Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
Pemahaman manusia akan ilmu pengetahuan tentang alam semesta (sains)
pada tiga setengah abad sebelum masehi hanya didasarkan pada pengamatan atau
observasi tanpa ada penjelasan yang didukung oleh percobaan atau eksperimen
seperti yang lazim dilakukan untuk mengetahui suatu fenomena alam.
Ada dua persoalan yang menjadi pokok pikiran pada zaman itu (zaman
Yunani) yaitu kecenderungan benda-benda untuk jatuh ke bumi dan gerakan
planet-planet yang dianggap sebagai persoalan yang terpisah.
Sejak dahulu kala manusia tertarik akan benda-benda antariksa yang
terlihat di langit. Para ahli pada waktu itu mencoba melukiskan sifat gerak benda-
benda antariksa. Berdasarakan pengamatan sehari-hari tampak bahwa semua
benda anatariksa terbit di timur dan tenggelam di barat. Jadi mereka berpandangan
bahwa bumi sebagai pusat alam semesta. Pandangan ini disebut pandangan
geosentris (teori geosentris) atau disebut juga sistem Ptolomeus.
Orang pertama yang menyatakan bahwa bumi kita ini bergerak
mengelilingi matahari adalah Nicholas Copernicus. Tetapi orang pertama yang
memperhitungkan tentang perubahan posisi planet-planet terhadap matahari
adalah Tycho Brache dan orang yang serius mencermati dan menganalisis data
posisi planet-planet yang dikumpulkan oleh Trycho Brahe adalah Johanes Kepler.
Johanes Kepler menghasilkan tiga hukum tentang gerak planet. Sedangkan orang
yang mencoba memahami hukum-hukum Kepler adalah Sir Issac Newton sampai
dia berhasil menyusun hukum gravitasi universal yang sangat terkenal.
1
BAB II
TEORI GEOSENTRIS DAN TEORI HELIOSENTRIS
Astronomi sebagai ilmu baru berkembang di Yunani pada abad IV SM
yang berpendapat bahwa bumi berbentuk datar. Dua abad kemudian muncul
terobosan pertama dalam astronomi yang dilakukan oleh Aristoteles yang
berpendapat bahwa bumi bulat bundar. Terobosan kedua hampir dilakukan oleh
Aristarchus pada abad III SM yang menyatakan bahwa bumi berputar dan beredar
mengelilingi matahari yang merupakan pusat gerak langit (heliosentris). Namun
dia tidak cukup banyak pendukung. Zaman astronomi klasik Yunani ditutup oleh
Hipparchus pada abad I SM yang menyatakan bumi yang bundar itu diam,
matahari, bulan dan planet-planet mengelilingi bumi dalam lintasan yang lebih
rumit yang terdiri dari lingkaran-lingkaran kecil dinamakan epicycle yang
menumpangi lingkaran-lingkaran yang lebih besar. Sistem geosentris ini
disempurnakan oleh Cladius Ptolomeus pada abad II M yang merupakan ilmuwan
astronomi Mesir Kuno. Sistem geosentris ini disebut juga teori geosentris atau
lebih dikenal sistem Ptolomeus. Pandangan Ptolomeus ini memang sesuai dengan
pengamatan mata telanjang yaitu semua benda antariksa terbit di timur dan
terbenam di barat. Tetapi bila sistem ini digambarkan di atas kertas, maka gerak
benda langit menjadi sulit dan rumit untuk ditelusuri.
Lebih dari tiga belas abad toeri geosentris diterima masyarakat dunia.
Barulah pada tahun 1512, seorang ilmuwan astronomi berkebangsaan Polandia,
Nicholas Copernicus (1473-1543) mengemukakan bahwa benda langit
mengelilingi matahari dengan orbit lingkaran. Pernyataan ini mendukung
pernyataan Aristarchus yang sebelumnya telah mengatakan bahwa mataharilah
pusat tata surya. Sistem ini disebut sistem heliosentris (bahasa Yunani : Helios =
matahari). Dalam sistem Copernicus, gerak benda langit tampak menjadi lebih
sederhana dan memudahkan pengelompokkan keluarga benada langit secara
bersistem. Dalam pandangan ini para ilmuwan kemudian mengemukakan apa
yang dikenal dengan sistem tata surya, yaitu kelompok atau keluarga benda langit
yang bergerak mengelilingi matahari.
2
Gambar 1 Hukum Copernicus (Heliosentris)
Adanya dua teori yang bertentangan tersebut telah merangsang para ahli
ilmu hitung untuk memperoleh data pengamatan yang lebih teliti. Data seperti itu
akhirnya didapat oleh Tycho Brache. Namun dalam melakukan pengamatan,
Brache belum menggunakan teleskop. Pada tahun 1609, Kepler mendukung
gagasan teori heliosentris dengan mengeluarkan tiga hukumnya yang selain
menyebutkan bahwa matahari adalah pusat tata surya juga memperbaiki mengenai
bentuk orbit planet, yaitu yang berbentuk elips. Pada tahun yang sama, Galileo
menjadi penemu teleskop yang pertama. Melalui pengamatan dengan
menggunakan teleskopnya, Galileo menyimpulkan bahwa bumi bukanlah pusat
gerak. Penemuan teleskop oleh Galileo ini bukan saja membantu menguatkan
konsep heliosentris Copernicus tetapi juga membuka lembaran baru dalam
perkembangan ilmu astronomi selanjutnya.
3
BAB III
HUKUM KEPLER
Johanes Kepler merupakan orang ketiga yang paling menonjol di antara
para ahli astronomi pada abad pertengahan setelah Tycho Brache dan Sir Issac
Newton. Kepler dilahirkan pada tahun 1572 di suatu kota di Jerman.
Orang Yunani Kuno mempunyai anggapan bahwa lingkaran adalah bentuk
yang mulia sehingga mereka percaya bahwa benda langit bergerak dalam
lintaasan yang berupa lingkaran. Paham ini menimbulkan kesulitan, bahkan
Nicholas Copernicus (1473-1543), dengan teori heliosentrisnya yang
menempatkan matahari sebagai pusat tata surya, pada saat itu masih beranggapan
bahwa orbit planet mengelilingi matahari berupa lingkaran.
Menjelang akhir abad XVI, Tycho Brache mempelajari tentang gerakan
planet. Ia sempat menerbitkan buku mengenai posisi-posisi bintang, perubahan
warnanya, jarak dan arti dari semua bintang. Buku itulah yang menjadikan Tycho
Brache terkenal sebagai ahli astronomi.
Dengan mengunakan data dari Brache, Johanes Kepler, selama kurang
lebih dua puluh tahun telah bereksperimen sampai dia mengemukakan bahwa
orbit planet mengelilingi matahari tidaklah berbentuk lingkaran melainkan
berbentuk ellips. Ia juga menunjukkan bahwa planet tidak bergerak dengan
kelajuan konstan tetapi bergerak lebih cepat ketika dekat dengan matahari
dibandingkan bila jauh. Kepler berhasil mengembangkan hubungan matematika
antara periode planet dan jarak rata-ratanya dari matahari yang kemudian
dituangkan melalui ketiga hukummya tentang gerakan planet. Ketiga hukum
Kepler merupakan hukum empiris yang hanya berdasarkan hasil pengamatan..
Adapun ketiga hukum ketiga Kepler tersebut adalah :
1. Semua planet bergerak dalam lintasan berupa ellips dengan matahari
sebagai salah satu titik fokusnya
4

Gambar 2 Hukum Kepler I
2. Garis yang menghubungkan tiap planet dan matahari dalam selang waktu
yang sama akan menyapu luas daerah yang sama
Gambar 3 Hukum Kepler II
3. Kuadrat periode tiap planet sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-rata
planet ke matahari
Gambar 4 Hukum Kepler III
..( 1 )
Hukum Kepler ini sekaligus memperkuat teori heliosentris yang dikemukakan
oleh Copernicus. Sayangnya Kepler tidak dapat menjelaskan tentang konsep gaya
yang menyebabakan keteraturan tersebut. Namun hukum gravitasi Newton
nantinya akan memberikan penjelasan fisis pada ketiga hukum Kepler. Dalam
kasus ini hukum gravitasi Newton mengharuskan setiap planet ditarik menuju
5
matahari dengan sebuah gaya yang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari
planet ke matahari. Dengan cara ini, Newton mampu menerangkan gerak planet
dalam tata surya dan gerak benda jatuh di dekat permukaan bumi dengan konsep
yang sama. Newton menggabungkan konsep mekanika benda langit dan mekanika
bumi yang sebelumnya dianggap sebagai dua masalah yang berbeda.
BAB IV
HUKUM GRAVITASI NEWTON
6
Gravitasi adalah fenomena yang dekat sekali dengan kehidupan kita,
setiap orang bisa merasakannya. Gaya ini bisa dirasakan dan dilihat dalam
berbagai bentuk yang berbeda. Ketika kita melenggang pada jalan yang menurun,
tarikan gravitasi akan mempercepat langkah kita. Hal lain yang sangat jelas bagi
kita adalah setiap benda yang dilemparkan pasti akan jatuh ke bumi. Namun
demikian baru di tahun 1987 gravitasi ini bisa dijelaskan dan dirumuskan dalam
persamaan matematika sederhana. Orang pertama yang sanggup menjelaskannya
adalah Sir Issac Newton.
Newton dilahirkan di Woolsthrope, Lincolnshire, Inggris ketika musim
dingin tahun 1642. Penemuan Newton tentang gravitasi diilhami dari pengamatan
peristiwa buah apel yang jatuh dari pohonnya ketika dia sedang duduk di bawah
pohon tersebut. Saat itu sekolahnya ditutup karena wabah penyakit menular.
Hukum Kepler memberikan kemudahan bagi Newton dalam
menghubungkan percepatan sebuah planet dalam orbitnya dengan gaya yang
dilakukan oleh matahari pada planet, yang berubah secara terbalik dengan kuadrat
jarak antara matahari dan planet. Newton mampu membuktikan bahwa gaya yang
berubah secara terbalik dengan kuadrat jarak pisah akan menghasilkan orbit elips
yang diamati oleh Kepler.
Yang menjadi pertanyaan utama bagi Newton adalah mengenai gaya yang
harus bekerja untuk mempertahankan bulan pada orbitnya yang hampir berupa
lingkaran dalam mengelilingi bumi. Dia juga memikirkan mengapa benda yang
jatuh bebas dipercepat dan mempunyai arah menuju pusat bumi. Newton
menyimpulkan bahwa pasti ada gaya yang bekerja pada benda tersebut, yang kita
sebut dengan gaya gravitasi.
Newton berusaha menentukan besar gaya gravitasi yang diberikan bumi
pada bulan dengan membandingkan gaya gravitasi pada benda-benda
dipermukaan bumi. Dari penemuan ilmuwan sebelumnya, percepatan sebuah
benda yang jatuh bebas karena gravitasi adalah 9,8 m/s
2

dan percepatan bulan
dapat dihitung dari persamaan a
r
= v
2
/r (karena bulan dianggap bergerak
melingkar), dimana v adalah laju bulan dalam mengelilingi bumi dan r adalah
orbit bulan dalam mengelilingi bumi. Kita tahu bahwa orbit bulan dalam
7
mengelilingi bumi adalah 384.000 km dan bulan sekali mengorbit bumi selama 27
hari (T = 27) maka:
a
r
= v
2
/r = (2 r
2
) / (T
r
r) = 0,00272 m/s
2
Dengan membandingkan percepatan gravitasi bumi dan percepatan sentripetal
bulan didapat :
a
r
1/3600 g
Dengan demikian, percepatan bulan terhadap bumi kira-kira 1/3600 kali
percepatan benda yang ada dipermukaan bumi atau 3600 kali lebih kuat dari apel
yang jatuh. Jarak antara bumi dan bulan adalah 384.000 km atau sama dengan 60
kali radius bumi yang besarnya 6400 km (ini merupakan jarak apel dari pusat
bumi dimana diameter bumi dihitung sekitar 12.800 km). Jarak dari pusat bumi ke
bulan adalah 60 kali lebih jauh dari benda-benda di permukaan bumi. Dari sinilah
Newton menyimpulkan bahwa hubungan antara percepatan gravitasi dan jarak
benda terhadap bumi yaitu :
g 1/R
2
Menurut hukum Newton ketiga, ketika bumi memberikan gaya gravitasi
ke benda apapun, seperti bulan misalnya, benda tersebut akan memberikan gaya
yang sama besar tetapi berlawanana arah pada bumi. Berdasarkan simetri ini,
Newton menyimpulkan bahwa besar gaya gravitasi harus sebanding dengan kedua
massa sehingga :

2
E B
M M
F G
R

Jadi menurut Hukum Newton tentang gravitasi universal besarnya gaya gravitasi
adalah :
2
E B
M M
F G
R
...( 2 )
dimana M
E
adalah massa bumi dan M
B
adalah massa benda lain dan R adalah jarak
dari pusat bumi ke pusat benda lain tersebut. Seratus tahun setelah Newton
mempublikasikan hukumnya, pada tauhn 1798 Henry Caveroish berhasil
menemukan nilai konstanta G yang besarnya 6,67 x 10
11
N/m
2
/kg
2
. Perhatikan
8
gambar 4 yang menunjukkan Hukum gravitasi Newton. Interaksi gravitasi bersifat
tarik-menarik ( selalu tarik menarik ) antar partikel-partikel materi.
M F F m
.
R
Gambar 4
Interaksi gravitasi ( hukum gravitasi universal Newton )
Hukum Newton ini bertahan kuat sampai Einstein menemukan
kejanggalan dalam teori gravitasi Newton ini pada awal abad 20. Newton tidak
mengindikasikan bagaimana gaya gravitasi terjadi. Ia hanya mengatakan bahwa
gaya gravitasi adalah satu gaya yang sudah dari sananya dibawa oleh benda
bermassa. Menurut Newton, sebuah benda bermassa akan mengerjakan gaya tarik
kepada benda bermassa lain yang berada dalam jangkauan gaya gravitasi benda
yang bermassa lebih besar. Gaya tarik gravitasi itu bekerja dan menjelajah ruang
hampa diantara dua benda tadi dalam waktu sesaat.
Hal ini bertentangan dengan klaim Einstein bahwa tidak ada energi
maupun massa yang bisa melebihi kecepatan melebihi kecepatan cahaya.
Mengingat jangkauan gaya gravitasi yang mencapai ribuan bahkan jutaan
kilometer, maka gaya gravitasi tidaklah mungkin menjelajahi angkasa luar dalam
waktu yang singkat. Jika gaya gravitasi bergerak dengan cara yang sama seperti
cahaya yang bergerak, maka Einstein berkesimpulan kecepatan gaya gravitasi
bekerja juga tidak boleh melebihi kecepatan cahaya. Dengan jarak jangkauan yang
jauh maka jelas gravitasi memerlukan waktu yang panjang untuk menjelajah
ribuan bahkan jutaan kilometer.
9
Namun demikian dengan teori gravitasi Newton bentuk dan orbit-orbit
planet dalam tata surya bisa diprediksiksn dengan tepat meskipun perhitungan
dilakukan dengan anggapan bahwa gaya gravitasi bekerja dengan sesaat. Jika
gravitasi bekerja tidak dalam waktu sesaat, sesuai dengan relativitas khusus
Einstein, maka orbit planet ini harus mengalami koreksi. Tetapi jika koreksi
Einstein dimasukkan, maka koreksi ini justru memberikan hasil prediksi orbit
planet yang tidak sesuai dengan data astronomi. Pertimbangan ini membuat
Einstein menyimpulkan adanya mekanisme dalam teori gravitasi yang belum
dijelaskan oleh Newton.
Buah Apel dan Gerak Bulan Mengelilingi Bumi
Hukum gravitasi Newton menyatakan hubungan antara gaya dan gerak
sebagai suatu hubungan sebab-akibat. Dalam kasus ini gaya dikaitkan dengan
kekuatan mendorong atau menarik sebagai penyebab perubahan gerak sebuah
benda. Atau dengan kata lain, gaya merupakan penyebab perubahan besar
kecepatan (laju) dan arah gerak (arah kecepatan) benda. Dengan hukum gravitasi
Newton kita dapat menerangkan gerakan bulan dalam mengelilingi bumi dan
benda yang jatuh ke bumi (misalnya kisah apel Newton).
Pertama, kita akan membahas mengenai gerak bulan mengelilingi bumi
berdasarkan hukum gravitasi Newton. Andaikan bulan tidak tidak mengalami
gaya apapun, bulan akan cenderung diam atau bergerak lurus dengan kecepatan
tetap. Tetapi kenyataannya bulan tidak bergerak lurus melainkan bergerak
mengelilingi bumi, berarti pada bulan harus bekerja suatu gaya yang tak lain
adalah gaya tarik gravitasi bumi. Yang menjadi pertanyaan kita sekarang adalah
mengapa bulan tidak jatuh tertarik ke bumi seperti halnya apel yang jatuh, padahal
gerak keduanya sama-sama dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Hal ini disebabkan
oleh bulan pada saat semula bergerak dengan kecepatan awal tertentu terhadap
bumi. Kita tahu bahwa orbit bulan dalam mengelilingi bumi berupa lingkaran, dan
setiap benda yang bergerak melingkar dengan kecepatan tertentu terjadi
percepatan ke arah pusat benda, yang kita sebut dengan percepatan sentripetal.
10
Percepatan sentripetal inilah yang menyebabkan bulan tidak tertarik jatuh ke
bumi. Jadi, dalam hal ini gaya gravitasi hanya mempengaruhi gerak bulan.
Mengenai pengaruh gaya gravitasi terhadap apel yang jatuh kita tinjau
hukum kedua Newton yang menyatakan bahwa besarnya perubahan gerak benda
(yang disebut percepatan) berbanding terbalik dengan massa benda tersebut dan
berbanding lurus dengan gaya penyebabnya. Besaran massa tersebut dapat
disetarakan dengan berat benda (dalam hukum gravitasi) dan secara fisika
merupakan ukuran keengganan benda untuk mengubah keadaan gerak semula
(kelembaman benda). Jadi secara fisika hukum ini menyatakan bahwa benda yang
massanya lebih besar (atau lebih berat) mempunyai kecenderungan untuk
mempertahankan dirinya atau mengubah keadaan geraknya semula sedangkan
benda yang jauh lebih kecil massanya memperlihatkan perilaku yang lebih luwes.
Dalam kasus antara apel yang jatuh dengan bumi, apel mempunyai
kecenderungan untuk jatuh ke bumi karena massa apel yang sangat lebih kecil
dari bumi. Dan penyebab apel jatuh yang tertarik ke arah pusat bumi tidak lain
adalah gaya yang disebut Newton dengan gaya gravitasi.
BAB V
TAFSIRAN NEWTON TERHADAP HUKUM KEPLER
11
Walaupun hukum Kepler merupakan langkah penting untuk memahami
gerakan planet-planet, namun hukum tersebut tetap saja hanya aturan empiris
yang diperoleh dari pengamatan astronomis Tyche Brache. Hukum gravitasi
Newton menjelaskan penjelasan fisis pada ketiga hukum Kepler. Berikut ini akan
kita tunjukkan bahwa hukum Kepler merupakan akibat dari hukum gravitasi
Newton namun sebelumnya kita tinjau dahulu hukum gerak dua benda.
Menurut hukum gerak dua benda, jika terdapat dua benda yang sedang
bergerak maka pada kedua benda tersebut akan saling menarik akibat gaya
gravitasi. Misalkan kedua benda tersebut adalah benda 1 dan 2 yang massanya
masing-masing m
1
dan m
2
bergerak dalam koordinat sistem kartesius dan
koordinat kedua benda tersebut masing-masing (x
1
, y
1
, z
1
) dan (x
2
, y
2
, z
2
). Maka
pada benda 1 akan bekerja gaya :
2
1 2
1
2 2
d r mm
m G
dt r
.. ( 3 )
r adalah jarak kedua benda. Dalam komponen sumbu x, y, z persamaan di atas
dapat ditulis sebagai berikut :

2
1 1 2
1 1 2
2 3
d x x x
m Gmm
dt r


..
( 4 )
2
1 1 2
1 1 2
2 3
d y y y
m Gmm
dt r

..
(5 )
2
1 1 2
1 1 2
2 3
d z z z
m Gmm
dt r

..
( 6 )
Dengan cara yang sama, kita peroleh komponen gaya yang bekerja pada
benda 2 yaitu :
2
2 2 1
2 1 2
2 3
d x x x
m Gmm
dt r



..( 7 )
2
2 2 1
2 1 2
2 3
d y y y
m Gmm
dt r

.. ( 8 )
2
2 2 1
2 1 2
2 3
d z z z
m Gmm
dt r

.. ( 9 )

Apabila keenam persamaan diferensial di atas kita pecahkan, maka kita
12
dapat menentukan koordinat kedua benda (x
1
, y
1
, z
1
) dan (x
2
, y
2
, z
2
) sebagai fungsi
waktu t atau dengan kata lain kita dapat menentukan posisi benda setiap saat
sehingga kita juga dapat menentukan letak kedua benda tersebut.
Untuk mempermudah pengerjaan, kita dapat meninjau gerak benda yang
satu relatif terhadap yang lain (misal gerak relatif planet terhadap matahari).
Dalam kondisi ini, benda yang satu kita anggap diam dan yang lain merupakan
pusat koordinat. Posisi awal benda dapat ditulis sebagai berikut :
x = x
2
x
1
... ( 10 )
y = y
2
y
1
... ( 11 )
z = z
2
z
1.
( 12 )
dan kita definisikan
M = m
1
+ m
2
.. ( 13 )
Dengan mensubstitusikan posisi awal benda dan definisi M kita dapatkan :
2
2 3
d x x
GM
dt r
.. ( 14 )
2
2 3
d y y
GM
dt r
.. ( 15 )
2
2 3
d z z
GM
dt r
.. ( 16 )
Kalikan persamaan (14) dengan y, (15) dengan x, lalu keduanya dikurangkan
sehingga didapat :

2 2
2 2
0
d y d x
x y
dt dt
(17)
0
d dy dx
x y
dt dt dt
| `


. ,
(18)
Bila persamaan di atas kita integrasikan maka diperoleh :
1
dy dy
x y a
dt dt

( 19 )
13
Dengan cara yang sama kita peroleh :
2
dz dy
y z a
dt dt
( 20 )
3
dx dz
z x a
dt dt
( 21 )
dengan a merupakan konstanta. Jika ketiga persamaan di atas kita kita kalikan
dengan z,x, dan y, kemudian ketiganya dijumlahkan, maka diperoleh :
a
1
z + a
2
x + a
3
y = 0 ( 22 )
Persamaan (22) disebut persamaan bidang datar, jadi orbit benda terletak pada
sebuah bidang datar yang tetap.
Kalikan persamaan (14) dengan 2(dx/dt), persamaan (15) dengan 2(dy/dt), dan
persamaan (16) dengan 2(dy/dt), kemudian ketiganya dijumlahkan maka akan
diperoleh :
2 2 2
2 2 2 3
2 2
dx d x dy d y dz d z GM dx dy dz
x y z
dt dt dt dt dt dt r dt dt dt
]
]
+ + + +
]
]
]
]
( 23 )
atau
2 2 2
3
2
d dx dy dz GM dx dy dz
x y z
dt dt dt dt r dt dt dt
]
| ` | ` | ` ]
+ + + +
]

]
. , . , . , ]
]
]
( 24 )
Jarak antara kedua benda dan kecepatan benda dapat dinyatakan :
r
2
= x
2
+ y
2
+ z
2
... ( 25 )
2 2 2
2
dx dy dz
v
dt dt dt
| ` | ` | `
+ +

. , . , . ,
... ( 26 )
Dari persamaan (24), (25, dan (26) diperoleh:
2
2
2
dv GM dr
dt r dt
(27 )
14
Jika persamaan di atas kita integralkan terhadap t, maka akan diperoleh :
2
2
GM
v h
r
+ (28)
dimana h adalah suatu konstanta sembarang.
Untuk menyederhanakan persoalan kita tinjau gerak benda dalam bidang
(x, y) sehingga gerak benda hanya ditentukan oleh persamaan (14) dan (15).
Dengan cara yang telah dikemukakan sebelumnnya, kedua persamaan tersebut
menghasilkan dua hasil integral (lihat kembali persamaan (19) dan (28)) yaitu :
2 2
2
dx dy GM
h
dt dt r
| ` | `
+

. , . ,
(29)
dan
dy dx
x y c
dt dt
(30)
Kita ubah koordinat kartesius ke koordinat polar dengan mendenifisikan
x = r cos ... (31)
y = r sin ... (32)
sehingga persamaan (29) dan (30) menjadi :
2 2
2
2
dr d
r h
dt dt r

| ` | `
+ +

. , . ,
(33)
dan
r
2

d
dt

= c (34)
dengan
= GM ... (35)
eliminasi t dari persamaan (33) dan (34) maka kita peroleh :
2
4 2 2 2
1 1 2
0
dr h
r d r c r c

| `
+

. ,
... (36)
Definisikan variable u = 1/r - /c
2
, maka persamaan (36) menjadi :
2
2 2
du
u H
d
| `
+

. ,
... (37)
15
dengan H sebagai tetapan
2
2
4 2
h
H
c c

+ ... (38)
Pemecahan persamaan (37) adalah :
U = H cos ( ) (39)
adalah konstanta. Sekarang kita nyatakan persamaan di atas menjadi :
1 cos
p
r
e v

+
... (40)
dengan
2
c
p

... (41)
1
2
2
2
1 hc
e

| ` +


. ,
... (42)
dan
v = ... (43)

Persamaan ( 40 ) merupakan persamaan irisan kerucut, suatu irisan kerucut
dapat berupa elips, lingkaran, parabola atau hiperbola. Dari ini Newton
menunjukkan bila sebuah benda yang bergerak mengelilingi pusat gaya ke mana
benda itu ditarik oleh sebuah gaya yang berubah dengan 1 / r
2
, lintasan benda itu
adalah elips, parabola dan hiperbola. Lintasan/orbit parabola dan hiperbola
berlaku untuk banda-benda ( bila ada ) yang hanya sekali mendekati satu lewatan
matahari dan tak pernah kembali. Orbit semacam itu bukan orbit tertutup. Satu-
satunya orbit tertutup yang mungkin dalam medan gaya berbanding terbalik
kuadrat adalah elips. Karena elips adalah suatu irisan kerucut, hasil ini
membuktikan Hukum Kepler Pertama. ( sedangkan lingkaran merupakan kasus
istimewa dari elips, dimana titik-titik fokus elips berimpit, sehingga sumbu
semimayornya sama dengan sumbu semiminornya ). Jadi, hukum pertama Kepler
adalah akibat langsung hukum gravitasi Newton. Parameter P disebut parameter
kerucut, e disebut eksentrisitas dan v disebut anomali benar. Arti geometri
16
parameter ini diperlihatkan pada gambar ..( 5 ) di bawah ini yang menunjukkan
orbit berupa elips.
Gambar 5 Geometri sebuah elips orbit
Hukum kedua Kepler, hukum luasan sama, diperoleh dari kenyataan
bahwa gaya yang diberikan oleh matahari pada planet diarahkan ke matahari.
Gaya semacam itu dinamakan gaya sentral. Karena gaya pada sebuah planet
adalah sepanjang garis dari planet ke matahari, gaya itu tidak mempunyai torsi
terhadap matahari. Jika torsi neto pada sebuah benda adalah nol, momentum
angular sebuah benda adalah kekal. Perhatikan kembali gambar di bawah ini :
vdt
planet
r m
matahari
t
Gambar 6
Sebuah planet bergerak dalam orbit elips mengelilingi matahari
17
p = a(1-e
2
)
garis potong
bidang orbit dan
bidang langit
A
B
m
1
m
2
ae
v
r

a
Dalam waktu dt, planet bergerak sejauh vdt yang menyapu luasan yang ditunjukkan pada
gambar. Ini adalah separo luas jajaran genjang yang dibentuk oleh vector r dan v dt, yang
adalah r x v dt. Jadi luas dA yang disapu dalam waktu dt oleh vector jari-jari r adalah
1 1
2 2
dA r vdt r mvdt
m
.. ( 44 )
atau
1
2
dA Ldt
m
..( 45 )
dengan L = r x mv adalah momentum angular planet relatif terhadap matahari. Luasan
yang disapu dalam selang waktu tertentu dt sebanding dengan momentum angular L.
karena L adalah konstan selama gerak planet, luasan yang disapu dalam suatu selang
waktu tertentu dt adalah sama untuk semua bagian orbit , sama dengan isi hukum kedua
Kepler.
Hukum gravitasi Newton menunjuk hukum ketiga Kepler untuk kasus
khusus orbit lingkaran. Untuk itu marilah kita tinjau sebuah planet yang bergerak
mengelilingi matahari dengan kelajuan v pada orbit lingkaran dengan jari-jari r
yang masing-masing bergerak nelingkar terhadap pusat massanya C, di bawah
pengaruh gaya gravitasi :
M m
C
..
R r
Gambar 7
Sistem 2 benda langit yang saling bergerak melingkar
terhadap titik pusat massanya
Karena bergerak dalam lingkaran maka planet pada gambar di atas memiliki
percepatan sentripetal v
2
/r. Maka gaya gravitasi haruslah sama dengan gaya
18
sentripetal yang diperlukan untuk mempertahankan geraknya. Secara matematis
dapat dinyatakan sebagai berikut:
F = ma .. ( 46 )
( )
2
2
GMm v
m
r
R r

+
.. ( 47 )
Jika M adalah massa matahari dan m adalah massa planet, kita dapat menganggap
r jauh lebih besar dibandingkan R, sehingga R diabaikan terhadap r. Pemecahan
untuk v
2
menghasilkan :
2
GM
v
r
.. ( 48 )
( )
2 GM
r
r
.. ( 49 )
dengan
2
T

.. ( 50 )
maka,
2 2
2
4 r GM
T r

.. ( 51 )
2 3
2
4 r
T
GM

.. ( 52 )
2 2
3
4 T
r GM

.. ( 53 )
Dari persamaan di atas tampak bahwa massa planet m tidak terlibat.
Besaran
2
4
GM

adalah konstanta, harga


2
3
T
r
merupakan perbandingan yang tetap
untuk semua planet. Persamaan ( 53 ) membuktikan hukum Kepler ketiga.

19
BAB VI
KESIMPULAN
Teori Geosentris menyatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya
sedangkan matahari dan planet-planet lain bergerak mengelilingi bumi.
Teori Heliosentris menyatakan bahwa menyatakan bahwa mataharilah
yang merupakan pusat tata surya sedangkan bumi dan planet-planet
lainnya bergerak mengelilingi matahari.
Hukum Kepler menyatakan bahwa :
1) Semua planet bergerak dalam lintasan berupa elips dengan
matahari sebagai salah satu titik fokusnya
2) Garis yang menghubungkan tiap planet dan matahari dalam
selang waktu yang sama akan menyapu luas daerah yang sama
3) Kuadrat periode tiap planet sebanding dengan pangkat tiga
jarak rata-rata planet ke matahari
Hukum Gravitasi Newton (hukum gravitasi universal)
menyatakan bahwa besar interaksi tarik menarik antar dua partikel materi
sebanding dengan massa kedua partikel tersebut dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak yang memisahkan keduanya, dan besarnya adalah :
1 2
2
12
mm
F G
r

Hukum-hukum Kepler dapat diturunkan dari hukum


gravitasi Newton. Hukum pertama dan ketiga mengikuti kenyataan bahwa
gaya yang dikerjakan oleh matahari pada planet berubah secara terbalik
dengan kuadrat jarak pisah. Hukum kedua berdasar dari kenyataan bahwa
gaya yang dikerjakan oleh matahari pada sebuah planet adalah sepanjang
garis yang menghubungkan mereka sehingga momentum angular planet
kekal. Hukum-hukum kepler juga berlaku untuk tiap benda yang
mengelilingi benda lain dalam medan kuadrat kebalikan, misalnya satelit
yang mengelilingi sebuah planet.
20
DAFTAR PUSTAKA
Beiser, Arthur.( 1999 ). Konsep Fisika Modern, edisi keempat ( alih bahasa : The
Houw Liong ). Jakarta : Erlangga.
Chairudin ES, Achmad. (2005). KemPUL : Sejarah Astronomi (Pusat Tata Surya
Bukan Hanya Matahari). [online]. Tersedia :
http://www.visc.or.id/index.php?aksi = detail artikel & q content id = 568
by = yes & kolom = kemPUL & edisi txt = 200501[5 September 2006]
Foster, Bob. (2003). Terpadu Fisika SMU Kelas 2. Jakarta : Erlangga
Giancoli, Douglas C. (2001). Fisika (terjemahan Yuhilza Hanum). Jakarta :
Erlanggga
Hadi, Miftachul. ( ). Interaksi Fundamental & Partikel Elementer [online].
Tersedia : http://www.fisik@net.lipi.go.id/utama.cgi?artikel &
1065262510 & 25 [5 September 2006]
Ramalis, Taufik Ramlan. (2000). Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa.
Bandung : UPI.
Suratman, M. (2002). Pegangan Fisika I SMU Untuk Kelas I. Bandung : CV
Armico
Sutantyo, Winardi. (1984). Astrofisika : Mengenal Bintang. Bandung : ITB
Sutrisno, Leo. (2005). Fisika dalam Kehidupan Sehari-hari : Berat Tubuh Kita di
Bulan. Tersedia : http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita =
edukasi & id = 100551[5 September 2006]
Tipler, Paul A. (1998). Fisika untuk Sains dan Teknik (terjemahan Lea Prasetyo
dan Rahnad W Adi). Jakarta : Erlangga
Wospakrik,Hans j. ( 2006 ). Mengenang 300 Tahun : Teori Gaya Berat Newton.
[ online ]. Tersedia :
http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1110895525&14.
[5 september 2006]
21
______( ) . Johannes Kepler : The Laws of Planetary Motion. [ online ].
Tersedia : http://csep10.phys.utk.edu/astr161/lect/history/kepler.html .
[5september 2006]
22

Anda mungkin juga menyukai