawab pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan. Sebenarnya siswa tidak pasif secara mutlak dan proses belajar mengajar semacam ini jelas tidak mendorong anak didik untuk berpikir dan berkreativitas. 2. Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Modern Secara alami, anak didik juga bisa menjadi aktif karena adanya motivasi dan dorongan dari bermacam-macam kebutuhan. Siswa dipandang sebagai organisme yang mempunyai potensi untuk berkembang. Oleh karena itu, tugas pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar siswa dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Siswa haruslah beraktivitas, berbuat, dan mengerjakan sendiri. Piaget juga menerangkan bahwa seorang anak berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berpikir. Oleh karena itu, agar anak berpikir sendiri maka ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. D. Jenis-Jenis Aktivitas Belajar Para ahli mengelompokkan aktivitas belajar dalam beberapa klasifikasi yaitu: 1. Paul D. Dierich membagi kegiatan Belajar dalam 8 kelompok, yaitu: a. Visual Activities Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati percobaan, mengamati orang lain bekerja. b. Oral Activities Mengemukakan pendapat, menghubungkan suatu kejadian, memberi saran, mengajukan pertanyaan. c. Listening Activities Mendengarkan penjelasan guru. d. Writing Activities Mengerjakan latihan, menulis catatan, menulis cerita, membuat karangan, mengisi angket, dan mengerjakan tes. e. Drawing Activities Menggambar grafik, membuat pola, chart dan diagram. f. Motor Activities Melakukan percobaan, melaksanakan pameran, menyelenggarakan permainan dan lainlainnya.. g. Mental Activities Memecahkan masalah, membuat keputusan, menganalisa. h. Emotional Activities Bersemangat, menaruh minat. 2. Getrude M. Whiple membagi kegiatan siswa sebagai berikut: a. Bekerja dengan alat-alat visual 1) Mengumpulkan gambar dan bahan ilustrasi lainnya. 2) Mempelajari gambar-gambar, khusus mendengarkan penjelasan, mengajukan pertanyaanpertanyaan. 3) Mengurangi pameran. 4) Mencatat pertanyaan-pertanyaan yang menarik minat.

5) Memilih alat visual ketika memberikan laporan lisan. 6) Menyusun pameran dan menulis tabel. 7) Mengatur file material yang kelak akan digunakan. b. Eskursi dan trip 1) Mengunjungi museum, pameran dan kebun binatang. 2) Mengundang lembaga-lembaga yang dapat memberikan keterangan dan bahan-bahan. 3) Menyaksikan demonstrasi seperti : proses produksi pada pabrik makanan, proses penerbitan surat kabar dan lain-lain. c. Mempelajari masalah 1) Mencari informasi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang penting. 2) Mempelajari ensiklopedia dan referensi. 3) Membawa buku-buku dari rumah dan perpustakaan umum untuk melengkapi bahan. 4) Mengirim-mengirim surat-surat kepada badan-badan bisnis. 5) Melaksanakan petnjuk-petujuk yang diberikan guidance yang telah disampaikan oleh guru. 6) Membuat catatan sebagai peserta diskusi. 7) Menafsirkan peta, menentukan lokasi-lokasi. Melakukan eksperimen. 9) Menilai informasi dari berbagai sumber. 10) Mengorganisasikan bahan bacaan sebelum melaksanakan diskusi. 11) Mempersiapkan dan memberikan laporan menarik secara lisan. 12) Membuat rangkuman, menulis laporan dengan tujuan tertentu. 13) Membuat daftar bacaan yang digunakan selama pembelajaran. d. Mengapresiasi Literatur 1) Membaca cerita-cerita yang menarik. 2) Membaca bacaan untuk kesenangan dan informasi. e. Ilustrasi dan konstruksi 1) Membuat chart dan diagram. 2) Membuat blue print. 3) Menggambar dan membuat peta. 4) Membuat poster. 5) Membuat ilustrasi peta, diagram untuk sebuah buku. 6) Menyusun rencana permainan. 7) Menyiapkan suatu frieze. Membuat artikel untuk pameran. f. Bekerja menyajikan informasi 1) Menyarankan cara-cara penyajian informasi yang menarik. 2) Menyortir bahan-bahan dari buku. 3) Menyusun bulletin board secara up to date. 4) Merencanakan serta melaksanakan program assembly. 5) Menulis dan menyajikan dramatisasi. g. Cek dan tes 1) Mengerjakan infornasi dan standardized test. 2) Menyiapkan tes-tesuntuk siswa lain 3) Menyusun grafik dan perkembangannya. Aktivitas sangat besar nilainya bagi pengajaran, hal ini disebabkan karena: 1. para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2. berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral 3. memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa 4. para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan siswa sendiri

5. memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis 6. mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dan guru 7. pengajaran diselenggarakan secara realistis dan kongkrit sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis 8. pengajaran sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan masyarakat.

E. Aktivitas Belajar dalam KTSP Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun pembelajaran yang dilaksanakan seringkali justru menghambat aktifitas dan kreatifitas peserta didik. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran di kelas yang umumnya lebih menekankan pada ranah kognitif, ketika kemampuan mental yang dipelajari semakin besar berpusat pada pengetahuan dan ingatan. KTSP menuntut pembelajaran lebih berpusat pada siswa, termasuk dalam pembelajaran matematika.Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika Muliyardi (2002:3) menjelaskan bahwa Pembelajaran matematika adalah upaya membantu siswa mengkonstruksi konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali. Peningkatan kualitas pembelajaran dalam implementasi KTSP menuntut kemandirian guru untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif agar para peserta didik mengembangkan aktifitas dan kreatifitas secara optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing. penerapannya dalam pembalajaran menurut Mulyasa (2008:188) adalah: 1. mengembangkan keberanian dan rasa percaya diri peserta didik serta mengurangi perasaan yang kurang menyenangkan 2. memberi kesempatan pada seluruh peserta didik untuk berkomunikasi secara aktif dan terarah 3. melibatkan mereka secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.

Taylor dalam Mulyasa (2008:60) menyatakan bahwa pengembangan aktivitas pembelajaran dapat berupa: 1. menilai dan menghargai berfikir kreatif 2. memberanikan anak memanipulasi benda/objek dan ide-ide 3. memberanikan dan menilai kegiatan belajar berdasarkan inisiatif sendiri 4. mendorong kebiasaan menyusun gagasan 5. ketrampilan memberikan kritik yang membangun. Pada observasi ini, selain mengamati aktivitas siswa secara umum, kami juga mendata aktivitas belajar siswa yang menurut kami paling penting dan besar pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika siswa, yaitu aktivitas: 1. Menjawab Pertanyaan Guru Yaitu aktivitas siswa menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru tentang materi pelajaran, baik pertanyaan guru kepada siswa secara bersama maupun pribadi. 2. Bertanya pada Guru Yaitu aktivitas siswa bertanya kepada guru tentang materi pelajaran, contoh soal, tugas dan sebagainya. 3. Berdiskusi dengan Teman Yaitu aktivitas siswa mendiskusikan materi pelajaran dengan temannya, baik diminta guru maupun tidak. 4. Mencatat Kesimpulan Materi Yaitu aktivitas siswa menyalin materi, contoh soal, pembahasan soal dan sebagainya yang dijelaskan guru di papan tulis. 5. Mengerjakan Tugas/Latihan Yaitu aktivitas siswa mengerjakan tugas, latihan, kuis, tugas rumah dan sebagainya yang dikumpulkan kepada guru. 6. Mengerjakan Latihan di Papan Tulis Yaitu aktivitas siswa mengerjakan latihan, tugas dan sebagainya baik berupa soal, materi, pembuktian rumus dan sebagainya di papan tulis, baik diminta guru maupun dengan kemauan sendiri. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Observasi 1. Profil Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Padang terletak di Jl. Durian Taruang Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji Padang yang juga bersebelahan dengan MTsN Durian Taruang Padang. Sekolah yang dipimpin oleh Kepala Drs. M. Saleh R. ini berdiri pada tahun 1981 dengan jumlah rombongan belajar 12 yang terdiri dari 4 lokal kelas X, 2 lokal kelas XI IPA, 2 lokal kelas XI IPS, 2 lokal kelas XII IPA dan 2 lokal kelas XII IPS. Fasilitas yang dimiliki MAN 1 Padang tergolong lengkap, yaitu ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang majelis guru, ruang Tata Usaha, ruang BK, Perpustakaan, Laboratorium IPA, Laboratorium Biologi, Laboratorium Komputer, Laboratorium Agama (Mushalla), Laboratorium Bahasa, Kopsis dan sebagainya. 2. Hasil Pengamatan a. Observasi I Observasi pertama dilakukan di kelas XI IPA 2 pada jam pelajaran 8-9 dengan materi ajar

Turunan Fungsi Aljabar dengan guru Bapak Irwan. Ketika masuk kelas, guru memberi kuis kepada siswa untuk waktu 10 menit pertama dan setelah dikumpulkan, guru menanyakan kepada siswa siapa yang bisa mengerjakan kuis tersebut ke depan/ke papan tulis. 2 orang siswa mengangkat tangan dan salah seorang dari mereka mengerjakanya ke papan tulis. Saat guru menanyakan siapa yang belum mengerti, ada 1 siswa yang bertanya dan langsung dijelaskan guru. Setelah itu, guru menyuruh siswa menyalin jawaban dari soal tersebut dan semua siswa menyalin kecuali 2 siswa yang mengangkat tangan. Setelah itu guru melanjutkan menjelaskan materi baru tentang rumus Turunan Fungsi Aljabar yang pada tiap bagian pembuktian rumus guru menyuruh siswa untuk melanjutkan pembuktian rumus tersebut. Ada 7 siswa yang bersedia mengerjakannya ke depan namun hanya 4 siswa yang berkesempatan ke depan yaitu siswa yang belum tampil sebelumnya. Setelah semua rumus dijelaskan guru dan semua buktinya telah ditulis, ada 1 siswa yang bertanya dan dijelaskan guru, lalu semua siswa menyalin materi tersebut. Terakhir guru memberikan tugas rumah dengan menuliskannya di papan tulis dan disalin oleh semua siswa, lalu pelajaran berakhir. b. Observasi II Observasi kedua dilaksanakan di kelas XI IPA 1 pada jam pelajaran 1-2 dengan materi ajar Turunan Fungsi Aljabar dengan guru Bapak Irwan. Sebelum mulai belajar siswa berdoa. Setelah itu guru menyuruh siswa mengumpulkan pekerjaan rumah dilanjutkan dengan menanyakan soal yang tidak bisa, ada 1 soal yang banyak siswa mangatakan tidak bisa namun ada 1 siswa yang bisa dan guru menyuruh siswa tersebut mengerjakannya di papan tulis dan disalin oleh beberapa siswa. Selanjutnya guru menjelaskan materi pelajaran tentang Teorema Turunan Fungsi Aljabar dan dilanjutkan dengan contoh soal yang semuanya dikerjakan guru. Setelah itu siswa diberi kesempatan bertanya diikuti 5 siswa yang bertanya dan dijelaskan guru. Setelah tidak ada lagi siswa yang bertanya, guru menyuruh siswa mencatat materi tersebut dan ada 4 siswa yang tidak mencatat dan hanya asyik bercerita. Disaat siswa mencatat, guru pergi ke meja masing-masing siswa untuk memeriksa kelengkapan catatan tiap siswa dan menyalinnya ke buku nilai. 4 siswa yang tidak mencatat ternyata catatannya tidak lengkap, namun hanya 3 siswa yang kedapatan oleh guru catatannya tidak lengkap karena 1 siswa meminjam catatan temannya yang duduk di depan dan mengganti cover buku tersebut dan diperlihatkan kepada guru. Setelah guru selesai memeriksa catatan siswa dan semua siswa telah selesai menyalin materi dan contoh soal, pelajaran berakhir. c. Observasi III Observasi ketiga dilaksanakan di kelas XI IPS 2 pada jam pelajaran 5-7 dengan materi ajar Fungsi Naik dan Fungsi Turun dengan guru Ibu Hafizah. Pelajaran dimulai guru dengan memberikan kuis kepada siswa tentang materi pelajaran sebelumnya selama 5 menit, namun banyak siswa yang protes dan mengatakan soalnya sulit, tidak dapat dijawab dan mengusulkan agar kuis dibatalkan, namun guru tetap meanjutkan dan hanya 10 siswa yang mengumpulkan kuis. Setelah itu guru menyelesaikan soal kuis tersebut yang hanya satu buah di papan tulis dan disalin siswa.

Selanjutnya guru memulai pelajaran dengan menjelaskan tentang fungsi naik dan fungsi turun diawali dengan menjelaskan grafik yang telah dipersiapkan guru pada kertas koran yang ditempel di papan tulis. Lalu guru menjelaskan dan mencatat materi di papan tulis diikuti dengan beberapa contoh soal. Ketika guru menjelaskan contoh soal, siswa ribut sehingga guru marah dan menyuruh siswa yang ribut tersebut menyelesaikan jawaban soal tersebut, namun siswa tersebut tidak mau dan mengatakan tidak bisa, setelah guru menanyakan pada yang lain ada satu siswa yang ke depan meski dengan agak terpaksa namun jawaban soal tersebut dapat dijawab dengan bimbingan siswa. Setelah itu Guru mempersilahkan siswa menyalin dan bertanya bagi yang tidak paham, ada beberapa siswa yang bertanya dan dijelasan kembali oleh guru sampai tidak ada lagi yang bertanya. Setelah siswa menyalin materi, guru memberikan soal latihan individu kepada siswa dan dikerjakan oleh siswa secara berkelomok-kelompok atau siswa yang merasa tidak bisa mengerjakan menyalin latihan temannya yang bisa. Namun juga ada yang langsung bertanya kepada guru bagi yang tidak bisa. Pada proses pembelajaran di kelas ini, meski siswa tergolong aktif dalam belajar, namun juga banyak aktivitas siswa yang tidak sesuai seperti pindah-pindah tempat duduk, keluar berulang kali dan dalam waktu yang relatif lama, tidur dan sebagainya yang semuanya selama proses pembelajaran. Setelah latihan dikumpul guru, guru memberikan tugas rumah kepada siswa dengan menulis soalnya di papan tulis dan disalin siswa, pelajaran berakhir. d. Observasi IV Observasi kedua dilaksanakan di kelas XI IPA 2 pada jam pelajaran 8-9 dengan materi ajar Turunan Fungsi Trigonometri dengan guru Bapak Irwan. Pelajaran dimulai guru dengan mengumpulkan tugas rumah siswa, namun ternyata banyak siswa yang mengerjakan tugas rumah pada buku catatan dengan alasan buku tugas rumah masih pada guru sehingga guru menyuruh siswa menyalinnya pada kertas satu lembar. Setelah siswa menyalin tugas rumah tersebut siswa mengumpulkan tugas rumah. Selanjutnya guru menjelaskan materi tentang Turunan Fungsi trigonometri. Pada pembuktian rumus guru menyuruh siswa melanjutkan pembuktian rumus ke papan tulis, penekanannya kepada siswa yang belum pernah ke depan. Dua orang siswa berkesempatan mengerjakan ke papan tulis. Setelah itu guru memberikan contoh soal tentang materi tersebut dan menjelaskannya, selanjutnya beberapa orang siswa bertanya dan dijelaskan guru. Guru menyuruh siswa menyalin materi dan contoh soalnya, setelah disalin pelajaran berakhir.

3. Hasil Wawancara a. Wawancara dengan Guru Wawancara dilaksanakan pada guru matematika Ibu Februyanti Octa Vitano, S.Pd., M.PMat. dengan hasil: 1. Bagaimanakah menurut Ibu tentang aktivitas belajar matematika siswa? Jawaban: Aktivitas belajar matematika siswa tidak sama pada tiap kelas, secara umum dapat dibedakan antara IPA dan IPS. Siswa IPA pada umumnya aktivitas belajar lumayan tinggi, meski masih ada sebagian yang belum berpartisipasi, namun pada siswa IPS masih kurang, dibawah siswa IPA. Siswa IPS lebih banyak melaksanakan aktivitas negatif, malas mengerjakan tugas dan tugas akan dikerjakan jika elah diberi sanksi. 2. Menurut Ibu apa faktor yang menyebabkan tinggi/rendahnya aktivitas belajar siswa tersebut? Jawaban: Banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa, antara lain siswa kurang fokus belajar karena faktor intern dan ekstern. Faktor intern biasanya karena kepribadian siswa sendiri dan keluarga, sedangkan faktor ekstern karena lingkungan dan pengaruh teknologi. 3. Apa langkah/tindakan yang Ibu lakukan agar siswa aktif dalam belajar? Jawaban: Langkah yang biasa dilakukan antara lain memberikan banyak latihan, menggunakan gaya belajar yang bervariasi, mengkondisikan siswa belajar kelompok, menggunakan media pembelajaran dan alat peraga dan sebagainya. 4. Apakah langkah/tindakan yang Ibu lakukan tersebut berhasil meningkatkan aktivitas belajar siswa?

Jawaban: Biasanya berhasil, ada perubahan. 5. Apa kendala yang Ibu temui dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa? Jawaban: Kendala yang umum biasanya ada pada watak dan kepribadian siswa yang keras dan susah untuk dibuat mengerti. 6. Apakah aktivitas belajar siswa mempengaruhi prestasi dan hasil belajar siswa? Jawaban: Aktivitas belajar siswa di kelas sangat berpengaruh terhadap hasil belajar atau prestasi siswa, namun juga ada siswa yang biasa diam di kelas tapi hasil belajarnya bagus, kemungkinan siswa tersebut rajin mengulang pelajaran di rumah. 7. Menurut yang Ibu ketahui, apakah siswa yang aktif/tidak aktif pada pembelajaran matematika juga aktif/tidak aktif pada mata pelajaran lain? Jawaban: Siswa yang belajar dan prestasi matematikanya bagus biasanya juga bagus pada mata pelajaran lain, namun juga ada siswa yang biasa saja pada pembelajaran matematika tapi bagus pada mata pelajaran lain seperti agama dan olahraga. 8. Apakah siswa yang aktif dalam belajar selalu orang yang sama setiap pertemuan/materi pelajaran atau berbeda? Jawaban: Siswa yang tidak aktif maupun yang aktif biasanya sama pada setiap pertemuan atau materi pelajaran. 9. Apakah aktivitas siswa dari angkatan/tahun ke tahun semakin meningkat, tetap atau malah menurun ? Jawaban: Tidak dapat disimpulkan dari tahun-ketahun meningkat atau menurun, karena aktivitas siswa fluktuatif, kadang baik, banyak aktifnya dan kadang ada juga yang meningkat keburukannya. 10. Apa harapan Ibu terhadap peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran matematika di masa mendatang? Jawaban: Diharapkan minat belajar siswa meningkat dan siswa tidak takut bertanya jika tidak memahami materi pelajaran serta siswa makin rajin mengerjaan tugas yang diberikan. b. Wawancara dengan Siswa Berdasakan wawancara pada 4 orang perwakilan siswa dapat disimpulkan jawaban siswa sebagai berikut. 1. Suka belajar matematika? Jawaban: Suka. 2. Apa alasan suka/tidak suka belajar matematika? Jawaban:

Suka belajar matematika karena pelajaran matematika menantang, gurunya bisa menjelaskan materi dan guru matematika dekat dengan siswa. 3. Bagaimana tanggapannya terhadap pembelajaran matematika selama ini? menyenangkan/tidak? Jawaban: Pelajaran matematika sebenarnya menyenangkan apalagi jika mengerti, tapi jika tidak paham matematika jadi membosankan. 4. Apa kendala yang dihadapi selama belajar matematika? Jawaban: Kurangnya buku sumber belajar, kurangnya waktu, kadang rumus matematika sulit dipahami dan kadang penjelasan guru tidak jelas, 5. Bagaimana nilai matematikanya selama ini ? Jawaban: Nilai matematika bervariasi, kadang baik dan kadang rendah. 6. Dalam belajar matematika suka terlibat/tidak? Seperti : a. Menjawab pertanyaan guru? Jawaban: Suka. b. Bertanya kepada guru? Jawaban: Suka, jika tidak paham. c. Berdiskusi dengan teman? Jawaban: Suka. d. Mencatat kesimpulan materi? Jawaban: Selalu. e. Mengerjakan tugas/latihan? Jawaban: Selalu. f. Mengerjakan latihan di papan tulis? Jawaban: Suka, jika bisa. 7. Kenapa tidak mau/sering melakukan hal tersebut? Jawaban: Jika pelajarannya mengerti suka, jika kurang paham suka bertanya agar jadi paham, namun jika pelajaran sulit jadi agak malas.

8. Bagaimana terhadap mata pelajaran lain? Jawaban: Hampir semuanya suka. 9. Keterlibatan pada pembelajaran matematika dari waktu ke waktu terjadi peningkatan, penurunan atau tetap? Jawaban: Tergantung materi pelajaran dan gurunya, jika materinya mangerti dan gurunya asyik makin rajin, tapi jika makin payah malah menurun, tapi secara umum sama saja. 10. Kenapa terjadi peningkatan/penurunan/tetap? Jawaban: Karena tergantung pada materi pelajaran dan proses belajarnya. 11. Apa saran untuk pembelajaran matematika selanjutnya? Jawaban: Agar pembelajaran matematika lebih menyenangkan dan mengasikkan, guru mejelaskan dengan deail dan jangan terlalu cepat dengan suara yang lantang dan menyediakan buku pelajaran yang lengkap dengan contoh soal dan latihan yang banyak. B. Pembahasan 1. Hasil Pengamatan Rata-rata aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari empat kali observasi : Menjawab Pertanyaan Guru 25,58 % Bertanya pada Guru 10,49 % Berdiskusi dengan Teman 11,77 % Mencatat Kesimpulan Materi 88,79 % Mengerjakan Tugas/Latihan 100 % Mengerjakan Latihan di Papan Tulis 9,07 % Dari tabel diatas terlihat bahwa aktivitas yang paling tinggi dilakukan siswa yaitu 100 % atau semua siswa melaksanakannya adalah aktivitas mengerjakan tugas/latihan, hal ini disebabkan karena latihan dapat dikerjakan secara bersama dan juga ada siswa yang mencontoh. Latihan/tugas rumah dikerjakan dalam waktu yang relatif lama sehingga siswa tidak terlalu terberatkan. Aktivitas yang juga tinggi dilakukan siswa adalah mencatat kesimpulan materi yaitu 88,79 %, hal ini karena mencatat merupakan hal penting dalam belajar, siswa menganggap catatan penting untuk belajar selanjutnya dan untuk ujian. Hal ini juga disebabkan oleh catatan diperiksa guru sebagai salah satu bentuk penilaian, namun masih ada beberapa siswa yang tidak mencatat yang kemungkinan besar karena malas. Aktivitas menjawab pertanyaan guru dilaksanakan oleh 25,58 % siswa yang secara umum berupa jawaban bersama atau jawaban dari pertanyaan guru kepada siswa secara bersamaan. Siswa yang menjawab pertanyaan guru ini adalah siswa yang telah paham materi dan mengikuti proses belajar. Kurangnya siswa yang melakukan aktivitas ini karena guru tidak bertanya kepada semua atau banyak siswa secara bergiliran dan tidak semua siswa mengikuti pelajaran sepenuhnya.

Siswa yang berdiskusi dengan teman sebanyak 11,77 % yang hampir semuanya mendiskusikan atau bertanya disaat mengerjakan tugas/latihan, sehingga dapat dipastikan diskusi yang dilaksanakan tersebut bukan membahas materi atau meningkatkan pemahaman namun untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru. Siswa kurang berdiskusi karena tidak ada pada proses pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berdiskusi dan kerja kelompok, baik dalam memahami konsep maupun dalam mengerjakan tugas, diskusi yang dilaksanakan siswa hanya diskusi colongan. 10,49 % siswa menggunakan kesempatan bertanya kepada guru untuk menambah pemahaman materi. Kesempatan bertanya selalu ada, namun siswa tidak banyak yang memanfaatkannya karena kebanyakan siswa malas atau tidak mau bertanya kepada guru, jika tidak paham diam saja dan banyak yang tidak peduli, meski tidak paham sama sekali. Tapi juga ada siswa yang tidak bertanya karena memang telah memahami materi tersebut. Siswa yang mengerjakan latihan di papan tulis 9,07 %. Hal ini sesuai dengan kesempatan yang diberikan yang memang tidak memungkinkan untuk setiap siswa maju mengerjakan latihan ke papan tulis. Contoh soal dan pembuktian rumus tidak banyak diberikan guru dan hanya sedikit yang mungkin dikerjakan siswa. Juga tidak semua siswa yang disuruh mengerjakan ke papan tulis mau, dengan alasan tidak bisa, sehingga hampir semua siswa yang ke depan dengan kemauan sendiri tanpa disuruh. Aktivitas siswa dalam belajar matematika, meski belum sesuai dengan yang diharapkan tetapi telah menunjukkan aktivitas yang baik dan telah ada partisipasi aktif siswa dalam belajar, meski hanya sebagian siswa dan belum setiap siswa mengikuti pelajaran dengan sepenuhnya. Masih ada siswa yang tidak fokus pada pembelajaran dan melaksanakan akivitas lain seperti keluar kelas, bercerita, main HP, tidur dan sebagainya. Namun demikian semua siswa telah merasa berkewajiban terhadap pelajaran yang dibuktikan dengan tekad setiap siswa untuk hampir selalu mengerjakan latihan dan tugas yang diberikan guru, meski dengan mencontoh dan cara lain, dalam kata lain tidak ada siswa yang tidak pernah mengerjakan tugas/latihan. 2. Hasil Wawancara Dari wawancara dengan guru, yaitu Ibu Februyanti Octa Vitano, S.Pd., M.PMat diperleh informasi bahwa aktivitas belajar matematika siswa MAN 1 Padang secara umum tergolong baik, hanya saja pada kelas IPS lebih banyak siswa yang melakukan aktivitas negatif dan aktivitas positif kelas IPA lebih baik dari kelas IPS. Siswa IPA lebih rajin mencatat materi pelajaran, selalu mengerjakan tugas dan juga rajin bertanya jika tidak paham serta pada setiap pertemuan hampir semua siswa mengikui pelajaran dengan baik, hanya beberapa siswa yang sesekali tidak mengikuti pelajaran. Aktivitas negatif yang dilaksanakan siswa IPA antara lain keluar kelas, bercerita, main HP dan tidak menyalin materi pelajaran. Siswa IPS lebih banyak mengerjakan aktivitas negatif dan juga ada yang tidur serta malas mencatat materi dan mengerjakan latihan, latihan dikerjakan jika diberi sanksi. Rendahnya aktivitas belajar siswa dan banyaknya aktivitas negatif disebabkan karena kurangnya motivasi belajar siswa khususnya belajar matematika. Juga disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor yang datang dari dalam siswa seperti tidak suka matematika, kepribadian siswa yang kurang baik dan pengaruh dari luar seperti keluarga, lingkungan dan sebagainya. Guru telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan aktivitas positif dan mengurangi aktivitas negatif siswa, seperti menggunakan variasi dalam pembelajaran, memotivasi siswa

dengan berbagai media dan memberi penguatan dan sanksi. Usaha yang dilakukan guru suatu waktu dapat meningkatkan aktivitas positif dan mengurangi aktivitas negatif, namun kadangkala tidak banyak perubahan. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, secara umum siswa suka belajar matematika dan selalu mau ikut berpartisipasi aktif dalam belajar, namun pembelajaran yang kadang tidak menyenangkan dan materi yang sebagian sulit dipahami membuat siswa menjadi malas dan bosan, sehingga tidak konsentrasi dan tidak mengikuti pelajaran, namun jika ada kesempatan dan merasa bisa, latihan, tugas, pekerjaan rumah selalu dikerjakan dan mau maju ke papan tulis. Selain itu catatan juga harus dilengkapi karena catatan juga diperiksa guru sebagai penilaian dan catatan juga penting untuk pemahaman materi dan ketika akan ujian untuk mengulang pelajaran. Siswa juga mau bertanya jika merasa tidak paham terhadap materi yang dijelaskan guru, karena biasanya akan dijelaskan guru sampai paham. Diskusi jarang dilakukan siswa, hanya sesekali bertanya kepada teman tentang tugas yang sulit dikerjakan.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru matematika dan siswa MAN 1 Padang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. secara umum siswa MAN 1 Padang telah ikut berpartisipasi aktif dalam belajar matematika 2. aktivitas positif yang dilaksanakan oleh siswa MAN 1 Padang tergolong tinggi, namun masih ada beberapa aktivitas yang belum banyak siswa yang melakukannya 3. masih ada siswa MAN 1 Padang yang melakukan aktivitas negatif dan tidak mengikuti pelajaran dengan baik 4. aktivitas positif siswa IPA lebih tinggi dari siswa IPS dan aktivitas negatif siswa IPS lebih tinggi dari siswa IPA 5. guru telah melaksanakan berbagai usaha untuk meningkatkan aktivitas positif dan

mengurangi aktivitas negatif siswa, namun usaha ersebut kadang berhasil dan kadang tidak 6. belum terlibatnya semua siswa dalam aktivitas positif dan masih adanya aktivitas negatif disebabkan karena kurangnya motivasi dan minat siswa belajar matematika dan berbagai faktor lain seperti keluarga dan lingkungan 7. siswa MAN 1 padang secara umum suka belajar matematika namun pembelajaran yang kadang kurang menarik dan materi yang sulit dipahami menyebabkan siswa malas belajar dan berpartisipasi aktif dalam belajar matematika. B. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan diatas, kami merekomendasikan agar: 1. Guru memotivasi siswa, menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan, bervariasi dan menarik agar semua siswa ikut berpartisipasi aktif dalam belajar matematika 2. Guru memberikan kesempatan dan mengkondisikan proses pembelajaran yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam belajar 3. Guru memberikan penguatan dan sanksi yang tegas dan mendidik untuk siswa yang kurang berpartisipasi dan melakukan aktivitas negatif 4. Guru mengenal dan mengatahui karakteristik siswa agar dapat mengetahui kekurangan, kelebihan dan masalah siswa dalam belajar, khususnya pembelajaran matematika 5. Pihak sekolah mendukung penegakan disiplin dan pemberian sanksi bagi siswa yang melakukan aktivitas ngaif dalam pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Muliyardi. 2002. Strategi Pembelajaran Matematika. Padang: UNP. Sardiman, AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Alih Bahasa Raisul Muttaqien. Bandung: Nusa Media dan Nuansa. Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mendorongnya. Jakarta: Bumi Aksara. Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum Matematika Sekolah Menengah Oleh : DESSI HERITA LADENI JARISWANDANA TOMI TRIDAYA PUTRA Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA UNP 2008

Anda mungkin juga menyukai