Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Remaja sebagai generasi harapan bangsa dan sebagai penerus cita-cita bangsa harus diperhatikan aspek perkembangannya sejak dini. Untuk

mengembangkan tugas yang teramat mulia ini maka remaja dituntut untuk dapat mengaktualisasikan dirinya secara sempurna kedalam kegiatan atau aktifitas seharihari. Dalam masa remaja seseorang mempersiapkan diri memasuki masa dewasa. Keadaan pribadi, sosial dan moral remaja berada dalam periode kritis. Kritis disebabkan karena sikap, kebiasaan dan pola perlakuan sedang dimapankan, dan ada atau tidaknya kemapanan itu menjadi penentu apakah remaja yang bersangkutan dapat menjadi dewasa dalam artian memiliki keutuhan atau tidak. Dalam periode masa remaja ini individu memiliki kepribadian tersendiri yang akan menjadi pegangan (falsafah hidup) dalam alam kedewasaan. Masalah moral merupakan salah satu masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja, baik dalam masyarakat yang telah maju maupun dalam masyarakat yang masih terbelakang. Baik buruknya moral masyarakat akan menentukan keadaan masyarakat itu sendiri. Jika dalam suatu masyarakat banyak orang yang rusak moralnya, maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu (Daradjat, 1971). Dibalik banyaknya remaja yang berperilaku menyimpang dari kode moral, sebenarnya tidak sedikit pula remaja yang masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai

moral yang diharapkan masyarakat, hanya saja orang akan lebih mudah menilai tingkat moral remaja sebagai perilaku yang menyimpang dari kode moral. Dikatakan mempunyai moral yang baik dan matang apabila individu tersebut mempunyai pendirian moral yang benar dan bertindak sesuai dengan pendiriannya. Kematangan moral menuntut pertimbangan-pertimbangan yang matang pula dalam arti moral. Suatu keputusan bahwa itu baik barangkali dianggap tepat, tetapi keputusan itu baru disebut matang bila dibentuk oleh proses penalaran yang matang, Duska dan Whelen (dalam Fatimah,1996). Menurut Prawiratirta (Gunarsa, 1989), seseorang yang mempunyai moral yang matang akan semakin mampu menalar situasi-situasi yang berkaitan dengan perilaku moral. Semakin mampu menalar situasi moral, semakin tinggi

perkembangan moral yang telah dicapainya. Menurut Gunarsa (1980), salah satu faktor perilaku moral adalah ajaran agama. Pendidikan agama yang diberikan sejak kecil hingga remaja diharapkan mampu memberi bekal bagi remaja untuk mengembangkan kecerdasan spiritualnya. Menurut Mujib dan Mudzakir (2002), kecerdasan spiritual adalah kecerdasan qalbu yang berhubungan dengan kualitas batin seseorang. Kecerdasan ini mengarahkan seseorang untuk berbuat lebih manusiawi, sehingga dapat menjangkau nilai-nilai luhur yang mungkin belum tersentuh oleh akal pikiran manusia, (Mujib & Mudzakir, 2002). Menurut Agustian (2008), ciri-ciri orang yang cerdas secara spiritual adalah, seseorang yang mempunyai kecerdasan SQ dalam kehidupan sehari-hari, senantiasa

berperilaku yang baik, atau akhlakul karimah. Perilaku itu seperti istiqomah, kerendahan hati, tawakkal (berusaha dan berserah diri), keikhlasan (ketulusan), kaffah (totalitas), tawazzun (keseimbangan), ihsan (integritas dan penyempurnaan), (Agustian, 2008). Jadi dengan kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh remaja, diharapkan mereka mampu mengendalikan perilakunya sesuai dengan fitrahnya yaitu untuk berbuat baik. Rousseau berpendapat bahwa semua orang ketika dilahirkan mempunyai dasar-dasar moral yang baik dan dalam masyarakatlah terdapat sumbersumber yang akan mempengaruhi perilaku orang, lingkungan masyarakat yang baik dapat menentukan keadaan kejiwaan seseorang dikemudian hari. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam satu daerah tertentu dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka. Shadili (1994) mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia yang dengan atau sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain. Dalam masyarakat terdapat lingkungan sosial yang mencakup lingkungan tempat tinggal, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dalam hal ini lingkungan sosial mempunyai pengaruh yang sangat jelas terhadap suatu perilaku baik perilaku alami (perilaku yang dibawa sejak lahir yang berupa reflek dan insting), atau perilaku operan (perilaku yang dibentuk melalui proses belajar). Lingkungan sosial merupakan lingkungan masyarakat yang didalamnya terdapat interaksi individu dengan individu yang lain. Hubungan antara individu

dengan lingkungannya terutama lingkungan sosial tidak hanya berlangsung searah, tetapi terdapat hubungan yang saling timbal balik yaitu lingkungan berpengaruh pada individu dan individu juga mempunyai pengaruh pada lingkungan. Dalam masyarakat ini terdapat norma-norma sosial yang di gunakan sebagai petunjuk, perintah, ajaran dan larang-larangan, misalnya : a. Norma kelaziman, yaitu berhubungan dengan tradisi atau kebiasaan dan cara-cara bertindak yang dapat diterima oleh masyarakat. b. Norma kesusilaan, norma ini berhubungan dengan kenyakinan keagamaan,

biasanya yang melanggar norma ini tidak ada hukumannya tetapi masyarakat yang akan menghukumnya secara tidak langsung. c. Norma hukum, yang terdiri dari hukum tertulis atau hukum perdata dan pidana, dan hukum tidak tertulis yaitu hukum adat. Walaupun sebenarnya remaja telah mendapatkan pelajaran dan pengetahuan tentang norma dan moralitas, namun seiring dengan kemajuan dan modernisasi di berbagai aspek kehidupan, maka perilaku moral mengalami pergeseran nilai sehingga dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, perilaku individu sering mengalami konflik dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma masyarakat dan norma agama. Maka dalam hal ini perilaku moral sangat dibutuhkan dan tidak hanya dipelajari tetapi diwujudkan dalam perbuatan dan tindakan yang nyata. Berdasarkan kondisi tersebut penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara kecerdasan spiritual dengan Perilaku Moral Remaja di Desa Sumber Agung Kecamatan Megaluh Jombang.

B. Rumusan Permasalahan Masa remaja sering disebut sebagai masa percobaan, masa transisi atau peralihan yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Banyak perubahan dan perkembangan yang dialami oleh remaja baik perubahan psikis maupun perubahan intelektual dan moral. Dengan semakin bertambahnya usia remaja maka hubungan dengan dunia sekitar semakin bertambah luas, kemudian setahap demi setahap remaja mulai mengenal adanya norma-norma, aturan-aturan, adat istiadat yang berlaku dalam lingkungan sosial. Belakangan di Indonesia banyak dijumpai keluhan dari orang-orang yang berkecimpung dalam bidang agama, bidang sosial dan masyarakat yang menyangkut persoalan perilaku anak-anak yang menyimpang dari nilai-nilai moral yang berlaku di dalam masyarakat. Laporan tentang lenyapnya sopan santun dan rasa aman serta ketidak seimbangan emosi, keputusasaan dan rapuhnya moral dalam keluarga, masyarakat dan kehidupan kita bersama menunjukkan adanya kemungkinan munculnya tekan moral yang mendasar. Pandangan anak sebagai pribadi yang murni jauh dari unsur yang mendorong ke perbuatan dosa dan tidak bermoral, agaknya dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas dan meluasnya keagamaan. Anak yang baik adalah anak yang belajar menganggap serius gagasan untuk menjadi baik, hormat pada orang lain, keluarga, tetangga, dan bangsanya. Dan belajar tentang masalah kebaikan merupakan sesuatu yang bukan abstrak tetapi sesuatu yang konkrit dan harus diungkapkan.

Jika kita perhatikan sebenarnya konsep penanaman nilai-nilai keagamaan yang ada sudah diberikan sejak mereka masih kecil, namun seolah-olah beberapa kejadian dari mulai tawuran, penggunaan obat terlarang hingga masalah pornografi menyiratkan bahwa kecerdasan spiritual remaja sudah mulai terkikis. Padahal menurut Tasmara (2001), seseorang yang cerdas secara ruhaniah atau memiliki kecerdasan spiritual adalah bentuk sikap kepribadiannya yang melahirkan akhlaqul karimah, sebagai rujukan cara bersikap dan bertindak (code of conduct). Mereka yang cerdas secara ruhaniah adalah mereka yang memiliki tujuan dan makana hidup, serta memandang segalanya dengan gairah cinta yang sangat mendalam, melihat orang lain bukan sebagai ancaman melainkan sebagai anugerah. Karena hanya orang lain itulah dirinya akan mampu meningkatkan kualitas sebagai mahluk multipotensi dihadapan Allah SWT. Perbedaan dan pluralitas dipandang sebagai rahmat yang akan memperkaya nuansa batiniah. Oleh karena itu rumusan yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan Perilaku Moral Remaja?.

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dengan Perilaku Moral Remaja.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan mengenai hubungan antara kecerdasan spiritual dengan Perilaku Moral Remaja baik bagi psikologi sosial maupun Psikologi agama, meskipun sangat sederhana. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan akan dapat mengetahui sejauh mana hubungan antara kecerdasan spiritual dengan Perilaku Moral Remaja, sehingga dapat diketahui dampak kecerdasan spiritual terhadap perilaku moral.

Anda mungkin juga menyukai