Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Merger dan Akuisisi yang akan dilakukan oleh PT Surya Citra Media Tbk

(SCTV) terhadap PT Indosiar Karya Media Tbk (Indosiar) telah menjadi perbincangan yang hangat di kalangan masyarakat sejak berita ini berhembus dari tahun 2008 lalu. Seperti yang kita ketahui PT Surya Citra Media Tbk (SCTV) merupakan salah satu stasiun televisi terkemuka yang berdiri pada tahun 1993, berbekal SK Menteri Penerangan No 111/1992 SCTV melakukan siaran nasional ke seluruh Indonesia sedangkan PT Indosiar Karya Media Tbk (Indosiar) merupakan salah satu stasiun televisi swasta nasional di Indonesia yang tidak kalah terkemuka dan beroperasi dari Jakarta sejak tahun 1994. Kedua perusahaan tersebut sama-sama bergerak dalam bidang pernyiaran pertelevisian di Indonesia dan tentu saja sepak terjang dari kedua perusahaan tersebut sudah tidak bisa diragukan lagi. Merger dan Akuisisi yang akan dilakukan kedua perusahaan ini diduga dan dikhawatirkan menimbulkan monopoli karena antara SCTV dan Indosiar dipandang memiliki pangsa lumayan besar di Indonesia. Terlepas dari permasalahan monopoli merger dan akuisisi yang akan dilakukan kedua perusahaan tersebut terhalang oleh Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, dimana tidak memperbolehkan dua stasiun televisi dimiliki satu pemilik. Dari permasalahan-permasalahan inilah untuk itu kami akan melakukan analisis mengenai Merger dan Akuisisi SCTV terhadap Indosiar, dimana apakah dampak dari Merger dan Akuisisi yang dilakukan oleh kedua perusahaan tersebut menghasilkan hasil positif maupun negatif dan sebagai tugas akhir dari perkuliahan Merger dan Akuisisi. 1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 1.2.2

Temukan harga saham SCTV dan Indosiar pada tahun 2010 Temukan laporan keuangan perusahaan dari 3 periode terakhir (31
1

Desember 2008, 31 Desember 2009, 31 Desember 2010)

1.2.3

Perusahaan manakah yang berhak mengakuisisi berdasarkan laporan Mengapa perusahaan tersebut berencana melakukan akuisisi? (dilihat Apakah yang akan terjadi apabila hasil Merger & Akuisisi dilakukan Temukan harga perusahaan (value) yang tepat dari perusahaan -

keuangan dan beserta alasannya?


1.2.4

dari segi teori dan praktik)


1.2.5

(dilihat dari posisi keuangan).


1.2.6

perusahaan tersebut dengan menggunakan metode yang berbeda. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
1.3.2

Menganalisis perusahaan mana yang berhak melakukan merger dan Menganalisis perusahaan mana yang berhak melakukan merger dan

akuisisi dilihat dari harga saham masing - masing perusahaan. akuisisi dilihat dari laporan keuangan (31 Desember 2008, 31 Desember 2009, 31 Desember 2010) 1.3.3 1.3.4 1.3.5 1.3.6 Menganalisis alasan perusahaan yang berhak melakukan merger dan Menganalisis rencana perusahan melakukan merger dan akuisisi Menganalisis yang terjadi apabila merger dan akuisisi dilakukan Menganalisis harga perusahaan (value) yang tepat dari masing akuisisi berdasarkan laporan keuangan. berdasarkan teori dan praktik. berdasarkan posisi laporan keuangan. masing perusahaan dengan menggunakan metode yang berbeda. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Mengetahui dan memahami bagaimana cara menganalisis laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sehingga dapat mengetahui yang berhak melakukan merger dan akuisisi 1.4.2 1.4.3 dilakukan Mengetahui dan memahami rencana dan yang melatarbelakangi Mengetahui dan memahami yang terjadi apabila merger dan akuisisi perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi berdasarkan teori dan praktik.

1.4.4

Mengetahui dan memahami harga perusahaan (value) yang tepat dari

masing - masing perusahaan dengan metode yang berbeda.

1.5

Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang cukup jelas mengenai pembahasan dalam penelitian ini maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini dibahas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORETIS Bab ini membahas pengertian-pengertian objek penelitian, yang dijadikan dasar untuk melakukan pengolahan data, pembahasan masalah, serta penarikan kesimpulan. BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas analisis hasil penelitian berdasarkan teoritis dan praktis. BAB IV KESIMPULAN Berisi simpulan dari hasil analisis penelitian dari pengumpulan dan pengolahan data pada bab-bab sebelumnya, serta mengenai saran-saran yangbermanfaat.

BAB II LANDASAN TEORITIS

2.1. Pengertian Merger dan Akuisisi Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-merger mengambil atau membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-merger dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan mengaburkan identitas yang dimilikinya, sedangkan perusahaan yang dominan dibanding dengan perusahaan yang lain akan tetap mempertahankan identitasnya. Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut, namun perusahaan yang dibeli tetap ada. 2.2. Jenis-Jenis Merger dan Akuisisi Berdasarkan hubungan usaha serta jenis perusahaan yang bergabung, merger atau akuisisi dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 2.2.1. Horizontal merger adalah penggabungan dua jenis perusahaan atau lebih ketika dua perusahaan tersebut perusahaan peternakan ayam. 2.2.2. Vertikal merger adalah penggabungan dua jenis perusahaan atau lebih yang terjadi ketika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan supplier atau customernya. Contohnya, pabrik komputer yang gabung dengan pabrik komputer. 2.2.3. Congeneric merger adalah penggabungan dua jenis perusahaan atau lebih yang terjadi ketika perusahaan yang bergerak dalam idustri yang sama tetapi tidak dalam garis bisnis yang sama dengan supplier atau customernya. Keuntungannya adalah perusahaan dapat menggunakan penjualan dan distribusi yang sama. 2.2.4. Conglomerate merger terjadi ketika perusahaan yang tidak berhubungan bisnis melakukan merger. perusahaan Keuntungannya pengobatan adalah alternatif dapat mengurangi dengan resiko. Contohnya, bergabung bergerak di bidang industri yang sama dan bergabung. Contohnya, Restoran cepat saji menggabungkan diri dengan

perusahaan operator telepon seluler nirkabel.

2.3. Alasan perusahan melakukan merger dan akuisisi Menurut gitman (2003,p.714-716), ada beberapa alasan perusahaan yang perlu kita keahui mengapa melakukan penggabungan baik melalui merger maupun akuisisi, yaitu : 2.3.1. Pertumbuhan atau diversifikasi Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan tidak memiliki resiko adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan. 2.3.2. Sinergi Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi (economies of scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya overhead meningkatkan pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan. 2.3.3. Meningkatkan dana Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan biaya rendah. 2.3.4.Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak dapat mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.

2.3.5. Pertimbangan pajak Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat melakukan akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik. 2.3.6. Meningkatkan likuiditas pemilik Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang lebih besar. Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan saham lebih mudah diperoleh sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. 2.3.7 Melindungi diri dari pengambilahlian Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang tidak bersahabat. Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang berminat 2.4. Taktik taktik Merger dan Akuisisi Menurut Gitman (2003, p.729-730), ada beberapa taktik yang digunakan untuk melakukan merger adalah sebagai berikut : 2.4.1. Tender offer Tender offer adalah suatu penawaran formal untuk membeli sejumlah saham dari sebuah perusahaan dengan harga tertentu. Penawaran diajukan kepada semua pemegang saham dengan nominal yang berada diatas harga pasar. Pada umumnya pengakuisisi akan mengadakan two - tier - offer atau penawaran dua tingkat, yang berarti penawaran tersebut akan lebih aktraktif bagi mereka yang menjual sahamnya lebih awal. 2.4.2. Taktik - taktik bertahan
6

Jika

manajemen

dari

target

firm

tidak

menginginkan

merger,

atau

mempertimbangkan bahwa harga yang ditawarkan dalam proses merger terlalu rendah.maka mereka akan cenderung bersikap defensive. Takeoffer defense atau pertahanan terhadap pengambilahlian pada dasarnya adalah strategi - strategi yang dijalankan oleh target firm untuk bertahan terhadap pengambilahlian paksa.cara - cara yang digunakan antara lain : 2.4.2.1. White Knight Strategi pertahanan terhadap pengambilahlian dimana target firm menemukan pengakuisisi lain yang lebih dapat diterima olehnya ketimbang pengakuisisi yang terdahulu. Dengan demikian, kedua perusahaan pengakuisisi tersebut akan berkompetisi untuk mengambil ahli target firm. 2.4.2.2. Strategi Poison pills pertahanan terhadap pengambilahlian dimana perusahaan akan

menerbitkan sekuritas - sekuritas yang memberikan kepada para pemegangnya sebuah hak yang akan berlaku efektif pada waktu terjadi proses pengambilahlian. Hal ini membuat perusahaan kurang disukai oleh perusahaan pengakuisisi. 2.4.2.3. Shark repellents Sebuah amandemen anti pengambilahlian yang dilakukan corporate charter, yang membatasi kemampuan perusahaan untuk mengalihkan control manajerial ke perusahaan pengakuisisi, yang biasanya terjadi pada saat merger. 2.5. Kelebihan dan Kekurangan Merger dan Akuisisi 2.5.1. Kelebihan Merger Menurut Harianto dan Sudomo, 2001, p.641, merger pada dasarnya memiliki kelebihan yaitu pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding pengambilalihan yang lain. 2.5.2. Kekurangan Merger Menurut Harianto dan Sudomo, 2001, p.641, dibandingkan dengan akuisisi, merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada persetujuan dari para pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan untuk mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama. 2.6.3. Kelebihan Akuisisi
7

Menurut Harianto dan Sudomo, 2001, p.643-644, akuisisi memiliki keuntungan baik dari segi keuntungan akuisisi saham maupun akuisisi aset adalah sebagai berikut: 2.6.3.1 Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada pihak Bidding firm. 2.6.3.2.Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan. 2.6.3.3.Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan, akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat (hostile takeover). 2.6.3.4.Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi. 2.6.4. Kekurangan Akuisisi Menurut Harianto dan Sudomo, 2001, p.643, terlepas dari keuntungan yang dimiliki akuisisi, akuisisi juga memiliki kerugian baik dari segi kerugian akuisisi saham maupun kerugian akuisisi asset yang dimiliki seperti yang dijelaskan sebagai berikut : 2.6.4.1.Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi. 2.6.4.2.Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi merger. 2.6.4.3.Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi.

2.6. Latar Belakang PT Surya Citra Media Tbk (SCTV) SCTV (awalnya singkatan dari Surabaya Central Televisi) mengudara pertama kali pada tanggal 24 Agustus 1990 di Surabaya, Jawa Timur, dengan jangkauan wilayah Surabaya dan sekitarnya (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan). Pada tahun 1991, pancaran siaran SCTV meluas mencapai Bali dan sekitarnya.Sejak itu kepanjangan SCTV menjadi Surya Citra Televisi. Pada tanggal 1 Januari 1993, berbekal SK Menteri Penerangan No. 111/1992, SCTV mengudara secara nasional. Secara bertahap, bertahap mulai tahun 1993 sampai dengan 1998, SCTV memindahkan basis operasi media siaran nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta. Saat ini, melalui 47 stasiun transmisi, SCTV mampu menjangkau 240 kota dan menggapai sekitar lebih dari 175 juta potensial pemirsa. Sejak Januari 2005, SCTV mengubah logo dan slogannya menjadi "Satu Untuk Semua". sebelumnya Slogan SCTV adalah "SCTV ngetop" .Saat ini kantor pusat SCTV terletak di SCTV Tower, Senayan City, Jalan Asia Afrika Lot 19, Jakarta Pusat. Sebelum 23 November 2007, kantor pusat SCTV berada di Jalan Gatot Subroto Kavling 21 Jakarta. SCTV juga memiliki studio penta di Jalan Raya Perjuangan No. 3-4 Komplek Kawasan RCTI, Kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Saat ini kepemilikan SCTV dikuasai oleh grup Elang Mahkota Teknologi melalui Surya Citra Media (SCM). Sejak pertengahan 1990-an, SCTV yang semula satu manajemen dengan RCTI akhirnya keduanya berpisah manajemen. Melalui 47 stasiun transmisi, SCTV mampu menjangkau 240 kota dan menggapai sekitar lebih dari 175 juta potensial pemirsa. Dinamika ini terus mendorong SCTV untuk selalu mengembangkan profesionalisme sumber daya manusia agar dapat senantiasa menyajikan layanan terbaik bagi pemirsa dan mitra bisnisnya. SCTV telah melakukan transisi ke platform siaran dan produksi digital, yang merupakan bagian dari kebijakan untuk secara konsisten mengadopsi kecanggihan teknologi dalam meningkatkan kinerja dan efsiensi operasional. Dalam semangat yang sama, kebijakan itu telah meletakkan penekanan yang kokoh pada pembinaan kompetensi individu di seluruh aspek untuk mempertajam basis pengetahuan seraya memupuk talenta, kreativitas dan inisiatif. Inilah kunci
9

untuk memperkuat posisi SCTV sebagai salah satu dari stasiun penyiaran terkemuka di Indonesia. 2.7. Latar Belakang PT Indosiar Karya Media Tbk (Indosiar) PT Indosiar Visual Mandiri (Perseroan) adalah salah satu dari sederetan televisi swasta nasional di Indonesia yang terbilang sukses menjadi stasiun televisi terkemuka dengan tayangan berkualitas yang bersumber pada in-house production, kreativitas dan sumber daya manusia yang handal. Didirikan pada tahun 1991 dan mulai beroperasi dengan menayangkan siaran perdana pada tanggal 11 Januari 1995, Perseroan merupakan televisi termuda dari 4 televisi lain yang sudah ada pada masa itu. Kehadiran Perseroan telah memberikan pencerahan bagi industri pertelevisian Indonesia lewat serangkaian terobosan dan inovasi baru yang mengutamakan kepuasan stakeholders serta kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Tidak heran jika dalam kurun waktu 5 tahun kemudian Perseroan mampu mensejajarkan diri bahkan memimpin dalam perolehan rating dan share pemirsa. Perseroan sejak dulu dikenal terdepan dalam menyajikan program-program produksi sendiri baik dalam bentuk drama, non drama maupun pemberitaan. Sebanyak 45% dari seluruh program yang ditayangkan Perseroan diproduksi secara in-house dan lebih dari separuhnya disiarkan secara langsung. Didukung sumber daya manusia yang terampil dan berpengalaman di bidangnya, Perseroan senantiasa menyajikan program-program yang tidak hanya menarik bagi pemirsa namun juga berkualitas, sehingga setiap tahunnya Perseroan memperoleh penghargaan bertaraf nasional maupun internasional. Penghargaan terkini yang diperoleh Perseroan adalah Asian Television Awards 2005 untuk program Misa Malam Natal dan The Bells A Christmas Concert. Agar program yang ditayangkan Perseroan dapat dinikmati oleh seluruh pemirsa hingga pelosok tanah air, Perseroan telah memiliki 34 stasiun relai pada akhir tahun 2005 dengan jangkauan siaran yang mencapai 80% dari total penduduk Indonesia. Saat ini Perseroan sedang membangun stasiun pemancar baru di Jakarta dengan tinggi kurang lebih 400 meter untuk meningkatkan kualitas penerimaan siaran di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya yang terganggu

10

akibat perkembangan pembangunan gedung-gedung tinggi yang sangat cepat selama 5 tahun terakhir. Dalam tiap aksi korporasinya sejak awal berdiri, Perseroan selalu menempatkan kepuasan stakeholders sebagai prioritas utama, khususnya dalam hal memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham dan investor. Aksi korporasi Restrukturisasi Perseroan yang ditempuh akhir tahun 2004 memungkinkan Pemegang Saham Perseroan memiliki saham baru perusahaan induk PT Indosiar Karya Media yang berpeluang lebih besar dalam melakukan diversifikasi usaha. Konsistensi upaya Perseroan dalam memberikan nilai tambah bagi pemegang sahamnya selama 5 tahun berturut-turut membawa Perseroan kembali meraih penghargaan The Value Creator Award dari Majalah SWA Sembada di akhir tahun 2005. Di tengah kondisi makro ekonomi yang dibayangi krisis baru dan ambruknya pasar obligasi, Obligasi Perseroan berhasil masuk dalam daftar peringkat Obligasi Korporasi Terbaik 2005 versi Majalah Investor. Penghargaan-penghargaan tersebut menunjukkan kepercayaan dunia usaha terhadap Perseroan dan mendorong Perseroan untuk menciptakan value added bagi pemegang saham secara konsisten dan berkesinambungan di tahun-tahun mendatang. Kesuksesan dalam mengarungi kancah pertelevisian tidak membuat Perseroan lupa pada misi sosial yang diembannya. Kegiatan sosial Peduli Kasih dan Kita Peduli yang digalakkan dengan mengumpulkan dana dari para pemirsa secara sukarela adalah salah satu bentuk kepedulian Perseroan terhadap penderitaan rakyat kecil. Penyaluran dana dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab. Perseroan juga turut berperan aktif membantu program pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa khususnya dalam mengarahkan dan menyalurkan kreativitas seni melalui pendidikan broadcast yang diselenggarakan oleh Akademi Teknologi Komunikasi dan Informasi (ATKI) yang berada di bawah naungan Yayasan Indosiar.

11

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN


3.1. Analisis Teoritis Dalam bab ini, penulis akan mengadakan dua analisis yaitu analisis secara teoritis dan analisis secara praktis. Dalam analisis secara teoritis penulis akan meneliti untuk menjawab pertanyaan akhir, perusahaan mana yang berhak mengakuisisi berdasarkan analisis terhadap harga saham, value laporan keuangan, penilaian ratio serta menghitung value perusahaan bila terjadi akuisisi. 3.1.1 Harga saham Adapun harga saham dilihat dari harga close perusahaan masing-masing, yaitu sebagai berikut:
a. PT Surya Citra Media Tbk (SCTV), pada tahun 2010 dari bulan Januari-

Agustus

12

b. PT Indosiar Karya Media Tbk (Indosiar), pada tahun 2010 dari bulan Januari-

Agustus

3.1.2. Value Perusahaan berdasarkan Laporan Keuangan Berdasarkan Laporan Keuangan (dilampirkan) maka kita dapat menilai perusahaan mana yang berhak mengakuisisi perusahaan lainnya dengan menghitung seberapa besar value perusahaan. Value Perusahaan dihitung dari total kewajiban ditambah total ekuitas.
a. Value Perusahaan PT Surya Citra Media Tbk (SCTV) Tahun 2008 = 966.341.449.000,00 + 1.355.960.452.000,00

= 2.322.301.901.000,00 Tahun 2009 = 964.172.183.000,00 + 1.395.664.398.000,00 = 2.359.836.581.000,00 Tahun 2010 = 1.028.801.124.000,00 + 1.486.766.263.000,00 = 2.515.567.387.000,00
b. Value Perusahaan PT Indosiar Karya Media Tbk (Indosiar) Tahun 2008 = 930.374.977.771,00 + 281.846.622.254,00

= 1.212.248.821.518,00 Tahun 2009 = 857.778.950.293,00 + 290.359.769.962,00 = 1.158.365.676.344,00 Tahun 2010 = 652.892.999.099,00+ 298.655.062.552,00 = 961.775.329.680,00
13

Berdasarkan perhitungan value perusahaan, maka perusahaan yang berhak mengakuisisi adalah PT Surya Citra Media Tbk (SCTV) dimana value perusahaannya lebih tinggi. 3.1.3. Value Perusahaan Setelah Merger dan Akuisisi Jika terjadi akuisisi antara SCTV dengan Indosiar maka posisi laporan keuangan akan menjadi sebagai berikut:
Total Asset Total Liablilities Total Equity 10.007.294.516.903 6.529.951.800.223 310.369.096.844

3.1.4. Penilaian Ratio Cash Ratio PT Surya Citra Media Tbk (SCTV)
Tahun 2008 = 69.2 % Tahun 2009 = 70 % Tahun 2010 = 166.5 %

PT Indosiar Karya Media Tbk (Indosiar)


Tahun 2008 = 6.6 % Tahun 2009 = 5.9 % Tahun 2010 = 9.6 %

Artinya current asset dapat menutupi current liabilities sebanyak xx %. DER PT Surya Citra Media Tbk (SCTV)
Tahun 2008 = 1,403 kali Tahun 2009 = 1,447 kali Tahun 2010 = 1,445 kali

PT Indosiar Karya Media Tbk (Indosiar)


14

Tahun 2008 = 0,302 kali Tahun 2009 = 0,338 kali Tahun 2010 = 0,457 kali

Artinya modal dapat menutupi hutang sebanyak xx kali pada tahun tersebut. Sales Growth PT Surya Citra Media Tbk (SCTV)
Tahun 2009 = 3.97 % Tahun 2010 = 65 %

PT Indosiar Karya Media Tbk (Indosiar)


Tahun 2009 = 1.17 % Tahun 2010 = - 11.8 %

Artinya pertumbuhan penjualan sebanyak xx% dari tahun sebelumnya. Price Earning PT Surya Citra Media Tbk (SCTV)
Tahun 2008 = 0.27 kali Tahun 2009 = 0.38 kali Tahun 2010 = 15.9 kali

PT Indosiar Karya Media Tbk (Indosiar)


Tahun 2008 = 12.2 kali Tahun 2009 = 5.2 kali Tahun 2010 = 16.9 kali Artinya keuntungan setiap lembar saham sebanyak xx kali dari sebelumnya.

15

3.2. Analisis Praktis


Meskipun Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menilai rencana korporasi PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) yang mengambil alih PT Indosiar Karya Media (IDKM), berpotensi melanggar peraturan perundang-undangan. Potensi pelanggaran undang-undang yang dimaksud adalah UU Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 pasal 18 ayat (1) dan pasal 34 ayat (4) tentang pembatasan pemusatan kepemilikan dan lembaga penyiaran swasta (LPS) oleh perorangan atau satu badan hukum dan larangan pemindahtanganan izin penyelenggaraan penyiaran. Persaingan industri media televisi yang terlalu ketat akan memicu biaya tinggi bagi pengelola stasiun televisi. "Bayangkan, persaingan tinggi akan memicu rate card (tarif iklan) yang tinggi antar stasiun televisi, sehingga biaya yang dikeluarkan akan tinggi pula EMTK menguasai 86 persen saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) yang memiliki 99 persen saham SCTV. EMTK berencana mengambil alih keseluruhan saham PT Prima Visualindo (PV) di PT Indosiar Karya Media Tbk (IDKM) yang memegang 99 persen saham PT Indosiar Visual Mandiri (IVM).

Dalam langkah konsolidasi kedua perusahaan televisi nasional ini, opsi merger memang sempat menyeruak, selain pilihan akuisisi. Hal ini dipertegas keterbukaan informasi beberapa waktu lalu, dimana manajemen EMTK dan SCMA mengakui telah mengantongi persetujuan dari dewan komisaris untuk melakukan merger maupun akuisisi atas IDKM. Namun setelah melalui beberapa pengkajian, akuisisilah yang menjadi pilihannya. Lebih baik akuisisi memang, karena jika melakukan merger akan lebih sulit, terkait kondisi keuangan dan manajemen kedua perusahaan.

16

BAB IV KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang kami lakukan mengenai merger dan akuisisi dapat disimpulkan bahwa:
1. PT Surya Citra Media Tbk memiliki value perusahaan yang lebih tinggi dari

PT Indosiar Karya Media Tbk.


2. PT Surya Citra Media Tbk secara teoritis berhak mengakuisisi PT Indosiar

Karya Media Tbk.


3. Berdasarkan analisis teoritis harga saham, nilai saham PT Surya Citra Media

Tbk lebih besar daripada PT Indosiar Karya Media Tbk.


4. Jika kedua perusahaan tersebut melakukan akuisisi maka value perusahaan

sebesar Rp 10.007.294.516.903
5. Jika kedua perusahaan tersebut melakukan akuisisi maka ada kemungkinan

terjadinya monopoli sehingga sampai saat ini masih ada pemeriksaan dari pihak KPPU.
6. Menurut penulis akuisisi kedua perusahaan ini layak dilaksanakan sebagai

bentuk efisiensi dalam biaya usaha.

17

Anda mungkin juga menyukai