Anda di halaman 1dari 4

FUNGSI RUANG PARIWISATA DI KECAMATAN KUTA BALI TAHUN 2005 ADITYA PUTRA (039906003Y)

PEMBIMBING 1 = Dra. M.H. DEWI SUSILOWATI, M.Si PEMBIMBING 2 = Drs. DJAMANG LUDIRO, M.Si PENGUJI 1 = DR. Rer. nat. Eko Kustratmoko, MS PENGUJI 2 = Dra. Tuty Handayani, M.Si PENGUJI 3 = Dra. Astrid Damayanti, M.Si

Bab I. Pendahuluan 1. Latar belakang Young dan Smith (lihat Burton, 2000:77) menyatakan bahwa variasi perkembangan sebuah resort dapat dikenali dari tingkat perubahan penggunaan lahan, dari sejak tourist pertama ka datang li di daerah tujuan dalam kondisi belum terbangun sampai pada akhirnya tahap terakhir pada saat resort wisata sudah terbangun dengan segala kelengkapannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan di suatu ruang akan mengubah fungsi dari ruang itu sendiri, dalam konteks pariwisata maka ruang tersebut pada akhirnya meiliki fungsi ruang pariwisata dengan segala kelengkapannya. Dalam pariwisata, selain objek wisata (atraksi) itu sendiri maka ada factor-faktor yang mempengaruhi wisatawan untuk datang berkunjung ke daerah pariwisata yaitu unsure aksesbilitas, yang meliputi sarana dan prasarana transportasi, serta unsur amenitas yaitu unsur fasilitas pariwisata yang meliputi fasilitas akomodasi, fasilitas restoran, dan fasilitas belanja. Pulau Bali memiliki daya tarik wisata yang cukup tinggi, berbagai macam objek wisata terdapat di pulau yang berjulukan pulau dewata ini, dari mulai wisata alam, budaya, seni, sampai wisata sejarah. Keindahan pantai yang dipadukan dengan budaya masyarakat lokal yang mayoritas memeluk agama hindu merupakan keunikan tersendiri dari sebuah daerah wisata yang dapat dirasakan oleh wisatawan. Dengan beragam objek wisata dan kemudahan aksesbilitas (adanya bandara internasional ngurah rai), serta kelengkapan fasiltas penunjang pariwisata, maka pulau bali merupakan salah satu primadona pariwisata di Indonesia. Pantai kuta sebagai salah satu objek wisata pulau bali mulai berkembang sebagai daerah tujuan wisata pada sekitar tahun 1970. Hussey (lihat Burton, 2000:79) menemukan banyak perubahan yang terjadi di Kuta Bali, antara tahun 1970-1984 ketika perubahan terjadi dari sebuah desa kecil menjadi resor dengan kunjungan 60.000 wisatawan per tahun. Perkembangan sector pariwisata yang terjadi di kecamatan kuta ternyata belum mengubah total fungsi daerah tersebut menjadi fungsi pariwisata, di beberapa bagian masih berfungsi sebagai daerah permukiman terutama di bagian selatan dan barat kecamatan kuta. Sebagai sebuah resort wisata dengan kunjungan wisatawan yang sangat tingg maka kecamatan i kuta dengan kelengkapan fasilitas pariwisatanya, tentunya menjadi peluang bagi terserapnya tenaga kerja yang bertempat tinggal di kecamatan kuta dan sekitarnya, baik yang bertempat tinggal di lingkungan kabupaten Badung maupun yang bertempat tinggal di luar kabupaten Badung.

2. Masalah Bagaimana fungsi ruang pariwisata di kecamatan kuta bali dan kaitannya dengan tempat tinggal tenaga kerja? 3. Metodologi penelitian Daerah penelitian adalah kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Langkah penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis secara deskriptif menggunakan teknik pertampalan (overlay). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah fasilitas akomodasi, fasilitas belanja, fasilitas restoran, jaringan jalan, dan tempat tinggal tenaga kerja bidang pariwisata. 1. Pengumpulan data Berdasarkan variabel variabel yang telah disebutkan maka data yang dikumpulkan adalah : 1. Peta administrasi Kecamatan Kuta dari Bappeda Kab. Badung 2. Peta penggunaan tanah tahun 2004 dari Bappeda Kab. Badung 3. Peta jaringan jalan tahun 2004 dari Bappeda Kab. Badung 4. Data jumlah penduduk dan mata pencaharian penduduk 5. Data jumlah dan jenis akomodasi wisata tahun 2004 dari Dinas Pariwisata Kabupaten Badung
Data primer yang diperoleh tahun 2005 : 1. a. b. c. d. Survei lapang untuk mengetahui : Data jumlah dan sebaran fasilitas akomodasi Data jumlah dan sebaran fasilitas belanja Data jumlah dan sebaran fasilitas restoran Perubahan penggunaan tanah dan jaringan jalan

2. Menyebarkan kuesioner kepada tenaga kerja yang bekerja pada sector fasilitas wisata untuk mengetahui daerah tempat tinggalnya. 3. Sampel responden tenaga kerja diambil secara random berdasarkan region dimana tenaga kerja dianggap homogeny, dan setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih.

2. Pengolahan data Membagi kecamatan kuta menjadi 36 unit analisis yang dibatasi oleh jaringan jalan, dengan asumsi aksesbilitas dari objek wisata ke fasilitas wisata mempunyai karakteristik yang sama yaitu waktu tempuh yang relatif sama dengan berjalan kaki. 3. Analisis data Data yang telah diolah kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan teknik pertampalan peta (overlay) 1. Menganalisis pola persebaran lokasi fasilitas akomodasi wisata tahu 2005 2. Menganalisis pola persebaran lokasi fasilitas belanja tahun 2005 3. Menganalisis pola persebaran lokasi fasilitas restoran tahun 2005 4. Menganalisis fungsi ruang pariwisata beserta fasilitas pelengkapnya menggunakan teknik pertampalan (overlay)

5. Menganalisis pola domisili tenaga kerja yang bergerak di sector fasilitas wisata tahun 2005

Bab II. Hasil dan Pembahasan

2.1 Fungsi Ruang Pariwisata


Fungsi ruang pariwisata dapat dilihat dari keberadaan akomodasi wisata di suatu daerah /unit analisis. Perkembangan pariwisata di Kecamatan Kuta dimulai dari ketersediaan akomodasi bagi wisatawan yang terkonsentrasi di sepanjang Pantai Kuta yang meru pakan objek wisata utama di Kecamatan kuta. Pada masa awal perkembangan wisata di Kecamatan Kuta, fasilitas akomodasi ini masih berupa home stay (rumah-rumah penduduk sebagai akomodasi wisata), yang berada di sebelah timur Pantai Kuta, yang sekaang dikenal dengan Jl. Benesari, Jl. Poppies I, Jl. Poppies II, dan Jl. Pantai Kuta. Perkembangan pariwisata di Kecamatan Kuta berkembang mulai dari obyek wisatanya maupun fasilitas wisatanya dengan segala macam jenisnya dan lokasinya menyebar ke rah utara (Pantai Legian dan Pantai Seminyak), timur (Jl. Raya Legian) dan selatan (Pantai Tuban dan Pantai Kedonganan), sehingga mengubah fungsi permukiman yang sebelumnya ada menjadi fungsi pariwisata. Fungsi ruang pariwisata primer terkonsentrasi di bagian barat daerah penelitian dan berada di sekitar obyek wisata utama yaitu di sepanjang Pantai Kuta, Pantai Legian, Pantai Seminyak, dan Pantai Tuban. Fungsi ruang pariwisata sekunder berada di bagian timur dari fungsi primer dan posisinya menjauhi obyek wisata utama kea rah timur. Fungsi ruang pariwisata tersier tersebar di sebelah timur fungsi primer maupun sekunder, sedangkan wilayah yang tidak memiliki fungsi ruang pariwisata terkonsentrasi di bagian paling timur dari daerah penelitian yang berbatasan dengan Kota Denpasar dan di bagian selatan daerah penelitian mulai dari Bandara Internasional Ngurah Rai ke arah selatan sampai batas kecamatan Kuta dengan Kecamatan Kuta Selatan.

2.5. Rasio Tempat Tinggal Tenaga Kerja


Di Kecamatan Kuta terdapat kebiasaan yang menarik terkait dengan tenaga kerja di kecamatan Kuta terutama tenaga kerja pada sector pariwisata. Lahan yang digunakan untuk sector pariwisata sepenuhnya adalah milik masyarakat Bali maupun merupakan tanah adat, ketika perkembanga n pariwisata berjalan pesat, dan investor dari luar mulai masuk, maka masy arakat Bali merelakan tanahnya untuk dijadikan fasilitas wisata seperti fasilitas akomodasi, restoran, maupun fasilitas belanja. Terkait dengan perkembangan fasilitas wisata terdapat hal yang menarik dari kebiasaan masyarakat Bali adalah ketika tanahnya direlakan untuk dijadikan fasilitas wisata, maka mereka tidak menjual tanah tersebut, tetapi hanya menyewakan saja, dan biasanya tempat tinggal mereka tidak pindah dan berada di belakang fasilitas wisata tersebut. Kebiasaan lain yang sangat mempengaruhi tenaga kerja di Bali adalah factor tenaga kerja local, akan sangat sulit bagi pendatang apabila ingin mencari kerja terutama di bidang pariwisata yang telah dikuasai sebelumnya oleh orang-orang Bali, mereka lebih mengutamakan orang Bali yang bekerja daripada pekerja yang datang dari luar Bali.

Tenaga kerja yang bekerja di Kecamatan Kuta terutama untuk sector afsilitas wisata pada umumnya memiliki pola yang sama, rasio tenaga kerja yang bertempat tinggal di Kecamatan Kuta dominan di semua unit analisis yang terdapat fasilitas wisata, dengan persentase terbesar terdapat di unit analisis 25 sebesar 92%, yang kemudian diikuti oleh unit analisis 10 sebesar 75% dan unit analisis 23 sebesar 75%, sedangkan yang terendah terdapat di unit analisis 27 dengan 40%.

2.6.Kaitan Fungsi Pariwisata dengan Tempat Tinggal Tenaga Kerja


Tenaga kerja bidang pariwisata yang bekerja pada sektor fasilitas wisata pada region dengan fungsi ruang pariwisata primer memiliki rasio tenaga kerja yang bertempat tinggal dalam Kecamatan Kuta adalah sebesar 62,2%, tenaga kerja yang bertempat tinggal di dalam Kabupaten Badung sebesar 18,7% dan tenaga kerja yang bertempat tinggal di luar Kabupaten Badung sebesar 19,1%. Region yang terletak di bagian barat daerah penelitian ini dan jaraknya paling dekat dengan obyek wisata utama yaitu Pantai Kuta dan juga lokais fasilitas wisatanya berbaur dengan permukiman penduduk terutama pada unit analisis 16, dimana Hotel Melati, fasilitas belanja, maupun fasilitas restoran tersebar di jalan-jalan lingkungan, sehingga peluang penyerapan tenaga kerja local terutama yang berada di sekitar lokasi fasilitas menjadi besar. Region yang memiliki fungsi ruang pariwisata sekunder memiliki rasio tenaga kerja 65,8% untuk tenaga kerja yang bertempat tinggal di Kecamatan Kuta, 19,2% untuk tenaga kerja yang bertempat tinggal di dalam atu kabupaten dan 15,02% untuk tenaga kerja yang bertempat tinggal di luar Kabupaten Badung. Region fungsi ruang pariwisata tersier yang terletak di sebelah selatan dan timur daerah penelitian memiliki rasio tenaga kerja 60,2% untuk tenaga kerja yang bertemapt tinggal di Kecamatan Kuta, 16,3% untuk tenaga kerja yang bertempat tinggal dalam satu Kabupaten Badung, dan 23,5% untuk tenaga kerja yang bertempat tinggal di luar kabupaten Badung. Perbandingan untuk tenaga kerja yang berdomisli di luar Kabupaten Badung lebih besar dibandingkan dengan region sekunder maupun primer. Dilihat dari posisi unit-unit analisis dengan fungsi tersier yang tersebar di bagian timur daerah penelitian dan dilalui oleh Jl. Arteri maupun Jl. Kolektor sehingga aksesbilitasnya menjadi lebih baik, dan memudahkan perkera yang berdomisili di luar Kabupaten Badung untuk mencapai lokasi kerja yang terdapat di unit-unit analisis tersebut.

BAB III. KESIMPULAN


Fungsi ruang pariwisata primer dengan fasilitas lengkap berada di bagian barat daerah penelitian sepanjang garis pantai yang merupakan objek wisata utama di kecamatan Kuta, sedangkan ke arah timur dan selatan menjauhi objek wisata utama maka fungsi ruang pariwisata semakin rendah dengan tingkat kelengkapan fasilias yang bervariasi Tenaga kerja yang bekerja pada fasilitas wisata di kecamatan kuta umumnya memiliki pola yang sama pada setiap unit analisis yaotu didominasoi oleh tenaga kerja yang berdomosili di kecamatan kuta. Pada region fungsi ruang pariwisata tersier yang terletak dibagian timur darerah penelitian, tenaga kerja yang berdomosili di luar kabupaten badung memiliki presentase yang lebih besar dibandingkan region fungsi primer maupun sekunder , hal ini dipengaruhi oleh lokasi region yang berbatasan langsung dengan kecamatan ataupun kabupaten lain dan akses menuju lokasi kerja yang mudah.

Anda mungkin juga menyukai