Anda di halaman 1dari 5

Jenis cerita: Fiksi Kisah asli: Mengingat kembali awal persahabatan antara diriku dan sahabatku.

Tokoh: Hendra Bayu, dalam cerpen disamarkan menjadi Bayu Saputra Sarifatul Aini, dalam cerpen disamarkan menjadi Sekar Ayu Momen yang ingin diceritakan: - Perkenalan pada saat bersama-sama berteduh - Rasa kehilangan seorang sahabat yang terpisah jarak dan waktu Sudut pandang: orang pertama Setting: Kampus Biru, Malang di tahun 2005 Diceritakan dalam bentuk cerpen:

SenandungAtap Seng
Trok... trok trok. Hari ini hujan lagi.Suara air yang jatuh menerpa atap seng emper rumahku menemani istirahatku siang ini, setelah seharian sibuk memasukkan lamaran pekerjaan ke sejumlah sekolah di kotaku.Entah apa yang sedang terjadi di langit sana, sehingga di bulan September ini hujan masih membasahi bumi. Padahal, menurut guru IPS ku dulu, bulan September di Indonesia bisa dipastikan sedang musim kemarau.Mungkin saja, bulan September tahun ini, langit sedang gundah, segundah hatiku ini. Ya, setiap ku mendengar suara hujan menerpa atap seng, jiwaku seolah-olah kembali ke masa lima tahun yang lalu, diiringi tidak beriramanya detak jantungku. Masa di mana dirimu mulai mengisi hari-hariku.Sebagaimana yang disenandungkan oleh atap seng Malang, awal Februari 2005 Musim hujan pertamaku di kota Malang, karena baru semester 2 kuliahku di kampus biru ini. Hawa dingin kota ini semakin menusuk bila musim hujan tiba. Apalagi bila hujan turun di malam hari, bisa dipastikan esok pagi aku dan teman-teman kost berangkat kuliah tanpa mandi terlebih dahulu. Ah, sebuah drama yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Siang ini, awan hitam kembali menggelayut di atas kampusku.Para mahasiswa segera bergegas meninggalkan kampus untuk segera tiba di kostnya, dari pada kehujanan di tengah jalan.Namun tidak diriku.Ada satu laporan yang belum kuselesaikan.Padahal deadline-nya hari ini jam 3 sore.Mau tidak mau, aku harus menyelesaikannya kalau tidak ingin nilai akhirku nanti diberi D oleh pak Yogi, si dosen displin itu. Dan siang itu, mbak Vera, asisten dosen pak Yogi yang menunggu tugasku. Alhamdulillah selesai juga. ujarku sambil menghela nafas panjang. Ya, setelah mengerjakan selama hampir 2 jam, akhirnya kuselesaikan laporan praktikum itu. Segera kuringkas peralatan tulisku. Laporan segera kuserahkan kepada mbak Vera sambil berpamitan pulang. Hati-hati dik Bayu, hujan udah mau turun.Apa ndak nunggu sampai nanti sore aja, mungkin hujannya gak lama. kata mbak Vera.Ndak, Mbak terima kasih.Ada urusan lain di kostan. jawabku tak mau berlama-lama.

Segera kutinggalkan ruang 205 itu. Kulirik arlojiku, sudah jam 14.15. Kupalingkan pandanganku ke luar kaca jendela, kulihat awan semakin hitam, mungkin dalam hitungan menit akan turun hujan yang sangat deras. Tak ada mahasiswa lagi di lantai 1.Segera ku mengayunkan langkah meninggalkan gedung H tempatku kuliah.

Tes... tes tes... Titik-titik gerimis sudah mulai menerpa wajahku.Kupercepat langkahku, karena jarak kostku masih jauh. Ah, baru sampai portal kampus, padahal aku sudah setengah berlari. Byur Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, diiringi angin yang lumayan besar.Aku berlari mencari tempat berteduh.Kulihat di pojok pertigaan, ada warung dengan emper sengnya.Aku segera lari kesana dan berteduh menghindari serbuan air hujan yang datang tiba-tiba. Sial, belum sampai kost sudah deras, gumamku.Kulihat beberapa mahasiswi bergegas lalu-lalang di depanku sambil memakai payung untuk melawan hujan.Aku jadi ingat ibuku yang menyarankan aku bawa payung.Bawa aja Le, nanti kalau di Malang hujan, kamu ndak kehujanan. nasihat ibuku.Emoh, Bu. Malu, kados cah wedok. jawabku.Sekarang aku baru sadar, kalau nasihat ibu benar adanya. Di tengah lamunanku, tiba-tiba sesosok tubuh wanita menabrak tubuhku Brukk Aku terhuyung. Untung masih bisa bersandar di tembok warung, namun siku tanganku terbentur kerasnya tembok Ukh, aku sedikit kesakitan. Aduh maaf Mas, gak bisa ngerem, lantainya licin kata pemilik tubuh yang menabrakku tadi sambil menguncupkan kedua tangannya. Oh, gak pa-pa kataku untuk menenangkan suasanya sambil kubersihkan siku tanganku dari kapur tembok yang menempel. Kulihat di depanku kini berdiri seorang mahasiswi yang separuh tubuhnya basah kuyup. Rupanya ia juga ingin berteduh, sebelum separuh tubuhnya lagi ikut basah. Gadis itu mulai menyeka air-air yang membasahi tubuhnya. Kuperhatikan dia. Wajahnya manis, mengingatkanku pada artis Revalina S. Temat, hanya gadis ini agak sedikit sawo matang. Rambutnya lurus sebahu dibiarkan terurai, sehingga tetes-tetes air hujan mengalir melalui rambutnya. Tubuhnya tinggi Ah, ngapain memperhatikan gadis itu, lebih baik menikmati kacaunya irama air hujan yang menabuh emper warung ini yang tebuat dari seng. Mas, maaf beneran ya Tadi aku terburu-burusi gadis kembali minta maaf.Rupanya dia masih merasa bersalah. Oh, ya ndak pa-pa Cuma terbentur dikit, nggak sakit kok. jawabku.Tapi mbak gak apa-apa juga kan? aku ganti bertanya. Oh, ya mas, gak pa-pa Untung aku tadi nabrak mas-nya, kalau ndak, aku tadi mungkin udah jatuh Abis, lantainya basah mas, jadi licin Sulit ngerem larinya jawabnya. Wah, tanya sedikit jawabnya panjang, batinku. Lho, mas nya kuliah di sini juga ya? Oh Iya Jurusan apa? Biologi Program studi pendidikan? Heeh., aku mengangguk. Wah, calon pak guru nih Insya Allah. aku hanya tersenyum simpul. Oh ya, kita belum kenalan, namaku Sekar Ayu, mas. Aku jurusan Tata Boga, ambil D3 nya.dia memperkenalkan diri.Tangannya menjulur ke arahku.Kusambut tangannya.Dingin, karena habis kena air hujan.Bayu Saputra. aku memperkenalkan diri.Ooh, mas Bayu Saputra tho dia mengulangi namaku sambil tersenyum. Lho, mbak Sekar gak bawa payung?Cewek kan biasanya payungan kalau hujan begini? aku mulai berani bertanya.Rupanya Sekar Ayu ini anaknya supel dan senang diajak ngobrol.

Ayu mas, biasanya aku dipanggil Ayu dia mengoreksi panggilanku padanya. Ooo Mbak Ayu aku hanya bisa tersipu. Jangan panggil mbak dong mas, aku Maba disini, baru semester 2, jadi barang bawaan masih belum lengkap, termasuk payung Makanya tiap hujan mesti larilarilanjut Ayu. Lho, sama dong, aku juga mahasiswa baruJadi gak usah panggil mas deh, Bayu aja jawabku. Oh, gitu ya? Iya.. Panggil Bayu ajajawabku singkat. Bayu? Gak, ah Nama kuno tuh Saya panggil Bay aja ya? ujar Ayu tersenyum sambil mengacungkan telunjuknya. Terserah deh aku seperti gak punya pilihan. Tapi, kamu juga harus mau kupanggil Ay Gimana?tiba-tiba aku menemukan cara membalas perlakuannya. Mbales nih critanya Ayu tertawa kecil.Emang kenapa kalau Ayu?Aku gak ayu ya? lanjutnya. Bukan aku lho ya yang ngomong sergahku.Kami pun tertawa bersama diiringi bunyi hujan yang semakin deras. Masih sambil tertawa, kuperhatikan dan kunikmati ekspresi wajah Ay, cewek yang baru kukenal ini. Gak Ay, kamu bukan gak ayu, tapi kamu lebih tepat kalau kusebut manis batinku. Benar! Ekspresi wajahnya benar-benar mampu menghadirkan kehangatan dalam jiwaku ditengah suasana dingin kota Malang siang ini.Dan bunyi air hujan yang menerpa atap seng emper warung pojok itu, seolah bersenandung dan mengiringi perkenalan kami. Selanjutnya, aku dan Ay saling berbagi informasi, nomor HP, alamat kost, hingga urusan pribadi dan kuliah. Saat itu, kutemukan seorang sahabat yang di hari-hari berikutnya dalam kehidupan kami,akan saling berbagi suka dan duka. Teng! Teng! Teng! Jam Junghans besar di rumah membangunkanku dari lamunan. Sudah jam 3 sore ternyata. Kulihat hujan di luar sudah mulai reda.Tinggal tetes-tetes kecil yang menghiasi sebelum benar-benar reda.Senandung atap seng pun mulai melirih.Membawaku kembali ke kehidupan nyata. Aku bangun dari ranjangku.Kuregangkan sejenak otot-ototku yang kaku karena cukup lama kugunakan untuk tengkurap.Kubuka laci mejaku. Kuambil notes kecil di pojok laci. Jariku menari-nari membuka halaman demi halaman notes lusuh itu. Ah, masih ada pekikku pelan.Ya, nomor HP yang dulu pernah dituliskan Ay ternyata masih ada, walaupun tintanya sudah mulai luntur. Segera kuraih HP yang sedang di-charge di rak buku.Sudah full rupanya.Kutekantekan keypad HPku.Sudah lengkap nomor Ay tertulis di layar HP, 081334550018. Namun, mengapa jari ini begitu berat untuk menekan tombol telepon di HPku Ah, bismillah Kutekan juga tombol telepon di HPku.Ya, untuk pertama kalinya setelah 2 tahun kami putus komunikasi, kuhubungi lagi nomor itu. Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar area, silakan coba beberapa saat lagi. The number you are calling.Ah, kuputus suara operator yang belum selesai itu. Ay Di manakah kau saat ini?Bagaimana kabarmu setelah 2 tahun lalu kau tinggalkan aku, sahabatmu, untuk pulang ke Trenggalek, kampung halamanmu?Apa alasanmu dulu meninggalkan bangku kuliahmu? Padahal saat itu kau tinggal

mengerjakan tugas akhirmu Kau dulu tak pernah memberitahuku, dengan alasan urusan pribadi.Padahal biasanya kau sangat terbuka kepadaku. Ay Sahabatku Aku rindu dirimu Aku kangen motivasimu saat aku mengeluh akan tugasku. Aku kangen cerita-cerita indahmu saat aku bersedih.Aku kangen mengantarmu cari bahan dan alat masak untuk praktek kuliahmu. Aku kangen semua yang pernah kita lalui bersama, Ay... Aku sungguh kehilanganmu, Ay Semoga kau bahagia Ay Di manapun kau berada Sebahagia diriku, Bay, calon pak guru yang dulu sama-sama kehujanan di bawah atap seng emper warung pojok dekat kampus kita Probolinggo, Desember 2010 Untuk Ay, sahabat terbaikku

Anda mungkin juga menyukai