Anda di halaman 1dari 2

DISMENORE

Dismenore adalah menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri. (Carey, 2001) Dismenore adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita tersebut tidak bekerja dan harus tidur. Nyeri ini bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. (Arief Mansjoer, 2000 : 372) Dismenore adalah sakit saat menstruasi yang dialami oleh hampir semua wanita dari waktu kewaktu. Tepat sebelum atau saat keluarnya darah menstruasi, akan timbul rasa sakit yang ritmis, dan mencengkram pada bagian bawah perut serta punggung, yang berlangsung selama beberapa jam, meskipun kadang-kadang bias sampai sehari, atau bahkan sepanjang daur menstruasi ini. (Youngson, 2002 : 87) Pembagian Dismenore Menurut Sarwono (1999) dismenore dibagi atas : Dismenore Primer Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche (haid pertama kali) biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyeber kedaerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala,diarea, iritabilitas. Dismenore Sekunder Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disebabkan oleh suatu kalainan ginekologik atau adanya penyakit. Misalnya, endometriosis, infeksi pelvis (daerah panggul), tumor rahim, apendisitis, kelainan organ pencernaan, bahka kelainan ginjal. Dismenore sekunder jarang dialami sebelum usia 25 tahun. Biasanya nyeri atau kram mulai 2 hari sebelum menstruasi yang berlangsung selama 2 hari atau lebih. Keluhan dismenore akan meningkat pada wanita yang mengalami kegemukan, ku rang nutrisi, peminum kopi, peminum alcohol, perokok, tidak aktif secara seksual, tidak pernah melahirkan. Juga biasa dialami oleh wanita yang dalam keluarganya ada riwayat dismenore. Faktor-Faktor Penyebab Menurut Sarwono (1999) faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya dismenore adalah : Faktor kejiwaan Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, hal ini akan mudah timbul dismenore. Faktor konstitusi Faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor kejiwaan, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun dapat mempengaruhi timbulnya dismenore.

Faktor alergi Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismonore dengan urtikaria, migraine atau asma bronchial. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid. Penyelidikan dalam tahun-tahun trerakhir menunjukkan bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi dismenore primer. Tanda dan Gejala Menurut Arif Mansjoer (2000 : 373) tanda dan gejala dari dismenore adalah : Dimenore primer 1. Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun 2. Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur 3. Sering terjadi pada nulipara 4. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik 5. Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid 6. Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik 7. Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik 8. Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa 9. Pemeriksaan pelvik normal 10. Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, nyeri kepala Dismenore sekunder 1. Usia lebih tua, jarang sebelum usia 25 tahun 2. Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur 3. Tidak berhubngan dengan siklus paritas 4. Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul 5. Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah 6. Berhubungan dengan kelainan pelvik 7. Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi 8. Seringkali memerlukan tindakan operatif 9. Terdapat kelainan pelvik

Anda mungkin juga menyukai