PEMBIMBING 1 = Dra. M.H. DEWI SUSILOWATI, M.Si PEMBIMBING 2 = Drs. DJAMANG LUDIRO, M.Si PENGUJI 1 = DR. Rer. nat. Eko Kustratmoko, MS PENGUJI 2 = Dra. Tuty Handayani, M.Si PENGUJI 3 = Dra. Astrid Damayanti, M.Si
Bab I. Pendahuluan 1. Latar belakang Young dan Smith (lihat Burton, 2000:77) menyatakan bahwa variasi perkembangan sebuah resort dapat dikenali dari tingkat perubahan penggunaan lahan, dari sejak tourist pertama ka datang li di daerah tujuan dalam kondisi belum terbangun sampai pada akhirnya tahap terakhir pada saat resort wisata sudah terbangun dengan segala kelengkapannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan di suatu ruang akan mengubah fungsi dari ruang itu sendiri, dalam konteks pariwisata maka ruang tersebut pada akhirnya meiliki fungsi ruang pariwisata dengan segala kelengkapannya. Dalam pariwisata, selain objek wisata (atraksi) itu sendiri maka ada factor-faktor yang mempengaruhi wisatawan untuk datang berkunjung ke daerah pariwisata yaitu unsure aksesbilitas, yang meliputi sarana dan prasarana transportasi, serta unsur amenitas yaitu unsur fasilitas pariwisata yang meliputi fasilitas akomodasi, fasilitas restoran, dan fasilitas belanja. Pulau Bali memiliki daya tarik wisata yang cukup tinggi, berbagai macam objek wisata terdapat di pulau yang berjulukan pulau dewata ini, dari mulai wisata alam, budaya, seni, sampai wisata sejarah. Keindahan pantai yang dipadukan dengan budaya masyarakat lokal yang mayoritas memeluk agama hindu merupakan keunikan tersendiri dari sebuah daerah wisata yang dapat dirasakan oleh wisatawan. Dengan beragam objek wisata dan kemudahan aksesbilitas (adanya bandara internasional ngurah rai), serta kelengkapan fasiltas penunjang pariwisata, maka pulau bali merupakan salah satu primadona pariwisata di Indonesia. Pantai kuta sebagai salah satu objek wisata pulau bali mulai berkembang sebagai daerah tujuan wisata pada sekitar tahun 1970. Hussey (lihat Burton, 2000:79) menemukan banyak perubahan yang terjadi di Kuta Bali, antara tahun 1970-1984 ketika perubahan terjadi dari sebuah desa kecil menjadi resor dengan kunjungan 60.000 wisatawan per tahun. Perkembangan sector pariwisata yang terjadi di kecamatan kuta ternyata belum mengubah total fungsi daerah tersebut menjadi fungsi pariwisata, di beberapa bagian masih berfungsi sebagai daerah permukiman terutama di bagian selatan dan barat kecamatan kuta. Sebagai sebuah resort wisata dengan kunjungan wisatawan yang sangat tingg maka kecamatan i kuta dengan kelengkapan fasilitas pariwisatanya, tentunya menjadi peluang bagi terserapnya tenaga kerja yang bertempat tinggal di kecamatan kuta dan sekitarnya, baik yang bertempat tinggal di lingkungan kabupaten Badung maupun yang bertempat tinggal di luar kabupaten Badung.
2. Masalah Bagaimana fungsi ruang pariwisata di kecamatan kuta bali dan kaitannya dengan tempat tinggal tenaga kerja? 3. Metodologi penelitian Daerah penelitian adalah kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Langkah penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis secara deskriptif menggunakan teknik pertampalan (overlay). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah fasilitas akomodasi, fasilitas belanja, fasilitas restoran, jaringan jalan, dan tempat tinggal tenaga kerja bidang pariwisata. 1. Pengumpulan data Berdasarkan variabel variabel yang telah disebutkan maka data yang dikumpulkan adalah : 1. Peta administrasi Kecamatan Kuta dari Bappeda Kab. Badung 2. Peta penggunaan tanah tahun 2004 dari Bappeda Kab. Badung 3. Peta jaringan jalan tahun 2004 dari Bappeda Kab. Badung 4. Data jumlah penduduk dan mata pencaharian penduduk 5. Data jumlah dan jenis akomodasi wisata tahun 2004 dari Dinas Pariwisata Kabupaten Badung
Data primer yang diperoleh tahun 2005 : 1. a. b. c. d. Survei lapang untuk mengetahui : Data jumlah dan sebaran fasilitas akomodasi Data jumlah dan sebaran fasilitas belanja Data jumlah dan sebaran fasilitas restoran Perubahan penggunaan tanah dan jaringan jalan
2. Menyebarkan kuesioner kepada tenaga kerja yang bekerja pada sector fasilitas wisata untuk mengetahui daerah tempat tinggalnya. 3. Sampel responden tenaga kerja diambil secara random berdasarkan region dimana tenaga kerja dianggap homogeny, dan setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih.
2. Pengolahan data Membagi kecamatan kuta menjadi 36 unit analisis yang dibatasi oleh jaringan jalan, dengan asumsi aksesbilitas dari objek wisata ke fasilitas wisata mempunyai karakteristik yang sama yaitu waktu tempuh yang relatif sama dengan berjalan kaki. 3. Analisis data Data yang telah diolah kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan teknik pertampalan peta (overlay) 1. Menganalisis pola persebaran lokasi fasilitas akomodasi wisata tahu 2005 2. Menganalisis pola persebaran lokasi fasilitas belanja tahun 2005 3. Menganalisis pola persebaran lokasi fasilitas restoran tahun 2005 4. Menganalisis fungsi ruang pariwisata beserta fasilitas pelengkapnya menggunakan teknik pertampalan (overlay)
5. Menganalisis pola domisili tenaga kerja yang bergerak di sector fasilitas wisata tahun 2005
Tenaga kerja yang bekerja di Kecamatan Kuta terutama untuk sector afsilitas wisata pada umumnya memiliki pola yang sama, rasio tenaga kerja yang bertempat tinggal di Kecamatan Kuta dominan di semua unit analisis yang terdapat fasilitas wisata, dengan persentase terbesar terdapat di unit analisis 25 sebesar 92%, yang kemudian diikuti oleh unit analisis 10 sebesar 75% dan unit analisis 23 sebesar 75%, sedangkan yang terendah terdapat di unit analisis 27 dengan 40%.