Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkambangan merupakan suatu seri perbuatan menurut aturan-aturan tertentu dari keadaan semula menjadi keadaan yang lebih lengkap atau lebih matang (nature)1. Perkembangan terjadi dengan teratur, dimana tiap tingkat perkembangan mempunyai hubungan tertentu dengan tingkat berikutnya. Suatu yang terjadi pada tingkat perkembangan akan diteruskan pada tingkat berikutnya dan bahkan mempengaruhi perkembangan pada tingkat selanjutnya. Tingkat perkembangan

berikutnya adalah hasil dari tingkat perkembangan sebelumnya, jadi bukan sekedar penambahan cirri-ciri baru dari tingkat perkembangan

sebelumnya. Ada dua cirri-ciri perubahan pokok dari pertumbuhan dan

perkembangan yaitu: 1. Adanya penambahan ukuran/berat serta perbedaan perbandingan. 2. Hilangnya cirri-ciri yang lama dan munculnya cirri-ciri yang baru. Dalam hal yang pertama, pada anak yang tumbuh dan berkembang secara normal, akan tampak perubahan ukuran jasmaniah sejalan dengan
1

H. Abu Ahmadi Psikologi Pendidikan Pustaka setia Bandung 2005 H. 16

bertambahnya umur anak. Ukuran-ukuran badan akan bertambah besar baik yang tampak (kaki, tangan, tinggi badan dan lain-lain) maupun yang tak tampak (jantung, paru-paru, ginjal dan lain-lain). Bidang rohani pun mengalami perubahan, yaitu bertambahnya kemampuan, kesanggupan untuk mengamati, perubahan mengingat, merasa dan sebagainya, sejajar dengan perubahan jasmani. Jiwa yang sehat akan berkembang sejalan dengan pertumbuhan jasmani yang sehat pula. Dalam hal yang kedua, sejak anak yang masing-masing diganti gigi baru, rambut baru, dan kemampuan bicara. Dengan pengertian yang baru ini, memungkinkan anak untuk makan makanan keras, menjaga kulit, dan berkomunikasi. Penelitian dibidang kedokteran menunjukkan bahwa perubahan itu banyak dipengaruhi oleh kelenjar-kelenjar tubuh. Misalnya pada masa kanak-kanak, ada dua kelenjar yang menyebabkan pesatnya pertumbuhan anak, yaitu kelenjar hymus yang berada di balik tulang dada dan kelenjar pineal yang terletak didasar otak. Kelenjar-kelenjar tersebut mencapai pertumbuhan maksimum pada masa kanak-kanak (7 tahun), kemudian lambat laun menurun ukuran dan pengaruhnya menjelang masa pubertas. Lenyapnya pengaruh dari berbagai kelenjar disusul dengan tumbuhnya kelenjar baru, yang semula belum berfungsi, yaitu kelenjar kelamin. Kelenjar kelamin ini menghasilkan hormon-hormon (endrogen) yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan fisik pada masa pubertas.

Apabila mengalami kekurangan hormon ini, maka anak akan mengalami kelambatan dalam mencapai kedewasaannya. Anak-anak akan tetap bersifat kekanak-kanakan, meskipun umurnya telah lanjut. Sebaliknya kalau kelebihan hormon, maka anak akan dewasa sebelum waktunya. Dibidang rohani juga terdapat cirri-ciri baru dalam proses

perkembangannya. Kalau semula anak egosentrisme, lambat laun menjadi social. Kalau dulu hidupnya penuh fantasi, lambat laun berubah menyenangi kenyataan. Demikian pula dalam berpikir, berperasaan, berkemauan, dan lain-lain, ikut berkembang. Permasalahan yang penulis ingin teliti dalam hal ini khususnya di SDN Kebon Kecamatan Kasemen adalah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan dan perkembangan mental seluruh siswa. 2. Perubahan fisik dan mental siswa. 3. Hubungan pertumbuhan dan perkembangan mental siswa dangan bentuk tubuh serta tingkah laku siswa. Dalam periode konkret-operasional yang berlangsung hingga usia menjelang remaja, anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu kedalam system pemikirannya sendiri.

Satuan langkah berpikir anak terdiri atas aneka ragam operation (tatanan langkah) yang masing-masing berfungsi sebagai skema kognitif khusus yang merupakan perbuatan intern yang tertutup (interiorized action) yang dapat dibolak-balik atau ditukar dengan operasi-operasi lainnya. Satuan langkah berpikir anak kelak akan menjadi dasar terbentuknya intelegensi intuitif. Intelegensi, menurut Piaget, bukan sifat yang biasanya digambarkan dengan skor IQ itu. Intelegensi adalah proses, tahapan atau, langkah operasional tertentu yang mendasari semua pemikiran dan pengetahuan manusia, disamping merupakan proses pembentukan pemahaman. Dalam intelegensi operasional anak yang sedang berada pada tahap konkret-operasional terdapat system operasi kognitif ang meliputi: 1) conservation; 2) addition pf classes; 3) multiplication of classes. Penjelasan selanjutnya mengenai tiga macam operasi kognitif ini sebagai berikut. Conservation (konservasi/pengekalan) adalah kemampuan anak dalam memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti volume dan jumlah. Anak yang mampu mengenali sifat kuantitatif sebuah benda akan akan tahu bahwa sifat kuantitatif benda tersebut tidak akan berubah secara sembarangan. Jumlah cairan dalam sebuah bejana tidak akan berubah meskipun dituangkan kedalam bejana lainnya yang lebih besar ataupun lebih kecil. Begitu juga jumlah benda-benda padat seperti kelereng dan sebagainnya, tak akan berubah hanya dengan mengubah tatanannya.

Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh keturunan atas kecerdasan. Dari penelitian-penelitian itu terbukti bahwa kecerdasan itu memang diwarisi, artinya kecerdasan seorang anak dipengaruhi oleh kecerdasan ibu bapaknya, atau oleh nenek-moyangnya sesuai dengan hokum warisan/keturunan. Maka orang yang cerdas, kemungkinan besar anaknya akan cerdas pula. Akan tetapi, jika tidak mendapat kesaempatan dan lingkungan yang baik untuk berkembang, maka kecerdasan itu tidak akan mencapai kemampuannya yang maksimal. Seperti bibit tanaman yang baik, jika dibiarkan tumbuh diatas tanah yang kering, tidak dipelihara dan dibiarkan saja dipenuhi oleh rumput, maka tanaman tadi akan merana dan tidak akan memberikan hasil sebagaimana diharapkan. Mengenai pengaruh kesehatan mental atas pikiran, memang besar sekali. Di antara gejala yang bisa kita lihat yaitu: sering lupa, tidak bisa mengkonsentrasikan pikiran tentang suatu hal yang penting, kemampuan berpikir menurun, sehingga orang merasa seolah-olah ia tidak cerdas, pikirannya tidak bisa digunakan dan sebagainya. Jika kita dapati anak-anak bodoh disekolah, tidak mau belajar, pelupa dan sebagainya, belum tentu akibat kecerdasannya yang terbatas, akan tetapi mungkin sekali (dan ini yang banyak kejadian), ia tidak mampu menggunakan kecerdasannya. Bukan karena bodoh, tetapi karena tidak ada

ketenangan jiwa padanya. Terganggunya ketenangan jiwa si anak disebabkan terutama oleh ibu-bapaknya. Perlakuan orangtua yang terlalu keras, tidak banyak mempedulikan kepentingan si anak, suka membandingkan dengan anak lain, terlalu banyak campur tangan dan sebagainya, ketenangan jiwa si anak. Banyak sekali anak-anak menjadi pemalas belajar dan bodoh disekolah, karena orangtuanya sering bertengkar atau tidak ada saling pengertian dan penghargaan antara ibu dan bapak. Contoh yang menarik ialah seorang anak laki-laki berumur 11 tahun, anak kedua dari 6 orang bersaudara. Kesukaran yang dideritanya, disamping ia bodoh di sekolah, pemalas, tidak mau belajar di rumah, juga menderita gangguan jiwa yang lain, yaitu keras kepala dan sering berkelahi. Walapun ia pendiam, tapi dalam bergaul dengan kawankawannya atau adik-adiknya sering terjadi perkelahian. Karena bodohnya di sekolah, ia dipaksa belajar tambahan di rumah yang diberikan oleh guru khusus tiap hari. Tiap tahun dia naik kelas, tetapi selalu dengan angka rendah. Dari uraian di atas penulis merasa termotivasi untuk mengtetahui sampai sejauh mana pertumbuhan dan perkembangan mental siswa dengan baik dan rinci semoga tidaklah berlebihan jika penulis mengangkat menyebabkan hilangnya

masalah-masalah yang terjadi pada diri siswa sebagai bahan penyusunan skripsi dengan mengambil judul: HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN FISIK MANUSIA

DENGAN PERKEMBANGAN MENTAL SISWA DI SDN KEBON KECAMATAN KASEMEN.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas identifikasi masalah yang dibahas adalah: 1. Adakah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan mental siswa? 2. Apakah yang menyebabkan rendahnya mental pada diri siswa? 3. apakah faktor yang mengganggu kesehatan mental siswa? 4. Upaya apa yang dilakukan untuk memperbaiki mental siswa?

C. Pembatasan Masalah Menurut DR. Sri Rahayu Pudjiastuti, M.Pd. dalam bukunya berjudul Metode Penelitian Pendidikan, dikatakan bahwa pembatasan masalah

dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus dan tidak melenceng kemana-mana2. Untuk mempermudah kajian teoritis dan didasarkan pada pendapat diatas, penulis membatasi pada permasalahan pertumbuhan dan

perkembangan mental siswa yaitu: 1. Adakah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan mental siswa? 2. Apakah yang menyebabkan rendahnya mental pada diri siswa? 3. apakah factor yang mengganggu kesehatan mental siswa?

D. Perumusan Masalah Perumusan masalah dibagi menjadi tiga langkah: 1. Bagaimana hubungan antara pertumbuhan fisik manusia dengan perkembangan mental siswa? 2. Adakah hubungan antara pertumbuhan fisik manusia dengan perkembangan mental siswa? 3. Apakah ada hubungan antara pertumbuhan fisik manusia dengan perkembangan mental siswa?

Sri Rahayu Pudjiastuti, M.Pd. Metode Penelitian Pendidikan, STKIP Press, Jakarta 2006 H. 14

E. Kegunaan Penelitian 1. Bagi siswa SDN Kebon Kasemen dapat menambah wawasan pengetahuan khususnya mata pelajaran IPA. 2. Bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya dibidang keguruan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh pendidikan Sarjana S1 (Strata Satu) Jurusan Biologi pada STKIP Arrahmaniyah Depok. 3. Bagi guru, terutama di SDN Kebon untuk senantiasa membimbing & memupuk mental siswa menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai