Anda di halaman 1dari 44

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi semakin lama semakin berkembang. Pada awalnya, komunikasi hanya sebatas pengiriman informasi yang berupa suara lalu berkembang menjadi komunikasi yang berupa suara dan gambar. Penyampaian informasi berupa suara dan gambar ini dapat dilakukan melalui media televisi. Antena adalah bagian dari perangkat radio yang bekerja mengubah sinyal listrik menjadi gelombang elektromagnetik dan memancarkannya ke udara bebas atau sebaliknya menangkap sinyal gelombang elektromagnetik dari uadara bebas dan mengubahnya menjadi sinyal listrik. Dengan banyaknya keluhan dari banyak orang tentang penerimaan gambar yang kurang jelas pada televisi maka dengan adanya alat ini mempermudah kita untuk menyaksikan program-program yang ada di televisi dengan menyenangkan karena tidak adanya gangguan berupa gambar yang kurang bagus karena pengaruh cuaca maupun hal yang lainnya. Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis menjadikan permasalahan ini dalam penyusunan laporan tugas akhir dengan judul ANTENA TV DENGAN PENGERAK MOTOR DC.

1.2

Perumusan Masalah Masalah pokok pada tugas akhir ini adalah bagaimana alat dapat melakukan pengidentifikasi penggunaan bus Politeknik Negeri Jakarta dengan menggunakan RFID lalu mengirimkan informasi pengguna melalui SMS ke database dan database akan mengirimkan informasi balik kepada pengguna untuk mengetahui apakah pengguna sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

1.3

Tujuan Penulisan
1

Tugas akhir ini bertujuan untuk : 1. 2. Memenuhi Persyaratan LULUS Diploma III Politeknik Negeri Jakarta dapat menyenangkan para pemirsa khususnya penggemar acara televisi yang bisa menyaksikan program acaranya tanpa adanya gambar yang kurang jelas.

1.

Metode Penyelesaian Masalah Metode yang digunakan pada penulisan tugas akhir ini adalah : 1.Studi Literatur Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menganalisa data-data yang bersumber dari buku referensi, dan hasil riset yang berhubungan dengan tugas akhir dan segala hal yang dibutuhkan dalam penulisan tugas akhir ini. 2.Metode Diskusi Metode ini dilakukan untuk memecahkan masalah yang ada dengan melalukan diskusi dan bertukar pendapat baik dengan teman-teman satu tim maupun dengan teman-teman lainnya. 3. Metode Bimbingan Pada metode ini dilakukan konsultasi kepada dosen pembimbing sehingga diharapkan dapat memberikan solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi selama realisasi sistem. 4. Perancangan Sistem Perancangan sistem meliputi perancangan hardware dan software, pembuatan hardware dan software serta penggabungan hardware dan software. 5. Metode Percobaan

Metode ini merupakan metode pembuktian hasil dari hardware dan software yang telah dibuat. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah hardware dan software yang telah dibuat sesuai dengan yang dirancanakan. 6. Pembuatan Laporan Pembuatan laporan dilakukan dengan metode analisis deskriptif, statistik, dan matematis.

BAB II TEORI DASAR


Pada bab ini akan diuraikan konsep dasar yang dapat menunjang dan berkaitan dengan bagian pembahasan, yaitu Antena TV dengan penggerak motor DC menggunakan Akuator Berbasis Mikrokontroler Atmega8535. Alat ini menggunakan mikrokontroler Atmega8535 sebagai pengatur keseluruhan pengaturan akuator, dan juga menggunakan remote infrared sebagai pengendali serta seven segment dan LED sebagai peralatan pada traffic light. Dalam simulasi ini juga digunakan SPC infrared transceiver yang berfungsi untuk mengirim dan menerima data melalui media infrared serta catu daya untuk mengoperasikan seluruh rangkaian. 2.1 Mikrokontroler ATmega8535 Pada saat ini penggunaan mikrokontroler dapat ditemui pada berbagai peralatan. Mikrokontroler dapat digunakan untuk berbagai aplikasi misalnya untuk pengendalian, otomasi industri, akuisisi data, telekomunikasi, dan lain-lain.

Keuntungan menggunakan mikrokontroler

yaitu harganya murah, dapat

diprogram berulang kali, dan dapat diprogram sesuai dengan keinginan. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu seri mikrokontroler AVR yang sudah menggunakan konsep arsitektur Harvard yaitu memisahkan memori dan bus untuk data dan program. Selain itu mikrokontroler AVR juga mengimplementasikan RISC (Reduced Instruction Set Computing) sehingga eksekusi instruksi dapat berlangsung sangat cepat dan efisien. Mikrokontroler ATmega8535 banyak digunakan untuk sistem yang kompleks, memiliki input sinyal analog, dan membutuhkan memori yang relatif lebih besar. Blok sistem mikrokontroler ATmega8535 adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Arsitektur Mikrokontroler ATmega85351

2.2

Fitur ATmega8535 Fitur-fitur yang dimiliki ATmega8535 adalah sebagai berikut: 1. Mikrokontroler AVR 8 bit yang memiliki kemampuan tinggi dengan daya rendah. 2. Arsitektur RISC dengan throughtput mencapai 16 MIPS pada frekuensi 16 MHz. 3. Memiliki kapasitas flash memori 16 Kbyte, EEPROM 512 Byte dan SRAM 1 Kbyte. 4. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, PortD. 5. CPU yang terdiri atas 32 buah register. 6. Unit interupsi internal dan eksternal. 7. Port USART untuk komunikasi serial. 8. Fitur Peripheral 1. Tiga buah timer / counter dengan kemampuan pembandingan. 1. 2 (dua) buah timer / counter 8 bit dengan Prescaler terpisah dan Mode Compare. 2. 1 (satu) buah timer / counter 16 bit dengan Prescaler terpisah,

1 Heri Andrianto, Pemrograman Mikrokontroler AVR ATMEGA16 menggunakan Bahasa C, (Bandung: Informatika, 2008), hal 8.

Mode Compare, dan Mode Capture. 3. Real Time Counter dengan oscillator tersendiri 4. 4 channel PWM 5. 8 channel, 10 bit ADC. 6. 8 Single-ended Channel 7. 7 Differential Channel hanya pada kemasan TQFP 8. 2 Differential Channel dengan Programmable Gain 1x, 10x, atau 200x 1. Byte-oriented Two-wire Serial Interface 2. Programmable Serial USART 3. Antarmuka SPI 4. Watchdog Timer dengan oscillator internal. 5. On-chip Analog Comparator.2

2.3

Konfigurasi Pin ATmega8535 Konfigurasi pin ATmega8535 terdiri dari kemasan 40 pin DIP (Dual In-line Package).

2 Ibid, hal 3. 6

Gambar 2.2 Konfigurasi Pin Mikrokontroler ATmega8535

Dari gambar diatas dapat dijelaskan fungsi dari masing-masing pin ATmega8535sebagai berikut: 1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai masukan catu daya. 2. GND merupakan pin ground. 3. Port A (PA0-PA7) merupakan pin input / output dua arah dan pin masukanADC. 4. Port B (PB0-PB7) merupakan pin input / output dua arah dan pin

fungsi khusus, seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini.3

Tabel 2.1 Fungsi Khusus Port B Pin PB7 PB6 PB5 PB4 PB3 Fungsi Khusus SCK (SPI Bus Serial Clock) MISO (SPI Bus Master Input / Slave Output) MOSI (SPI Bus Master Output / Slave Input) SS (SPI Slave Select Input) AIN1 (Analog Comparator Negative Input) OC0 (Timer/Counter0 Output Compare Match Output) PB2 AIN0 (Analog Comparator Positive Input) INT2 (External Interrupt 2 Input) PB1 PB0 T1 (Timer/Counter1 External Counter Input) T0 T1 (Timer/Counter0 External Counter Input) XCK (USART External Clock Input/Output) 1. Port C (PC0-PC7) merupakan pin input / output dua arah dan pin fungsi khusus, seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.2 Fungsi Khusus Port C

3 Ibid, hal 5. 8

Pin PC7 PC6 PC5 PC4 PC3 PC2 PC1 PC0

Fungsi Khusus TOSC2 (Timer Oscillator Pin2) TOSC1 (Timer Oscilallator Pin1) TDI (JTAG Test Data In) TDO (JTAG Test Data Out) TMS (JTAG Test Mode Select) TCK (JTAG Test Clock) SDA (Two-wire Serial Bus Data Input/Output Line) SCL (Two-wire Serial Bus Clock Line)

1.

Port D (PD0-PD7) merupakan pin input / output dua arah dan pin fungsi khusus, seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.3 Fungsi Khusus Port D Pin PD7 Fungsi Khusus OC2 (Timer/Counter2 Output Compare Match Output)

PD6 PD5 PD4 PD3 PD2 PD1 PD0 1.

ICP (Timer/Counter1 Input Capture Pin) OC1A (Timer/Counter1 Output Compare A Match Output) OC1B (Timer/Counter1 Output Compare B Match Output) INT1 (External Interrupt 1 Input) INT0 (External Interrupt 0 Input) TXD (USART Output Pin) RXD (USART Input Pin)

RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler. 2. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal. 3 AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.

3. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.4

2.4 Peta Memori ATmega8535 Arsitektur AVR mempunyai dua memori utama, yaitu memori data dan memori program. Selain itu, ATmega8535 memiliki memori EEPROM untuk menyimpan data.

4 Ibid, hal 7. 10

Gambar 2.3 Memori MAP Mikrokontroler ATmega8535 2.4.1 Memori Program ATmega8535 memiliki 16 Kbyte On-chip In-System

Reprogrammable Flash Memory untuk menyimpan program. Karena semua instruksi AVR memilki format 16 atau 32 bit, flash diatur dalam 8K x 16 bit. Untuk keamanan program, memori program, flash dibagi ke dalam dua bagian, yaitu bagian program Boot dan aplikasi. Bootloader adalah program kecil yang bekerja pada saat start up time yang dapat memasukan seluruh program aplikasi ke dalam memori iprosesor. 2.4.2 Memori Data (SRAM) Memori data AVR ATmega8535 terbagi menjadi 3 bagian,yaitu 32 buah register umum, 64 buah register I/Odan 1 Kbyte SRAM internal.
11

General purpose register menempati alamat data terbawah, yaitu $00 sampai $1F. Sedangkan memori I/O menempati 64 alamat berikutnya mulai dari $20 hingga $5F. Memori I/O merupakan register yang khusus digunakan untuk mengatur fungsi terhadap berbagai peripheral

mikrokontroler seperti control register, timer/counter, fungsi-fungsi I/O, dan sebagainya. 1024 alamat memori berikutnya mulai alamat $60 hingga $45F digunakan untuk SRAM internal.

1. Memori Data EEPROM ATmega8535 terdiri dari 512 byte memori data EEPROM 8 bit, data dapat ditulis/baca dari memori ini, ketika catu daya dimatikan, data terakhir yang ditulis pada memori EEPROM masih tersimpan pada memori ini, atau dengan kata lain memori EEPROM bersifat nonvolatile. Alamat EEPROM mulai $000 sampai $1FF. Untuk mengakses EEPROM dilakukan dengan cara menentukan EEPROM Address Register, EEPROM Data Register, EEPROM Control Register. Akses baca/tulis EEPROM:

1. EEPROM Address Register EEARH dan EEARL

2.

Gambar 2.4 EEPROM Address Register


12

3. EEPROM Data Register EEDR

Gambar 2.5 EEPROM Data Register

4. EEPROM Control Register EECR

Gambar 2.6 EEPROM Control Register5

1.

Timer/Counter

5 Ibid, hal 14. 13

AVR ATmega8535 memiliki 3 timer. Timer/counter o (8 bit), timer/counter 1 (16 bit), dan timer/counter 2 (8 bit). Ketiga timer/counter dapat diatur dalam mode yang berbeda secara individu dan tidak mempengaruhi satu sama lain. 2.6 Status Register (SREG) Status register adalah register berisi status yang dihasilkan pada setiap operasi yang dilakukan ketika suatu instruksi dieksekusi. SREG merupakan bagian dari inti CPU mikrokontroler.

Gambar 2.7 Status Register ATmega8535

Bit 7 : I (Global Interrupt Enable) Bit untuk mengaktifkan interupsi, jika terjadi interupsi yang dipicu oleh hardware bit I akan di-clear, dan akan di-set kembali menggunakan instruksi RETI. Bit 6 : T (Bit Copy Storage) Bit 5 : H (Half Carry Flag) Bit 4 : S (Sign Bit) Bit S merupakan hasil operasi EOR antara flag-N (negative) dan flag-V (komponen dua overflow) Bit 3 : V (Twos Complement Overflow Flag)
14

Bit ini berguna untuk mendukung operasi aritmatika. Bit 2 : N (Negative Flag) Apabila suatu operasi menghasilkan bilangan negative, maka flag-N akan di-set. Bit 1 : Z (Zero Flag) Bit ini akan di-set bila hasil operasi yang diperoleh adalah nol Bit 0 : C (Carry Flag) Bit ini akan di-set bila hasil operasi menghasilkan carry.

15

2.7

Aktuator
The image part with relationship ID rId14 was not found in the file.

Yaitu sebuah peralatan mekanis untuk menggerakan atau mengontrol sebuah mekanisme atau sisem. Aktuaktor di aktifkan dengan mengunakan lengan mekanismeyang biasanya digerakkan oleh motor listrik yang dikendalikan oleh media pengontrolotomatis yang terprogram di antara mikrokonoler.

1.

Remote Infrared Semua remote control menggunakan transmisi sinyal infra merah yang dimodulasi dengan sinyal carrier dengan frekuensi tertentu yaitu pada frekuensi 30KHz sampai 40KHz. Sinyal yang dipancarkan oleh transmitter diterima oleh receiver infra merah dan kemudian didekodekan sebagai sebuah paket data biner. Pada transmisi infra merah terdapat dua terminalogi yang sangat penting yaitu :

16

space yang menyatakan tidak ada sinyal carrier dan pulse yang menyatakan adanya sinyal carrier. Hal ini dapat dicontohkan pada remote TV PANASONIC.

Gambar 2.8 Remote PANASONIC

Pengkodean pada remote infra merah pada dasarnya ada tiga macam dan semuanya berdasarkan pada panjang jarak antar pulsa atau pergeseran urutan pulsa. 1. Pulse-Width Coded Signal Pada pengkodean ini panjang pulsa merupakan kode informasinya. Jika panjang pulsa pendek (kira-kira 550s) maka dikatakan sebagai logika L tetapi jika panjang pulsa panjang (kira-kira 2200s) maka menyatakan logika H.
The image part with relationship ID rId17 was not found in the file.

Gambar 2.9 Pulse-Width Coded Signal 2. Space-Width Coded Signal

17

Pengkodean ini didasarkan pada panjang/pendek space. Jika panjang pulsa sekitar 550us atau kurang maka dinyatakan sebagai logika L sedangkan jika panjang space lebih dari 1650us maka dinyatakan sebagai logika H.
The image part with relationship ID rId19 was not found in the file.

Gambar 2.10 Space-Width Coded Signal 5. Shift Coded Signa Pengkodean ini ditentukan pada urutan pulsa dan space. Pada saat space pendek (kurang dari 550us) dan pulse panjang (lebih dari 1100us) maka dinyatakan sebagai logika H . Tetapi sebaliknya jika space panjang dan pulse pendek maka dinyatakan sebagai logika L .
The image part with relationship ID rId21 was not found in the file.

Gambar 2.11 Shift Coded Signal Pengkodean ini merupakan hal yang sangat penting karena tanpa mengetahui sistem pengkodean pada sisi transmitter infra merah maka disisi receiver tidak bisa mendekodekan data/perintah apa yang dikirmkan. Selain itu didalam pengkodean ini perlu disisipkan suatu data yang dinamakan sebagai device address sebelum data atau perintah. Device addres ini menyatakan nomor alamat peralatan jika terdapat lebih dari satu alat yang dapat dikendalikan oleh sebuah remote kontrol pada suatu area tertentu.

18

Panjang sinyal data biner ini bervariasi antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain sehingga suatu remote control hanya dapat digunakan untuk sebuah produk dari perusahaan yang sama dan pada tipe yang sama.

Tabel 2.4 Kode Remote Panasonic Tombol Power Mute -/-C 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kode Remote BCBDh 4C4Dh DCDDh 0AC5h 9899h 0809h 8889h 4849h C8C9h 2829h A8A9h 6869h E8E9h 1819h

Remote PANASONIC secara umum menggunakan protokol yang disebut Space Modulation, diawali dengan Header, diikuti dengan 48 bit data (MSB dikirim dulu) dan diakhiri dengan sebuah Stop Pulse. 48 bit data tersebut terdiri dari : 32 bit data yang menunjukkan group (TV, Video, Tuner, Tape,dll) dan 16 bit data tombol. Bentuk Sinyal:

19

The image part with relationship ID rId22 was not found in the file.

Gambar 2.12 Bentuk Sinyal Remote PANASONIC

Keterangan bentuk sinyal remote Panasonic : 6. 7. T = sekitar 400 s, frekuensi carrier = 32 kHz Jarak antara data satu dengan data berikutnya sekitar 80 ms

1.

SPC Infrared Transceiver Smart Peripheral Controller / SPC infrared transceiver merupakan alat pengirim dan penerima data melalui media sinar infrared dengan 4 protokol yang umum digunakan yaitu SONY, PANASONIC, PHILIPS, dan Raw Data.

Gambar 2.13 SPC Infrared Transceiver

Untuk berkomunikasi dengan SPC infrared transceiver disediakan 3 antarmuka komunikasi penyampaian data sehingga mempermudah pengguna untuk memilih antarmuka yang diinginkan. Contoh aplikasi dari SPC infrared transceiver adalah untuk tukar menukar data nirkabel (wireless communication), remote transmitter, remote receiver, pembaca data remote control, dan sebagainya. Di bawah ini merupakan spesifikasi SPC infrared transceiver, antara lain:
20

8.

Mendukung 4 jenis protokol komunikasi, yaitu SONY, PANASONIC, PHILIPS, dan Raw Data.

9.

Mendukung komunikasi nirkabel 2 arah half duplex (transmitter - receiver), dengan jangkauan maksimum pada sudut 0 (line of sight) adalah 35 m menurut datasheet (indoor).

10. 11. 12.

Transmitter bekerja pada frekuensi carrier 36 kHz, 38 kHz, atau 41 kHz. Receiver dapat menerima sinyal infrared dengan frekuensi carrier 32 kHz - 42 kHz. Memiliki 3 pilihan antarmuka, yaitu synchronous serial TTL, UART TTL, dan UART RS-232.

13. 14.

Memerlukan catu daya tunggal +5V DC. Dapat dihubungkan ke COM port komputer secara langsung melalui antarmuka UART RS-232.

15.

Kompatibel dengan DT-51 minimum system, DT-51 Low Cost Micro System / Low Cost Nano System dan mendukung sistem mikrokontroler atau mikroprosesor lainnya.

SPC infrared transceiver mempunyai buffer sebesar 100 byte untuk mencatat lebar pulse dan space, apabila sinyal dari remote melebihi batas buffer maka SPC infrared transceiver akan menambahkan data 0FFh (255) di akhir data yang menandakan terjadinya buffer overflow.

Pencatatan data selalu diawali dengan pulse.

2.10 Spesifikasi Internal Synchronous Serial SPC Infrared Transceiver Dalam penggunaan dari Synchronous Serial SPC Infrared

Transceiver akan dikenal adanya tiga layer (lapisan) penggunaan:

21

1.

Synchronous Serial Engine Layer : merupakan lapisan yang mengurusi semua kegiatan dari tiap bit yang akan diterima atau yang akan dikirim. Bagian ini tidak perlu diubah kecuali untuk keperluan khusus. Bagian ini terdapat dalam ENG_SS.INC.

2.

Synchronous Serial Protocol Layer : merupakan lapisan yang dipergunakan untuk mengatur semua lalu lintas data dan sudah tersusun sesuai dengan kegunaan menjadi paket sub-rutin.

3.

Synchronous Serial Application Layer : merupakan lapisan terluar yang dipergunakan untuk berinteraksi secara langsung dengan pengguna. Bagian ini tidak perlu diubah kecuali untuk keperluan khusus. Bagian ini terdapat dalam TRX_SS.INC.

2.11 Spesifikasi Internal UART SPC Infrared Transceiver Dalam penggunaan dari UART SPC Infrared transceiver akan dikenal adanya tiga layer (lapisan) penggunaan: 1. UART Engine Layer : merupakan lapisan yang mengurusi semua kegiatan dari tiap bit yang akan diterima atau yang akan dikirim. Bagian ini tidak perlu diubah kecuali untuk keperluan khusus. Bagian ini terdapat dalam ENG_UART.INC. 2. UART Protocol Layer : merupakan lapisan yang dipergunakan untuk mengatur semua lalu lintas data dan sudah tersusun sesuai dengan kegunaan menjadi paket sub-rutin. Bagian ini tidak perlu diubah kecuali untuk keperluan khusus. Bagian ini terdapat dalam TRX_UART.INC. 3. UART Application Layer : adalah lapisan terluar yang dipergunakan untuk berinteraksi secara langsung dengan pengguna. Bagian ini tidak perlu diubah kecuali untuk keperluan khusus. Bagian ini terdapat dalam ENG_UART.INC.
22

2.12 Protokol PANASONIC SPC infrared transceiver mengenali protokol PANASONIC,

menyaring header dan stop pulse, lalu mengirimkan data asli (data group dan data tombol) kepada master controller (mikrokontroler/komputer) sebanyak 6 byte.

Gambar 2.14 Data Group dan Data Tombol

Dari gambar diatas, didapat keterangan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Data Tombol LSB akan disimpan pada register TRXDATA0. Data Tombol MSB akan disimpan pada register TRXDATA1. Data Group Byte 1 (LSB) akan disimpan pada register TRXDATA2. Data Group Byte 2 akan disimpan pada register TRXDATA3. Data Group Byte 3 akan disimpan pada register TRXDATA4. Data Group Byte 4 (MSB) akan disimpan pada register TRXDATA5.

23

Gambar 2.15 Protokol PANASONIC

Ketentuan untuk protokol PANASONIC adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Frekuensi diletakkan pada register TRXFREQ. Data Tombol LSB diletakkan pada register TRXDATA0. Data Tombol MSB diletakkan pada register TRXDATA1. Data Group Byte 1 (LSB) diletakkan pada register TRXDATA2. Data Group Byte 2 diletakkan pada register TRXDATA3. Data Group Byte 3 diletakkan pada register TRXDATA4. Data Group Byte 4 (MSB) diletakkan pada register TRXDATA5.

Pengiriman data diawali dengan 4 x 0FFh yang berfungsi untuk me-reset state dan kemudian mengirimkan byte frekuensi. Lalu kirim 6 byte (4 byte group dan 2 byte tombol) dimulai dari Data Tombol LSB hingga Data
24

Group MSB. Akhiri dengan 0FEh (End State). Jarak pengiriman antar data minimal 1 ms.

2.13

LED (Light Emitting Diode) LED (Light Emitting Diode) adalah sambungan p-n yang khusus dibuat

dari suatu material semikonduktor yang dapat memancarkan cahaya ketika arus sebesar 5mA hingga 10mA melaluinya. LED berfungsi untuk dapat mengemisikan (memancarkan) cahaya. Cahaya yang dikeluarkan bisa cahaya tampak (merah, kuning, hijau, biru, putih dsb.) ataupun infra merah.

Gambar 2.17 LED (Light Emitting Diode)

LED dapat digunakan sebagai indikator serbaguna dan jika dibandingkan dengan lampu filamen konvensional, maka LED bekerja dengan tegangan dan arus yang jauh lebih kecil. LED sering digunakan sebagai lampu indikator untuk mengindikasikan keberadaan tegangan. Akan tetapi, LED tidak menunjukan jumlah yang tepat dari tegangan yang ada pada titik itu. Penerapan lain dari LED adalah display tujuh segmen yang digunakan sebagai indikator numerik dalam kalkulator, jam digital, dan peralatan pengukur, sedangkan LED infra merah biasa digunakan
25

pada rangkaian remote control televisi, VCD/DVD player, mouse, dsb. LED memiliki kelebihan yaitu konsumsi arus yang rendah (sekitar 50 mA) dan usia/life time yang panjang jika digunakan pada tegangan kerja yang sesuai (sekitar 1.5 3 volt DC) sehingga cocok digunakan dalam banyak penerapan. LED mempunyai ukuran 3 mm dan 5 mm, terdiri dari dua kaki yaitu kaki anoda dan katoda, dimana kaki anoda lebih panjang dari kaki katoda.6

2.14 Catu Daya Catu daya merupakan rangkaian yang mengubah tegangan AC menjadi DC. Catu daya berfungsi memberikan tegangan sumber (Vs) pada suatu rangkaian sehingga rangkaian tersebut dapat bekerja. Pada suatu rangkaian suatu catu daya berfungsi sebagai pendukung kerja dari rangkaian. Catu daya sering digunakan untuk menyalurkan energi listrik, dan beberapa digunakan pada mesin mesin listrik. Catu daya dapat digunakan sebagai pengganti sumber tenaga listrik baik sebagai sumber utama atau cadangan, seperti : 1 . Mengubah bentuk listrik dari sumber ke bentuk tegangan yang

diinginkan. 2. Biasanya digunakan untu mengubah sumber AC 120 atau 240 volt ke tegangan DC yang lebih rendah untuk digunakan pada peralatan. elektronik. 3 . 4 . Pengganti baterai. Generator atau alternator.

6 Ibid, hal 191.

26

Gambar 2.18 Diagram Blok Rangkaian Catu Daya \ Pada umumnya komponen elektronik memerlukan catu daya DC untuk dapat beroperasi. Catu daya DC dapat diperoleh dari accu, baterai, atau dari sumber daya AC yang disearahkan. Rangkaian catu daya DC yang diperoleh dari penyearahan tegangan AC disusun dari transformator, penyearah, dan regulator tegangan. Penyearah menggunakan dioda-dioda yang disusun sedemikian rupa atau dengan dioda bridge yang memiliki input dan output. Untuk mendapatkan keluaran DC yang baik, maka setelah disearahkan oleh penyearah, tegangan difilter atau disaring untuk catu daya yang menggunakan regulator, biasanya digunakan filter kapasitor.7 Catu yang diatur secara lebih kompleks dapat menambahkan transistor atau trioda sebagai pengindra-tegangan dan pengontrolan tegangan, ditambah dengan dioda zener atau tabung VR untuk menyediakan tegangan acuan (reference). Sistem penyearah sendiri dibagi menjadi dua, yaitu penyearah setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh.

7 Endang Purwanto. Catu Daya. http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=774:catudaya&catid=16:mikroprocessorkontroller&Itemid=14 (28 Juni 2011) 27

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI


1. Deskripsi Alat

28

Dalam bab ini akan dibahas mengenai Antena TV dengan penggerak motor DC, perancangan alat yang meliputi perangkat keras (hardware) sampai pada tahap implementasi dari hasil perancangan. Berikut adalah blok diagram keseluruhan sistem:

Gambar 3.1 Blok Diagram Rangkaian Gambar 3.1 merupakan blok diagram antenna TV dengan penggerak motor DC.Pada alat ini terdiri dari beberapa rangkaian. yang pertama yaitu rangkaian Catu daya,k Rangkaian SPC,Driver motor,dan mirocontroler. Cara kerjanya yaitu SPC(remote RX) menerima instruksi atau perintah dari remote TX.kemudian data dari SPC diterima oleh Mikrokontroler untuk selanjutnya akan di proses.sumber tegangan Sumber tegangan untuk mikrokontroler berasal dari Catu daya 5V. Tegangan 5VDC dari Catu dayadi hasilkan dari IC 7805.Selain untuk menurunkan tagangan 5V. IC ini juga sebagai stabilitator Pada alat ini terdapat travo Step Down 220 VAC, Dengan memiliki arus sebesar 3A. Dari 220 VAC diturunkan menjadi 12 VAC untuk sumber Catu Daya dari motor driver. Motor driver ini berfungsi sebagai penggerak dari motor DC (Aktuator) motor driver akan bekerja apabila telah diinstruksi dari mikrokontroler.

29

3.2

Rangkaian Mikrokontroler Rangkaian mikrokontroler ATmega8535 ini berfungsi sebagai sistem kontrol utama dari alat, dimana mikrokontroler ATmega8535 telah diprogram untuk mengatur sistem pembacaan data dan perekaman kepada peralatan lainnya.

Gambar 3.5 Rangkaian Mikrokontroler ATmega8535 Untuk membuat rangkaian seperti pada gambar 3.5, diperlukan beberapa komponen yaitu: 1. IC mikrokontroler ATmega8535
30

2. 3. 4. 5. 6.

XTAL 11.0592 MHz 4 kapasitor : 22 pF (dua buah), 10 nF, 10 uF 2 buah resistor 10 k 1 tombol reset pushbutton Catu daya 5V DC.

Pada umumnya, suatu mikrokontoler membutuhkan dua elemen (selain catu daya) untuk berfungsi, dua elemen tersebut yaitu: kristal oscillator (XTAL), dan rangkaian reset. XTAL berfungsi untuk memompa data. Pada IC mikrokontroler terdapat pin reset yang berfungsi untuk me-reset mikrokontroler. Gambar 3.2 merupakan gambar rangkaian pada pin reset mikrokontroler ATmega8535.

Gambar 3.2 Rangkaian Reset Mikrokontroler ATmega8535 Fungsi rangkaian reset adalah untuk membuat mikrokontroler memulai kembali pembacaan program, hal tersebut dibutuhkan pada saat mikrokontroler mengalami gangguan dalam meng-eksekusi program.

3.3

Rangkaian SPC Infrared Transceiver Gambar 3.3 merupakan rangkaian dari SPC infrared transceiver yang

digunakan untuk mengirim dan menerima data melalui media infrared. SPC infrared transceiver mempunyai buffer sebesar 100 byte untuk mencatat lebar pulse dan space, apabila sinyal dari remote melebihi batas buffer maka SPC infrared
31

transceiver akan menambahkan data 0FFh (255) di akhir data yang menandakan terjadinya buffer overflow. Pencatatan data selalu diawali dengan pulse.

Gambar 3.3 Rangkaian SPC Infrared Transceiver

SPC Infrared transceiver memiliki antarmuka dan yang umum didukung oleh mikrokontroler sehingga modul ini dapat dengan mudah dihubungkan ke sistem mikrokontroler. Antarmuka UART dari modul ini juga dapat diatur pada level sehingga dapat dihubungkan ke COM port komputer menggunakan kabel serial yang tersedia. Dari segi fisik, modul ini memiliki ukuran relatif kecil, yaitu 8,1 x 4,2 x 2,1 (cm).

32

Gambar 3.4 Tata Letak Komponen SPC Infrared Transceiver

Berdasarkan datasheet komponen receiver dan transmitter, jangkauan komunikasi nirkabel modul SPC ini dapat mencapai 35 m (maksimal) pada kondisi indoor dan posisi line of sight. Transmitter bekerja pada frekuensi carrier 36 kHz, 38 kHz, atau 41 kHz. Receiver dapat menerima sinyal infrared dengan frekuensi carrier 32 kHz - 42 kHz. SPC infrared transceiver memerlukan catu daya tunggal sebesar +5V DC.

3.4

Rangkaian Catu Daya Pada dasarnya power supply mempunyai konstruksi sirkuit yang terdiri dari trafo, rectifier (penyearah), penghalus tegangan, dan stabilisator tegangan berupa IC voltage regulator seri LM 78XX atau LM 79XX.

Rangkaian 3.5 Catu Daya


33

Rangkaian catu daya ini menggunakan : 1. Transformator Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut: ketika kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik pada kumparan primer menimbulkan medan magnet yang berubah. Medan magnet yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti besi ke kumparan sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul ggl induksi. Efek ini dinamakan induktansi timbal-balik (mutual inductance).

Pada skema transformator di atas, ketika arus listrik dari sumber tegangan yang mengalir pada kumparan primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan magnet yang dihasilkan akan berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan pada kumparan sekunder akan berubah polaritasnya. Transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik tinggi menjadi rendah, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder (Np > Ns). 2. Dioda Bridge Pada rangkaian di atas, dioda bridge berfungsio sebagai penyearah pada power supply. Dioda bridge itu sendiri merupakan dioda silikon yang dirangkai menjadi suatu bridge dan dikemas menjadi satu kesatuan komponen.

34

3.

IC 7805 & 7812 IC 7805 & 7812 (tipe 78XX) pada rangkaian power supply ini digunakan sebagai stabilisator tegangan dimana besar dari XX menunjukkan tegangan maksimum output yang dihasilkan. Untuk output 12 V maka digunakan tipe 7805 dan untuk output 12 V maka digunakan tipe 7812. Untuk tegangan yang lain harus

disesuaikan dengan trafo dan IC stabilisatornya. 4. Kapasitor Kapasitor yang digunakan pada rangkaian ini menggunakan nilai 1000F dan 100 F 3.5 Rangkaian Motor Driver

Dibawah ini merupakan gambar 3.6 rangkaian motor driver

Gambar 3.6 Rangkaian Motor Driver


35

Embedded Module Series (EMS) 2 A Dual H-Bridge merupakan driver H-Bridge yang didisain untuk menghasilkan drive 2 arah dengan arus kontinyu sampai dengan 2 A pada tegangan 4,8 Volt sampai 46 Volt. Tiap H-Bridge dilengkapi dengan sensor arus beban yang dapat digunakan sebagai umpan balik ke pengendali. Modul ini mampu mendrive beban-beban induktif seperti misalnya relay, solenoida, motor DC, motor stepper, dan berbagai macam beban lainnya.

1. 2.

Terdiri dari 2 driver full H-Bridge yang dapat diparalel. Tiap driver mampu melewatkan arus kontinyu 2 A. Jika diparalel, akan mampu

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

melewatkan arus kontinyu 4 A. Range tegangan output untuk beban: 4,8 V sampai 46 V. Input kompatibel dengan level tegangan TTL dan CMOS. Jalur catu daya input (VCC) terpisah dari jalur catu daya untuk beban (V Mot). Output tri-state. Dilengkapi dengan dioda eksternal untuk pengaman beban induktif. Dilengkapi dengan sensor arus beban untuk tiap H-Bridge.

36

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

Pada bab ini, akan dibahas hasil dari perancangan alat dimana bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kerja alat tersebut. Untuk itu, dilakukan beberapa pengujian yang meliputi: 1. 2. Pengujian rangkaian catu daya Pengujian bentuk gelombang osilator dan besarnya frekuensi yang diterima oleh mikrokontroler 3. Pengujian proses reset pada mikrokontroler

IV.1. Pengujian Rangkaian Catu Daya IV.1.1. Tujuan pengujian Tujuan dari pengujian rangkaian catu daya ini adalah untuk mengetahui besar tegangan yang ada dari rangkaian catu daya. IV.1.2. Peralatan yang digunakan Peralatan yang digunakan dalam pengujian rangkaian catu daya ini adalah dua buah multimeter digital dan beberapa kabel penghubung. IV.1.3. Prosedur pengujian 1. Atur posisi multimeter 1 pada pengukuran tegangan DC tempatkan posisi kabel merah ke output transistor 2n3055 dan multimeter 2 pada pengukur tegangan DC dengan regulator 7805.

37

Gambar IV. 1. Pengujian pada rangkaian catu daya. 2. Aktifkan rangkaian, dan akan tampak besar tegangan pada masing-masing multimeter seperti yang diperlihatkan pada gambar IV.2. Pada tabel IV.1. akan diberikan hasil pengukuran pada rangkaian catu daya. 1. (b)

1.

DC 12V

(b) DC regulator 7805

Gambar IV. 2. Hasil pengujian rangkaian catu daya Tabel IV. 1. Hasil pengukuran rangkaian catu daya Tegangan Input DC ( multimeter 1 ) 12,04 volt Tegangan Output 7805 ( multimeter 3 ) 5,00 volt

38

IV.1.4. Analisa Dari pengamatan dari pengujian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa saat rangkaian catu daya dioperasikan, tegangan input DC sebesar 12,04volt, tegangan output regulator 7809 sebesar 9,00volt dan tegangan output 7805 sebesar 5,00volt.

IV.2. Pengujian Bentuk Gelombang Osilator dan Besarnya Frekuensi yang Digunakan oleh Mikrokontroler IV.2.1. Tujuan pengujian Mengamati besarnya frekuensi osilator yang dipergunakan oleh mikro-kontroler pada alat. IV.2.2. Peralatan yang digunakan Peralatan yang digunakan dalam pengujian bentuk gelombang dan besar frekuensi yang digunakan mikrokontroler ini adalah sebuah osiloskop dan beberapa kabel penghubung. IV.2.3. Prosedur pengujian 1. Penghubungan probe 1 osiloskop dengan pin 12 mokrokontroler, dan ground osiloskop dengan ground rangkaian, seperti yang diperlihatkan pada gambar IV.3.

Gambar IV.3. Pengujian rangkaian osilator


39

2. Aktifkan rangkaian dan akan tampak pada layar osiloskop besar frekuensi dan bentuk gelombang osilator, seperti yang ditampilkan pada gambar IV.4.

Gambar IV.4. Bentuk hasil pengujian gelombang rangkaian osilator IV.2.3. Analisa Dari hasil pengujian diatas, didapat besarnya frekuensi pada rangkaian osilator adalah sebesar 11,04 MHz. Pada realisasi alat, osilator yang dipergunakan adalah sebesar 11,0592 MHz. Ini disebabkan karena kurangnya keakuratan alat ukur. Namun dengan nilai frekuensi yang diukur, selisih dari nilai sebenarnya adalah 11,0592 MHz 11,04 MHz = 0.0192 MHz, masih dianggap dalam batas harga osilator yang digunakan.

IV.3. Pengujian Proses Reset pada Mikrokontroler IV.3.1. Tujuan pengujian Mengamati waktu yang diberikan dalam proses reset serta bentuk gelombang yang terjadi pada saat pertama kali sistem mikrokontroler diaktifkan atau catu daya aktif (on).

40

IV.3.2. Peralatan yang digunakan Peralatan yang digunakan dalam pengujian proses reset pada mikrokontroler ini adalah sebuah osiloskop dan beberapa kabel penghubung. IV.3.3. Prosedur pengujian 1. Penghubungan probe 1 osiloskop dengan pin 9 mokrokontroler, dan ground osiloskop dengan ground rangkaian, seperti yang diperlihatkan pada gambar IV.5.

Gambar IV.5. Pengujian rangkaian reset 2. Pada saat pengaktifan rangkaian, layar osiloskaop menunjukan berapa lama waktu yang diberikan untuk proses reset, seperti yang diperlihatkan pada gambar IV.6.

41

Gambar IV.6. Hasil pengujian rangkaian reset

IV.3.4. Analisa Pada saat pertama kali catu daya aktif, terjadi proses reset yang disebabkan adanya hubungan singkat pada kapasitor sehingga arus mengalir dari Vcc ke kaki RST dan menghasilkan logika 1 (high). Proses reset ini selesai sampai 0,0637detik (63,7ms) dan kaki RST menjadi logika 0 (low).

IV.4

Pengujian Sistem Secara Keseluruhan

IV.4.1 Tujuan Pengujian Untuk mengetahui cara kerja sistem secara keseluruhan IV.4.2 Peralatan yang Digunakan Alat yang dipergunakan pada pengujian ini adalah Rangkaian Sistem, Antena Outdor dan TV IV.4.3 Prosedur Pengujian Langkah langkah dalam pengujian dalam sistem ini adalah :
42

1. 2. 3.

Instalasi antena outdor dengan rangkaian sistem. Aktuator di hubungkan ke sistem. Jika tekan tombol no 1 pada remot. Maka Rotari encoder akan berputar untuk mencari frekuensi gambar pada TV denan gambar yang bagus.

4.

Dan jika sudah dapat frekuensi gambar pada TV sudah di dapat. Maka langsung di simpan dengan menekan tombol no 3.

5.

Jika ingin mencari canel selanjutnya maka tekan kembali tombol no 2.agar rotari encoder kembali lagi ke titik awal atau o%.

6.

Jika untuk melihat data yang sudah di simpan.maka tekan tombol no 4,5,6,7,8

43

BAB V KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Perbedaan tegangan pada catu daya menurut teori dan pengukuran adalah adanya rugi rugi pada komponen. Pada saat pengukuran tegangan output pada pin 3 IC 7812 adalah 12,04. Sedangkan menurut teori tegangan yang dihasilkan adalah 12,00. 2. 3. 4. Tombol 1 digunakan untuk menggerakan encoder pada akuator. Tombol 3 digunakan untuk menyimpan saluran. Tombol 4,5,6,7,8 digunakan untuk menampilkan saluran yang telah disimpan.

44

Anda mungkin juga menyukai