Anda di halaman 1dari 7

Kasus PGN Jadi Taruhan Kredibilitas Pasar Modal Oleh Zaenal Abidin Pasar modal Indonesia pada pertengahan

Januari lalu mengalami keguncangan yang pemicunya berasal dari anjloknya harga saham PT Perusahaan Gas Negara (PGN) sekitar 23,3 persen dalam satu hari perdagangan menyusul rumor skandal kinerja korporasinya. Saham BUMN distribusi dan transmisi gas yang harga pembukaannya pada 12 Januari pada posisi Rp9.650 pada penutupan hari yang sama menjadi Rp7.400 per saham (turun Rp2.250). Kejutan penurunan harga saham yang memiliki kode perdagangan di lantai bursa PGAS itu tak pelak lagi menyeret kondisi jual saham-saham lainnya sehingga indeks harga saham gabungan (IHSG) ikut ditutup anjlok 25,80 poin atau 1,51 persen menjadi 1.678,044, yang merupakan posisi terendah sepanjang tahun 2007. "Kalau tidak ada sistim "auto reject halting" (penghentian perdagangan saham secara otomatis) BEJ, saham PGN ini kemungkinan akan terus merosot lebih dalam lagi, kata pengamat pasar modal Edwin Sinaga. Kejutan terparah di awal tahun ini terjadi akibat rumor negatif kinerja PGN yang beredar di area bursa saat itu adalah keterlambatan proyek pipa transmisi gas jalur Sumatera Selatan (Sumsel) ke Jawa bagian barat (South Sumatera-West Java/SSWJ) yang dikhawatirkan bakal menurunkan target-target keuangan perseroan yang telah ditetapkannya. Namun yang paling mencemaskan menurut para pialang asing, seperti dikutip dari Dirut BEJ Erry Firmansyah, ada informasi PGN yang tampaknya tidak disampaikan secara penuh kepada publik. Misalnya, tidak ada informasi mengenai 'delay' (penundaan) proyek komersialisasi gas tersebut yang sebetulnya penting dalam asas "full disclosure" (keterbukaan penuh) untuk perusahaan publik (terbuka/Tbk.). Bagi otoritas BEJ sendiri, selain melakukan penghentian perdagangan (suspensi) saham yang sudah dilakukannya pada 15 Januari, tetap menuntut keterbukaan informasi kepada perusahaan plat merah itu demi kredibilitas pasar saham. Apalagi selama ini saham PGN ini termasuk daftar saham buruan bagi para investor asing karena proyeksi kinerjanya yang bagus. Dirut PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk Sutikno dalam keterangan tertulisnya mengeluarkan bantahan atas rumor bahwa PGN telah melakukan manipulasi laporan keuangan perusahaan tahun 2005. "Laporan keuangan PGN disusun sesuai standar yang dikeluarkan IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) dan peraturan Bapepam tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik," katanya. Sutikno mengatakan, laporan keuangan PGN tahun 2005 telah

diaudit auditor independen yang ditunjuk RUPS dan diterima serta disetujui RUPS pada tanggal 8 Juni 2006. Pada kesempatan itu, PGN juga membantah keterlambatan penyelesaian proyek SSWJ dikarenakan bersamaan dengan waktu pelaksanaan divestasi saham PGN milik pemerintah pada Desember tahun lalu. Adapun penundaan komersialisasi proyek pipa gas dari Sumatera Selatan ke Jawa Barat (SSWJ) itu diakui manajemen PGN memang terjadi yang semula dijadwalkan pada akhir Desember 2006 diundur sampai akhir Maret 2007. Penundaan itu memang mengharuskan PGN Tbk merevisi proyeksi volume penjualan gas pada 2007 dari semula sebesar 787 juta kaki kubik menjadi 555 juta kaki kubik per hari. Namun proyeksi volume penjualan 2007 (yang telah direvisi tersebut), kata Direktur Keuangan PGN, Djoko Pramono, tetap naik yakni sekitar 64 persen dibandingkan 2006 sekitar 338 juta kaki kubik per hari. Dugaan belum selesai Meski Perdagangan saham PGN sudah dibuka kembali pada tanggal 16 Januari, dugaan "bermasalah" masih belum selesai. BEJ tetap melakukan penyelidikan dengan berkoordinasi dengan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Kita sedang pelajari polanya, memang ada yang aneh, siapa yang mulai melakukan penjualan dan kenapa mereka ngotot untuk menurunkan saham PGN," kata Direktur Pencatatan BEJ, Eddy Sugito. Namun Eddy menilai terlalu dini untuk mengatakan ada "insider trading" (perdagangan orang dalam) dalam transaksi saham PGN. Menurutnya butuh waktu yang cukup lama untuk meneliti hal itu. Sebelumnya Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Ahmad Fuad Rahmany juga mengatakan pihaknya telah memeriksa semua pihak terkait anjloknya saham Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk baik manajemen PGN maupun perusahaan sekuritas yang terkait, seperti Macquaire Securities, Deutsche Securities, dan CLSA Indonesia. Setelah sekitar 18 hari menunggu, pada akhirnya di awal bulan Februari, Bapepam-LK mengungkapkan hasil awalnya yang menyatakan PGN terbukti melanggar aturan keterbukaan informasi nomor X.K.1 tentang keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada publik. Namun pengumuman Bapepam-LK yang baru menyentuh satu sisi itu dengan waktu yang hingga kini lebih dari sebulan belum ada perkembangan kemajuannya memang belum memuaskan semua pihak. Anggota DPR Dradjad Wibowo mengatakan penanganan kasus PGN ini sangat lambat. "Masak tidak bisa menemukan yang signifikan. Padahal cukup waktu untuk mengungkapnya, sehingga ada kesan keterlambatan ini disengaja," kata Dradjad. Sementara itu, anggota DPR Melchias Markus Mekeng, mempertanyakan

merebaknya kasus PGN apakah karena murni masalah mundurnya jadwal komersialisasi proyek pipanisasi gas dari Sumatera Selatan hingga Jawa Barat, atau karena ada "insider trading". "Kita menudukung langkah Bapepam yang sedang memeriksa broker dan underwriter. Namun, kalau penanganannya lambat DPR dan masyarakat tentu akan kehilangan kepercayaan kepada Bapepam," ujar Mechias. Memang, dengan lambatnya penanganan itu kasus PGN berkembang rumor tambahan yang muncul di lembaga legislatif tentang adanya sorotan keterlibatan ?insider trading? pejabat di Kementrian BUMN. "Itu belum dapat saya sampaikan. Nanti deh kalau sudah final semua," ungkapnya. Lembaga legislatif yang tak sabar dengan lambatnya penanganaan kasus PGN akhirnya mulai merasa perlu "turun tangan", dengan usulan pembentukan panitia kerja (panja) PGN. Bagi DPR, kasus PGN bisa menjadi kasus politis bila menyangkut korupsi atau keterlibatan pejabat Kementrian BUMN. Sebelumnya Meneg BUMN Sugiharto mengatakan tidak keberatan bila DPR membentuk Panitia Kerja (Panja) untuk membuktikan apakah dirinya terlibat ?insider trading? pada penjualan saham PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk. "Silakan bentuk Panja untuk mendalami, apakah saya terlibat atau tidak," katanya. Pembentukan Panja itu mengemuka saat Sugiharto dipanggil rapat di DPR, yang menurut sejumlah anggota DPR mensinyalir Meneg BUMN terlibat langsung menggoreng saham PGN yang mengakibatkan harganya terpuruk pada 12 Januari itu. Namun menurut pengamat pasar modal Edwin Sinaga, langkah itu terlalu jauh karena masalah PGN itu bukan wilayah dan kewenangan DPR, melainkan kewenangan pasar modal (Bapepam-LK), karena ia adalah perusahaan publik. Edwin menjelaskan fungsi DPR dalam hal ini hanyalah sebagai pengawal dan pengawas Bapepam-LK dalam memeriksa kasus ini. Jika DPR membentuk Panja maka hasil keputusannya juga tidak akan jelas, karena DPR tidak bisa memberikan sanksi, sedangkan yang bisa memberikan sanksi adalah BEJ dan Bapepam-LK. Mengenai adanya dugaan keterlibatan Meneg BUMN dalam kasus PGN sebagai "insider trading" (perdagangan antar orang dalam), menurut Edwin itu juga wilayah pasar modal. Demikian pula BEJ berharap kasus PGN tetap ditangani oleh Bapepam-LK. Apalagi Bapepam secara progresif terus melakukan pemeriksaan terhadap kasus PGN dan selalu menginformasikan kepada publik mengenai kemajuan proses penyelidikan kasus PGN. "Saya kira tidak ada yang ditutup-tutupi oleh Bapepam selama ini," ujar Direktur Pencatatan BEJ Eddy Sugito. Menurut dia, jika memang ada yang kurang dari pemeriksaan yang dilakukan Bapepam-LK, DPR bisa memanggil Bapepam-LK untuk mengklarifikasi. Namun yang penting, menurut para

pelaku pasar, agar masalah kasus PGN tidak berkembang liar, Bapepam-LK tidak bisa berlarut-larut dalam penyelidikannya, karena kredibilitas pasar modal sebagai wadah transaksi kepercayaan sedang dipertaruhkan, atau akankah membiarkan kasusnya berkembang di lembaga legislatif. *ant

Analisa Kasus: Poin to poin Par 1 Penurunan saham PT (PGN) sekitar 23,3 % dlm 1 Hari Posisi Rp9.650 menjadi Rp7.400 per saham (turun Rp2.250). Berakibat: IHSG anjlok 25,80 poin atau 1,51 persen menjadi 1.678,044 (posisi terendah selama 2007) action BEJ tahap 1: BEJ melakukan inisiatif "auto reject halting" (penghentian perdagangan saham secara otomatis) BEJ.

Par 2 Informasi: keterlambatan proyek pipa transmisi gas jalur Sumatera Selatan (Sumsel) ke Jawa bagian barat (South Sumatera-West Java/SSWJ). Yang paling mencemaskan menurut para pialang asing: Dikutip dari Dirut BEJ Erry Firmansyah: ada informasi PGN yang tampaknya tidak disampaikan secara penuh kepada publik. Misalnya, tidak ada informasi mengenai 'delay' (penundaan) proyek komersialisasi gas tersebut yang sebetulnya penting dalam asas "full disclosure" (keterbukaan penuh) untuk perusahaan publik (terbuka/Tbk.). action BEJ tahap 2: 15 Januari BEJ melakukan suspensi perdaganagn saham PT PGN

Par 3 Dirut PT PGN Tbk Sutikno dituding telah melakukan manipulasi laporan keuangan perusahaan tahun 2005. Par 4 Isue keterlambatan penyelesaian proyek SSWJ dikarenakan bersamaan dengan waktu pelaksanaan divestasi saham PGN milik pemerintah pada Desember tahun lalu. BEJ tetap melakukan penyelidikan dengan berkoordinasi dengan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Isue: adanya "insider trading" (perdagangan orang dalam) dalam transaksi saham PGN. Bapepam memeriksa semua pihak terkait anjloknya saham Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk baik manajemen PGN maupun

perusahaan sekuritas yang terkait, seperti Macquaire Securities, Deutsche Securities, dan CLSA Indonesia. Par 5 Bapepam-LK mengungkapkan hasil awalnya yang menyatakan PGN terbukti melanggar aturan keterbukaan informasi nomor X.K.1 tentang keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada publik. Tercipta Isue: lambatnya penanganan itu kasus PGN berkembang rumor tambahan yang muncul di lembaga legislatif tentang adanya sorotan keterlibatan (insider trading) pejabat di Kementrian BUMN". Par 6 DPR membentuk Panja (panitia kerja) untuk kelanjutan keterlambatan kasus PGN Pembentukan Panja itu mengemukakan saat Sugiharto (meneg BUMN) dipanggil rapat di DPR, yang menurut sejumlah anggota DPR mensinyalir Meneg BUMN terlibat langsung menggoreng saham PGN yang mengakibatkan harganya terpuruk pada 12 Januari itu. Panitia Panja di duga meupakan langkah yang jauh yang dilakukan DPR karena masalah PGN itu bukan wilayah dan kewenangan DPR, melainkan kewenangan pasar modal (Bapepam-LK), karena ia adalah perusahaan publik. Fungsi DPR dalam hal ini hanyalah sebagai pengawal dan pengawas Bapepam-LK dalam memeriksa kasus ini.

Pelanggaran yang Dilakukan PT PGN Sehubungan dengan Pengungkapan Laporan keu. Interim, Pelaporan Emiten BEJ Hal Fakta:

Dikutip dari Dirut BEJ Erry Firmansyah: ada informasi PGN yang tampaknya

tidak disampaikan secara penuh kepada publik. Misalnya, tidak ada informasi mengenai 'delay' (penundaan) proyek komersialisasi gas tersebut yang sebetulnya penting dalam asas "full disclosure" (keterbukaan penuh) untuk perusahaan publik (terbuka/Tbk.). = Non Full Disclosure

Landasan/Pijakan aturan :sesuai PSAK 3 Rev 2010 par 15;

Tidak diperlukan catatan atas laporan keuangan interim Pada tanggal interim, hal yang lebih bermanfaat adalah penjelasan peristiwa dan transaksi signifikan untuk memahami perubahan posisi dan kinerja keuangan entitas sejak akhir periode pelaporan lalu.

Anda mungkin juga menyukai