(Studi Kasus Di Desa Kendalrejo Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi Propinsi Jawa Timur) Oleh: ENDAH PRAMUSANTI E. 31.0808 JURUSAN KONSERV ASI SUMBERDAYA HUT AN FAKULTASKEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGaR 2001 satu-saiult9a 9altg tidal< bisa l2e .. atiQ" 9alt9 ..a--ru lIteMClup12alt pe<tgetaRualt 9alt9 ada di .. dil:i..u l2ef2a9aalt 9alt9 seb",Qlut9a dm.i suatu baltgsa bu/2alt pada ju .. e .. as dalt poo12 9altg ie!1kaltdultg di .. su..beJl a[a,Ut9a, ietapi paOO peJtgetaRualt, 12ebua!2saltaalt OOIt a"al2-altal2 baltgsa"9a. d a It peltgetaRualt .. u iiOO12 Il!eIt\lajQJti .. u U.iul2 .. e"\latasi l2e[e .. aRa" dalt peltdeJlitaalt oWltg dalt iidaQ Il!ettmdUIt sesallta .. o.usiO 12e 90"\l beltOll, "'gl2ou sUlt\lguR ..a.usiO gal,g iidol2 baltgo!2 beJtgulta 00. eJ'lll2ou ietap sepeJLil iiu salltpo; <Pl0ll; PeltgRa!2i..a1t ilbo (koR[i[ Gibwlt) iU[iSOIt sede!LRalto ilti dOili l2eiltgildoRuoltl2u se[olyutltgo tal2!2o. pmoR putus pildal2u 0120. do' 00. JteSiUlltU 15apal2 dOl, Ibu leJlS0gO'g RINGKASAN Endah Pramusanti. E. 3l.0808. Interaksi Masyarai{at dengan Taman Nasional Alas Pur-wo (Studi Kasus di Dcsa Kcndalrejo Kecamatan Tcgaldlimo Kabupaten Banyuwangi Propinsi Jawa Timur), di bawah bimbingan Ir. Tutut Sunanninto, M.Si. 8erubahnya status suatu kawasan melljadi taman nasional tclah mellgakibatkan masyarakat sekitar yang sudah sejak dulu berinteraksi dengall kawasan taman nasional secara de jure kehilangan akses terhadap sumberdaya di dalam kawasan tersebut. Bahkall mcreka seringkali dianggap sebagai ancaman terhadap upaya kOllservasi dan peiestarian taman nasional. Inilah yang kemudian menyebabkan hubungan antara pengelola dengan masyarakat sekitar m e l ~ a d i kurang hannonis, dan pada akhirnya dapat memicu konflik kepentingan di antara keduallya. Tujuall pellelitian adalah ulltuk mengetahui belltuk-bentuk interaksi masyarakat sekitar dengan TNAP, mengetahui persepsi dan rnotivasi masyarakat sehubungan dengan interaksinya tersebut, dan mengetahui belltuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan TNAP. Pengumpulan data persepsi rnasyarakat dilakukan dengan wawancara semi terstruktur terhadap responden. Wawancara dilakukan dengan mendatangi langsung ke rumah tiap-tiap responden, dengan pertimbangan responden akan merasa lebih santai pad a saat mereka berada di rumah dibandingkan dengan ketika mereka sedang berada di dalam TNAP. Selain itujuga dilakukan observasi langsung ke lokasi pemanfaatan yang dilakukan masyarakat di dalam TNAP. Untuk anal isis data dilakukan dengan anal isis tabel dengan pendekatan persentase. Anal isis ini dilakukan secara deskriptif, yaitu suatu analisis yang memberikan penjeIasan, keterangan, dan gambaran tentang subyek penelitian. Bentuk interaksi masyarakat dengan TNAP yang teramati adalah kegiatan pemungutan hasil hutan yang ada di dalam taman nasional tersebut dan pelibatan masyarakat dalam kegiatan wisata di TNAP. Pemungutan hasil hutan terjadi di tiga lokasi yang berbeda, yaitu di sekitar pantai untuk memungut biota Iaut, pemungutan di perairan mangrove atau caca/an, dan terakhir pemungutan hasil hutan. Biota laut yang dipungut oleh masyarakat antara lain kremis, udoJ1g bwong atau lobster dan ikan laut, kerang kUlVUk, dan rumput Iaut atau mbulung. Oi perairan mangrove masyarakat biasa memungut kerang, kepiting, udang dan ikan. HasH dad hutan alam yang dipungut masyarakat berupa madu hutan, kayu bakar, bambu, manon, pupus atau daun muda dad pohon gebang, dan buah-buahan seperti kemiri, melinjo, dan kedawung. 8eberapa pemungut ada yang sangat tergantung kepada peran pengepul, yaitu pada pemanfaatan kremis, lobster, kerang kuwuk, kerang, kepiting, udang, manon dan jJlfPllS gebang. Sedangkan untuk ikan, madu, kayu bakar, dan bambu biasa dijual langsung oleh pelllungut ke konsumen ataupun ke pasar lokal, tetapi bisajuga dijual kepada pengepu1. Jumlah seluruh responden yang diwawancarai adalah 65 orang, terdiri dari 50 orang kepala keluarga. Data keseluruhan responden digunakan untuk membahas karakteristik responden yang berkaitan dengan usia dan tingkat pendidikannya. Sedangkan untuk infonnasi yang berkaitan dengan kondisi ekonomi responden, menggunakan keluarga sebagai unit analisis terkecilnya. Responden terbanyak (32 orang atau 49,2 %) yang melakukan pemungutan hasiI hutan ada1ah pada kisaran usia antara 35-54 tahun. Urutan kedua (22 orang) adalah responden yang berumur 16-34 tahun. Kelompok umur yang paling sedikit melakukan kegiatan pemungutan adalah mereka yang berusia di atas 54 tahun (1 J orang). Sebagian besar responden, yaitu 45 orang (69,3 %) adalah gabungan dari mereka yang tidak pernah menikmati pendidikan formal apapun dan yang tidak sempat menyelesaikan pendidikan sekolah dasar. Proporsi terbanyak kedua (18 orang) adalah responden yang berhasil menyelesaikan pendidikan sampai tingkat sekolah dasar. Selanjutnya terdapat masing-masing seorang responden yang telah menyelesaikan pendidikan hingga SMP dan SMA. Sebesar 66 % (33 orang) adalah kelompok petani penyewa dan orang-orang yang tidak memiliki dan tidak menyewa lahan atau dapat dikatakan sebagai lUna kisma atau tidak beriahan. Para luna kisma ini termasuk buruh tani, pemungut bambu, pemungut lobster, pedagang dan buruh bangunan. lumlah kepala keluarga yang memi1iki sawah hanya J 7 orang (34 %), dengan sebaran luas kepemilikan lahan yang tidak merata. Yaitu terakumulasinya kepemilikan pada luas lahan tersempit 0,2 hal, sebanyak 8 kepala keluarga. Jumlah terbesar responden (34 %) bermatapencaharian utama sebagai petani pemilik, yaitu 17 kepala keluarga. Angka ini adalah proporsi terbesar dari ketujuh jenis matapencaharian yang ada. Tetapi ini merupakan jumlah semu, sebab justru prosentase terbesar dari total responden adalah jika kategori non pertanian digabungkan. Yaitu sebanyak 22 kepala keluarga berprofesi sebagai buruh tani, pemungut hasil hutan, pedagang, dan buruh b a n g ~ . m a n . Bahkan 13 kepala keluarga di antaranya mengakui bahwa sumber utama pendapatan mereka berasal dari hasil pemungutan lobster dan pemungutan bambu dari dalam taman nasional. Kegiatan pemungutan yang dilakukan masyarakat juga dipengaruhi oleh keterlibatan mereka dalam melaksanakan kewajiban sosialnya, yaitu tradisi/kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan bennasyarakat di Desa Kendalejo. Seperti perayaan pernikahan, khitanan, dan juga kegiatan membangun rumah. Mereka merasa wajib menghadiri undangan dan menyumbang atau memberikan sesuatu kepada orang yang mengundang pada acara hajalan tersebut. Yang selalu menjadi permasalahan dalam kegiatan pemungutan yang diiakukan Illasyarakat, seiallla ini adaiah bahwa selain memberikan nikai ekonomis kepada masyarakat, kegiatan ini juga cenderung berakibat rusaknya sumberdaya a1am tersebut. Sejalan dengan tulisan Aliadi (in. prep), yang menyatakan bahwa ketika posisi masyarakat lokal dan pengelola kawasan lindung yang selalu berseberangan ini membuktikan bahwa hubungan yang terjadi di antara keduanya tidak harmon is. maka jika konflik tersebut Illenjadi berkelanjutan, suatu hal yang sangat merugikan bagi sumberdaya yang ada di dalamnya, terutama sumberdaya hayati. Pengeioia taman nasional memiliki aturan atau pengkategorian. gangguan, pertama adalah kategori tingkat peianggaran tillggi, yaitu semua bentuk kegiatan yang mengakibatkan kematian atau hilangnya suatu sumberdaya, seperti perburuan burung. perburuan tradisional, perburuan liar, penebangan pohon, menggunakan bom di laut, dan membakar hutan, Tindakan pengamanan yang diambil oleh pengelola adalah dengan menangkap peJaku beserla barang buktinya. Kategori gangguan dengan tingkat peianggaran sedang meliputi pemungutan bambu dan gebang. Kegiatan pemungutan kayu bakar dan hasil hutan lainnya termasuk ke daiam kategori gangguan dengan tingkat pelanggaran rendah. Berdasarkan iaporan kegiatan potret desa sekitar taman nasionai direkomendasikan beberapa alternatif kegiatan yang bisa ditawarkan kcpada masyarakat. Untuk pemungutan lobster, ditekankan oleh pengeJola sebagai kegiatan yang dilarang, mengingat jenis yang ditangkap oleh masyarakat merupakan jenis yang dilindungi dengan undang-undang. Pengelola TNAP sebenarnya sudah mengusulkan pembagian zonasi baru dalam laporan evaluasi penataan zonasi TNAP. Pada Blok Marengan (50 Ha) rencananya akan dijadikan zona pemanfaatan tradisional bagi kegiatan pcmungutan cabe jawa. Selain itu di Wilayah Segoro Anak ( 10 Ha), juga diusulkan menjadi zona pemanfaatan tradisional. Oi samping mcnjadi tempat kegiatan pemungutan bagi masyarakat, rencananya wilayah ini juga akan dikelola sebagai tempat atraksi wisata. Sedangkan untuk kegiatan pemanfaatan yang termasuk dalam zona pemanfaatan intensif untuk wisata di Plengkung, dalam pengembangan selanjutnya akan ditetapkan wilayah seluas 50 ha di darat dan 150 ha di wilayah perairan. Selain itu, masih ada beberapa lokasi yang rencananya akan dijadikan zona pemallfaatan intensif, yaitu di Sembulungan (50 hal; Batu lawang (10 ha di darat dan 50 ha di wilayah perairan); Pantai Trianggulasi (SO ha), semuanya memiliki panorama pantai yang indah. Penambahan menyangkut zona pemanfaatan tradisional dan pemanfaatan intensiftersebut diambil dari zona rimba TNAP. Hampir semua responden yang .diwawancarai mengetahui akan keberadaan TNAP, dan hanya 2 orang yang mengatakan tidak tahu. Sebanyak 96,9 % respond en (63 orang) dari mereka yang mengelahui keberadaan TNAP, juga mengetahui larangan-Iarangan yang diberlakukan di dalam kawasan. Dari seluruh responden yang mengetahui larangan-Iarangan di kawasan TNAP, yang juga tahu akan arti peiestarian adalah 51 orang. Persepsi masyarakat ten tang manfaat taman nasional memang sebagian besar masih terbatas pada manfaat ekonomi. Hal ini sesuai dengan kenyataan, bahwa masih banyak masyarakat yang menjadikan kegiatannya di dalam taman nasional sebagai kegiatan matapencailarian pokok. Meski demikian, tidak semua responden mengakui keberadaan TNAP. Jumlah responden yang mengakui TNAP adalah 36 orang dan yang tidak mengakui seballyak 7 orang. Sejumlah 30 orang responden (46,1 %) mengatakan bahwa alasan mereka melakukan kegiatan pemungutan di dalam taman nasional adalah karena keterpaksaan. Yaitu mereka tidak memiliki pekeljaan lain yang dapat dilakukan ulltuk mellyambung hidupnya. Para petani penyewa, bumh tani, dan para tuna kisma merupakan responden yang tergolong memiliki ketergantungan tinggi terhadap sumberdaya taman nasional. Yang mengemukakan alasan karena mencari penghasilan tambahan, yaitu sebanyak 23 orang (35,4 %). Motivasi ketiga adalah untuk mengisi waktu luang, alasan ini dikemukakan oleh 15 orang. Misalnya selama mereka tidak melakukan kegiatan pertanian, seperti masa-masa sesudah tanam, ataupun pada saat menunggu panen. Luas zona penyangga adalah 1.203 Ha, kawasan ini berupa hutan tanaman dan letaknya di dalam kawasan TNAP. Pihak departemen sebenarnya sudah memutuskan serah terima wilayah yang kemudiall disebut sebagai wilayah ex. zona penyangga inl melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 308/Menhutbun-IV/99 tanggal7 April 1999, tentang penetapan batas kawasan TN 8aluran dan TNAP. Pengelola TNAP merencanakan akan menetapkan beberapa lokasi yang tersebar dengan luas total 500 Ha. Wilayah ini oleh pengelola ditunjuk sebagai zona khusus, yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat desa yang sebagian besar petani dan buruh tani untuk menggarap lahan terse but dengan mengusahakan tanaman sela disamping juga melakukan pemeliharaan tanaman pokok. J ika tanaman pokok sudah tumbuh besar, rencananya akan diteruskan dengan menallam gebang. bambu dan tanaman lain yang selama ini dipungut oleh masyarakat dari dalam taman nasional. Program partisipasi masyarakat di taman nasion ai, biasanya berbentuk kegiatan "padat karya". Padat karya adalah program yang dilaksanakan untuk memberi kesempatan kerja kepada segolongan rakyat dengan tujuan untuk memberi nafkah karena adanya musibah yang mengakibatkan segolongan rakyat terse but kehilangan lapangan kerja yang biasa diupayakannya. Belltuk-bentuk program padat karya antara lain membangun dan memperbaiki jaJan yang memang sudah menjadi rencana kelja pemerintah daerah yang bersangkutan. Dari kerja itu petani mendapatkan natkah untuk hidup. Berdasarkan pengalaman, program ini sebenarnya menyentuh sedikit sekali masyarakat pemungut. Selain dari upaya-upaya di atas, pengelola juga telah beberapa kali memberikan paket bantuan pembinaan daerah penyangga yang sudah selama empat tahun berturut-turut dilaksanakan. Untuk desa Kendalrejo sendiri pernah satu kali menerima paket bantuan tersebut, yaitu pada tahun anggaran 1997- 1998. Kawasan TNAP memiliki berbagai hasil alam yang telah sejak dulu dimanfaatkan olel1 masyarakat sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan mereka. Bahkan masih banyak yang mengandalkan kegiatan pemungutan tersebut sebagai matapencaharian pokoknya. Aktivitas pemungutan ini selain memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat, juga menimbulkan dampak pad a kelestarian sumberdaya alam itu sendiri. Yang dapat dijelaskan dari hal ini adalah masih belum diakuinya kegiatan masyarakat dalam kegiatan pengeJolaan taman nasional, sehingga tidak ada suatu peraturan atau kebijaksanaan yang mengakomodir masalah inL Sehingga pada akhirnya yang menjadi korban adalah sumberdaya alam taman nasional itu sendiri. Padahal baik pengelola maupun masyarakat lokal sama-sama memiliki kebutuhan akan terjaminnya kelestarian sumberdaya alam TNAP. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan taman nasional sebagai mitra. Karel1a dengall diakuinya kegiatan pemungutan masyarakat, berarti masyarakat merasakan langsung manfaat dari keberadaan taman nasional tersebut, dan sekaligus memiliki tanggung jawab untuk menjaga keberlanjutan dari pemanfaatan yang diIakukannya. INTERAKSI MASYARAKAT SEKITAR DENGAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO (Studi Kasus Di Desa Kendalrejo Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi Propinsi Jawa Timur) Karya I1miah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kchutanan Institut Pertanian Bogor Oleh : ENDAH PRAMUSANTI E.31.0808 JURUSAN KONSERV ASI SUMBERDAY A HUT AN FAKULTASKEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2001 Judul Penelitian : INTERAKSI MASYARAKAT SEKITAR DENGAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO (Studi Kasus di Desa Kendalrejo Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi Propinsi Jawa Timur) Nama Mabasiswa : ENDAH PRAMUSANTI Nomor Pokok : E.31.0808 Tanggal Lulus : Menyetujui : Dosen Pembimbing Ir.Tutut Sunarminto, M.Si Tanggal: Mengetahui, Konservasi Sumberdaya Hutan Institut Pertanian Bogor RIWAYAT HIDUP Penulis adalah puteri pertama pasangan j3apak Djoko Sulolllo dan Ibu Sri Sulastri. Sebagai puteri sulung dari tiga bersaudara yang lahir pad a tanggai 1 Oktober 1975, penulis dikaruniai seorang adik perempuan dan seorang adik laki-laki. Penulis berkesempatan untuk menikmati pendidikan formal, mulai dari Taman Kanak-kanak Tunas Mldia (1981) di Ciracas Jakarta Timur, SD Negeri 03 Pagi Ciracas Jak3lta Timur (1982-1988), SMP Negeri 49 Jakarta Timur (1988-1991), SMA Negeri 62 Jakalta Timur (1991-1994). Pada tahun 1994 melalui jalur UMPTN penulis diterima di Intitut Pertanian Bogor. Selanjutnya, tahun 1995 penulis diterima di Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan lPB. Selain mengikuti kegiatan perkuliahan penulis juga melakukan beberapa kegiatan praktek, yaitu Praktek Umum Kehutanan di KPH Purwakarta dan KPH Bandung Utara (1996), Praktek Umum Pengelolaan Hutan di KPH Madiun (1997) dan Praktek Lapang di HTI Arara Abadi (1998). Terakhir penulis melaksanakan Praktek Khusus atau penelitian yang ditujukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB. Penelitiao yang berjudul "Interaksi Masyarakat di Taman Nasional Alas Purwo", ini mendapat bimbingan penuh dari Bapak Ir.Tutut Sunanninto, lvl.Si. Penelitian dilak-llkan di Taman Nasional Alas Purwo dan Desa Kendalrejo Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, mulai bulan September 1999 sampai pertengahan Nopember 1999. KATA PENGANTAR ALHAI\"IDULlLLAHI RABBIL' AALAMIN. Seharusnya sederhana saja tetapi kemudian menjadi rumit, karena penulis sendiri. Terlalu banyak keinginan, tapi usaha kurang. Kesadaran mulai l11uncuJ ketika penulis l1lencoba memahami bahwa tulisan ini bukanlah, kalau baleh dikatakan tidak mUllgkin menjadi abat mujarab yang bisa menyembuhkan penyakit. Harapan, usaha dan do'a merupakan sekeras- kerasnya kesanggupan daya mallusia, hanya Allah SWT yang akan menentukan hasilnya nanti. Tanpa bantuan m3syarakat desa Kendalrejo dan penerimaannya yang tulus, tulisan ini tidak akan terwujud. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada setiap orang yang telah meluangkan waktunya demi menanggapi segala pertanyaan dan rasa ingin tahu penulis. Dan penulis mohon maaf bila di antara pertanyaan tersebut tanpa sengaja bernada menyudutkan. Rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir.Tutut Sunarminto, M.Si atas kesabarannya dalam membimbing dan mengarahkan penulis. Tanpa dorollgan yang kuat dari Bapak, entah kapan penulis akan merasa siap untuk maju. Terimakasih atas kesediaan Ibu Dr.Ir.Ulfah Juniarti, M.Agr selaku wakil dosen penguji dari Jurusan Manajemen Hutan, dan Bapak Ir.Deded S. Nawawi, M.Sc. selaku wakil dosen penguji dari JlIrusan Teknologi Hasil Hutan. Penulis berhutang budi kepada pihak UPT Taman Nasional Alas Purwo, baik yang bertugas di kata Banyuwangi dan terlebih Bapak dan Ibu Petugas di Pasar Anyar. Mas Gatat "Ajir" Sujirno dan Mas Marni, terima kasih atas bantuan dan arahannya yang 1ak ternilai selarna pelaksanaan penelitian. Terirna kasih atas dorongan dan toleransi ternan-ternan yang sangat besar terhadap temperamen penulis yang buruk ketika penulis mengaiami frustasi akibat kemacetan dalam proses penulisan skripsi ini, dan ketika kemacetan itu kemudian tumbuh menjadi kebiasaan. Penulis juga sangat berhutang budi kepada Mas Bowie atas kesediaan dan keikhlasannya mentransfer pengetahuan yang sangat berharga selama inL Terutama sekali penlllis mempersembahkan tulisan ini kepada Bapak dan Ibu yang merupakan semangat, pendukung dan motivator utama yang telah dengan sabar mempercayai penlliis melakukan segal a keinginannya. Semoga segala jerih payah yang telah diberikan seiama ini akan diterima dan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Akhirnya, harapan penlllis semoga tulisan yang masih jauh dari sempurna ini bisa memberikan informasi bagi keingintahuan. Juga baik penulis dan siapapun hendakllya mau untuk terus belajar dan merefleksi diri atas tindakannya selama ini, dengall segala keikhlasan hati. Bogor, Pebrllari 200 I Penuiis