Anda di halaman 1dari 2

ARLOJI

Kisah ini terjadi disebuah kamar depan keluarga yang cukup terpandang. Terdapat berbagai perlengkapan yang lazim dikamar tamu semacam itu, namun yang terpenting ialah seperangkat meja dan kursi tamu. Pada kira-kira pukul 09.00 drama ini terjadi Dengan penuh keriangan, si jidul tekun membersihkan meja dan kursi-kursi. Kepalanya melenggut-lenggut, pantatnya bergidul-gidul seirama dengan music dangdut yang terdengar meriah. Jidul terkejut ketika music mendadak berhenti.

Pak pikun

: (Muncul, langsung menuju ke arah jidul ). Ayo ! Mana ! Berikan kembali

padaku ! Ayo ! Mana ! Jidul mengertiannya ). Pak pikun : jangan berlagak pilon ! Siapa lagi kalau bukan kamu yang : (Ber_ah-uh, sambil memberikan isyarat yang menyatakan ketidak

mengambilnya? Ayo, Jidul, Kamu sembuyikan dimana, heh ? Jidul Pak pikun : (Ber-ah-uh, semakin bingung dan takut ) : Dasar maling ! Belum sampai sebelun disini kamu sudah kambuh lagi,

ya? Dasar nggak tahu diri ! Ayo, kembalikan padaku ! Mana, heh ? Jidul Pak pikun : (Meringkuk diam ) : (Semakin keras suaranya ) Jidul ! Mau kembalikan apa tidak ? Mau

insyaf apa tidak ? Apa mau kupanggilkan orang-orang sekampung untuk mencincangmu, heh ? Kamu mau dipukuli seperti dulu lagi ? Ayo, mana ? Ibu Pak pikun Ibu Jidul Pak pikun : (Muncul tergesa-gesa ) Eh, ada apa pak pikun ? Ada apa dengan si jidul ? : Anak ini memang tidak pantas dikasihani, Bu. Dia mencuri lagi, Bu !! : Mencuri (tertegun) Kau ,mencuri Jidul ?? : ( Ber-au-uh sambil menggoyangkan kepalanya dan tangannya ) : Mungkir Ya ?? Padahal jelas, Bu !! Tadi saya mandi. Setelah itu, arloji

saya tertinggal dikamar mandi. Lalu ia masuk entah mengapa. Lalu tidak ada lagi arloji saya, Bu. Ibu Pak pikun ngaku saja Jidul ! Jidul Pak pikun Ibu Pak pikun : (Ber-ah-uh, mencoba menjelaskan ketidak tahuannya) : mau mungkir ? Minta kupukul ? : Sabar, pak pikun ! sabar !!!! : Maaf, Bu. Ini biar saya urus sendiri !! Kamu baru mau ngaku kalau : Ooo, jadi arloji pak pikun hilang, begitu ?? : Bukan hilang, Bu !! jelas telah dicurinya !!! Ayo ngaku saja !! kamu

dipukul, ya ? Sini !! ( mau memukul jidul ) Jidul Ibu : ( meloncat, lari keluar dikejar oleh pak pikun ) : sabar dulu pak pikun ! diperiksa dahulu !!!!!!!!!! (mendesah sendiri) Ya,

ampun !! orang sudah tua kok yoe gegabah, tidak sabaran begitu.

Tritis

: (muncul, membawa buku dan alat tulis ) Uh !! pagi-pagi sudah mencuri.

Ngganggu orang belajar saja. Ibu Tritis : belum jelas tritis. : Ah, ibu sih suka membela jidul ! siapa lagi kalau bukan dia yang

mengambil arloji pak pikun! Ibu lupa ? dia kan dulu ketahuan mencuri ayam kita, ketahuan mau dipukuli orang kampung malah kemudian dibela ayah dan ditampung dirumah kita. Keenakan dia, maka kini mencuri lagi !!! Ibu : Ya, memang dulu pernah mencuri. Itu karena ia kelaparan . tetapi belum

tentu dia mengambil arloji pak pikun, tritis !!!!!!!! Tritis (tertawa) Ibu : (menemukan ide) Ah, mungkin masih ada dikamar mandi, Tritis !! atau : kalau bukan sijidul, apa ibu atau aku yang mengambil arloji itu, Ibu

mungkin ditempat jemuran. Pak pikun kan pelupa ? mari kita coba mencarinya ! (bersama tritis melangkah kekiri akan keluar, tetapi kemudian terhenti)

Terdengar suara rebut. Si jidul kembali meloncat masuk dari kanan. Maunya berlari, tetapi tersandung sesuatu. Ia terjatuh terguling mengejutkan ibu dan tritis. Dan sebelum sempat bangkit, pak pikun sudah keburu masuk pula dan menangkapnya dengan geram.

Pak pikun

: (sambil mengacung-ngacungkan penggada besar, tangan kirinya tetap

mencengkram leher kaus sijidul ) mau lari kemana, heh ? kupukul kamu sekarang.!!!!! Ibu Pak pikun : sabar pak!!!!! Tunggu dulu ! : tunggu apalagi bu ??? anak nggak benar ini harus saya ajar biar kapok

(akan memukulkan penggadanya) Ibu : tunggu dulu ! siapa tahu, jidul benar-benar tidak mencuri dan pak pikun

yang tidak benar menaruh arlojinya? Pak pikun : tak mungkin, Bu! Saya yakin, si brengsek ini pencurinya. Kamu harus

mampus (akan memukulkan penggadanya) Tritis : (melihat tangan pak pikun ) eh lihat ! arloji kan itu ! diperggelangan

tangan kananmu, pak pikun lihat ! (tertawa ngakak) Ibu Pak pikun : Ooo, iya ! betul ! dasar pak pikun ya pikun ! (tertwa geli) : (tertegun memandang pergelengan tangannya yang kanan.

Dilepaskannya sijidul. Diamat- amtinya arloji itu. Penggadanya sudah dijatuhkan. Dengan sangat malu, ia berjalan kelar tertegun-tegun diiringi gelak tawa ibu dan tritis. Sementara itu si jidul pun tertawa-tawa pula dengan cara yang spesifik )

Anda mungkin juga menyukai