Anda di halaman 1dari 6

AGAMA DALAM REALITA PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Q.S. Ar-rum 41

Bukti
Eksploitasi yang berlebihan mengakibatkan: Longsor Banjir Kekeringan Abrasi sampai lumpur lapindo sedikit contoh dari sederetan cerita memilukan seputar dampak eksploitasi alam dan lingkungan yang kelewat batas. Indonesia memang kaya,namun keserakahan manusia membuat potensi tersebut dieksploitasi secara menggila tanpa memperhatikan kelestariannya. Dan yang lebih gila, hasil eksploitasi alam tersebut hanya dinikmati oleh segelintir orang akan tetapi getah kesengsaraannya melumuri masyaarkat luas yang tidak terkait dengan nikmat keuntungannya.    

Islam; Pioner Konservasi Alam


Sejak masa awal Islam, telah muncul ajaran untuk menjaga lingkungan, hal ini dapat dilihat dalam beberapa ayat al-Qur'an, seperti surat al-Baqarah ayat (27), Luqman (20), al-A'raf (56), Shad (27), Ibrahim (7) dan lainnya. Di dalam Al Qur'an, terdapat 426 ayat yang menyebutkan bumi, baik berisi perintah menjaga kelestarian, memanfaatkan, peringatan dan sebagainya. Larangan bagi orang yang sedang ikhram untuk berburu binatang darat atau membunuhnya (QS. AlMaidah; 96), juga merupakan ajaran islam untuk tidak melakukan eksploitasi alam secara berlebihan.

Desain fikih lingkungan


dalam fikih lingkungan perlu dicantumkan dengan tegas bahwa orang yang mengabaikan, menyia-nyiakan dan merusak tatanan ekosistem di muka bumi dapat dikatakan sebagai orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya (QS.Al-Maidah: 33).

Pertama, rekonstruksi makna khalifah. Dalam al-Qur'an ditegaskan bahwa menjadi khalifah di muka bumi ini tidak untuk melakukan perusakan dan pertumpahan darah, tetapi untuk membangun kehidupan yang damai, sejahtera, dan penuh keadilan. Dengan demikian, manusia yang melakukan kerusakan di muka bumi ini secara otomatis mencoreng atribut manusia sebagai khalifah (QS. al-Baqarah/2: 30). Karena, walaupun alam diciptakan untuk kepentingan manusia (QS. Luqman/31: 20), tetapi tidak diperkenankan menggunakannya secara semenamena. Sehingga, perusakan terhadap alam merupakan bentuk dari pengingkaran terhadap ayat-ayat (keagungan) Allah, dan akan dijauhkan dari rahmat-Nya (QS. alA'raf/7: 56). Kedua, ekologi sebagai doktrin ajaran. Artinya, menempatkan wacana lingkungan bukan pada cabang (furu'), tetapi termasuk doktrin utama (ushul) ajaran Islam. Ketiga, tidak sempurna iman seseorang jika tidak peduli lingkungan. Keberimanan seseorang tidak hanya diukur dari banyaknya ritual di tempat ibadah. Tapi, juga menjaga dan memelihara lingkungan merupakan hal yang sangat fundamental dalam kesempurnaan iman seseorang. Keempat, perusak lingkungan adalah kafir ekologis (kufr al-bi'ah). Di antara tanda-tanda kebesaran Allah adalah adanya jagad raya (alam semesta) ini. Karena itulah, merusak lingkungan sama halnya dengan ingkar (kafir) terhadap kebesaran Allah. Dalam Al Qur'an Surat Shad ayat (27) diterangkan bahwa memahami alam secara sia-sia merupakan pandangan orangorang kafir. Apalagi, ia sampai melakukan perusakan dan pemerkosaan terhadap alam. Dan, kata kafir tidak hanya ditujukan kepada orang-orang yang tidak percaya kepada Allah, tetapi juga ingkar terhadap seluruh nikmat yang diberikanNya kepada manusia, termasuk adanya alam semesta ini (QS. Ibrahim/14: 7).

Anda mungkin juga menyukai