Anda di halaman 1dari 9

Dalam era globalisasi ini prospek bisnis sangat ditentukan oleh besarnya modal yang disuntikan kedalam pasar.

Hal ini tentu saja mendorong persaingan usaha dimasyarakat yang semakin timpang antara pemilik modal perseorangan melawan koporasi. Persaingan yang tidak seimbang ini secara langsung mematikan peluang usaha masyarakat kecil untuk bermain dalam mainstream usaha. Pengusaha kecil didorong untuk selalu kreatif dalam menggali potensi pasar dan membuat pasar sendiri sebagai penyaluran atas hasil produksinya. Persaingan usaha antara pemilik modal perseorangan dan korporasi, khususnya di kota-kota kecil Indonesia secara tidak langsung telah mematikan sumber pendapatan ekonomi masyarakat kelas bawah. Persaingan yang timpang ini lambat laun mematikan pasar tradisional yang telah ada dan menggiring masyarakat untuk merubah kebiasan dalam memperoleh setiap kebutuhannya. Peralihan ini menyebabkan struktur hubungan sosiologis masyarakat melalui interaksi secara langsung berkurang drastis. Tergusurnya pasar-pasar tradisional yang terjadi di kota-kota besar sekarang ini mulai merambah ke pelosok desa di pedalaman. Salah satu contohnya adalah semakin banyak pasar-pasar modern yang di buat untuk menggantikan pasar tradisional, dengan konsep oner stop market yang ditawarkannya. Pusat perbelanjaan modern itu seakan mengontrol harga barang di tingkat produsen melalui kerja sama pengadaan barang dalam jumlah besar dan berkelanjutan. Dengan kemampuan modal yang mereka miliki tentu saja mudah untuk menjalankan usahanya, dengan menawarkan tempat yang nyaman, bersih dan semua jenis barang tersedia tentunya sangat mudah untuk menarik konsumen. Sedangakan di kota kecil atau di daerah pedesaan, bisnis retail waralaba seakan menjamur di setiap tempat. Kehadiran retail waralaba seakan tidak mempedulikan, bahkan mematikan usaha sejenis yang dimiliki perorangan dengan modal terbatas. Dengan

pasokan barang yang langsung dari distributor dengan penentuan harga yang pasti mereka dengan mudah menggilas usaha yang dimiliki masyarakat. Munculnya toko-toko retail dan kadang dengan jarak yang berdekatan satu sama lain (baik se-perusahaan ataupun berbeda) dalam usaha itu menunjukan trend yang bagus, berarti didaerah tersebut memiliki potensi yang cukup besar dalam persaingan ekonomi liberal. Harus diakui system ekonomi liberal hal itu diperbolehkan, karena dalam system ekonomi seperti itu modallah yang menjadi penentu kelangsungan usaha. Ekspansi yang dilakukan toko-toko retail waralaba didaerah kotakota kecil dan pedesaan tersebut telah merubah kebiasaan masyarakat secara langsung dalam berbelanja. Dengan segala kenyamanan yang ditawarkan tentu saja masyarakat akan tertarik untuk berbelanja disana disertai prestise bahwa mereka mampu berbelanja di toko-toko yang mewah. Perubahan kebiasaan dan cara masyarakat berbelanja ini mengakibatkan toko-toko dan pasar tradisional yang dimiliki perseorangan menjadi ditinggalkan pembelinya. Dengan berbagai keterbatasan dari toko tradisional tentunya mereka tidak dapat bersaing dengan toko retail waralaba dan secara perlahan akan mati seiring dengan berjalannya waktu. Dengan semakin menyusutnya toko-toko yang dimiliki perseorangan ini menyebakan semakin besarnya ketimpangan ekonomi masyarakat, dimana para pemilik modal besar akan semakin kaya dan masyarakat pemilik modal terbatas akan semakin terhimpit dan bangkrut pada akhirnya. Dalam kasus ini masyarkat didorong untuk menjadi konsumen sejati dengan mematikan peluang untuk jadi pengusaha atau enterprenuer dalam sekali kecil. Wajar bila bangsa ini memiliki sedikit enterprenuer karena peluang tersebut hanya diciptakan dan dimiliki oleh sedikir orang saja. System ekonomi kerayaktan yang dianut di Indonesia sepertinya mulai melenceng dari tujuan awalnya, karena bukan mendorong masyarakat kecil untuk menjadi produsen atau setidaknya menjadi penyedia jasa melalui usaha-usaha perdagangan kecil yang langsung berhubungan dengan konsumen kecil yang biasa

membeli barang secara satuan. System ekonomi Indonesia sekarang ini cenderung kepada system kapitalis murni dengan faktor padat modal yang menjadi penggerak ekonomi secara keseluruhan yang memotong arus distribusi barang dari produsen langsung ke konsumen. Penyediaan akses terhadap barang langsung dari produsen sekarang ini hanya terbatas pada pemilik modal besar yang diwakili korporasi tentunya melalui toko retail waralaba. Pemilik modal perorangan yaitu padagang di pasar yang memiliki toko kelontong, harus melawati jalur distribusi yang panjang untuk mendapatkan barang dari produsen. Hal ini menyebabkan tingginya harga yang didapat pemilik toko kelontong dan berbanding terbalik dengan toko retail waralaba. Pemilik toko perorangan harus berhubungan dengan berbagai distributor untuk mendapatkan barang yang mereka akan jual, sehingga untuk menjual barang sesuai dengan harga pasaran mereka hanya mendapat selisih harga atau keuntungan yang kecil. Berbeda dengan toko retail waralaba, mereka menerima segala macam barang hanya dari satu sumber dengan harga jual yang telah ditentukan oleh perusahaan. Mereka hanya tinggal menjual dengan harga yang telah ditentukan. Secara tidak langsung berarti perusahaan waralaba ini dapat mengontrol harga dipasaran melalui kekuatan yang dimilikinya, tentunya tidaklah sulit untuk mengambil selisih harga yang sangat signifikan. Mereka akan dapatkan harga rendah karena bisa memotong jalur distribusi sehingga keuntungaan pun berlipat-lipat. Dalam persaingan dengan toko kelontong pun mereka dapat dengan mudah menntukan harga dibawah harga pasar, mungkin dengan perbedaan yang sangat tipis sehingga dapat menarik konsumen lebih banyak. Pemerintah sebagai regulator seharusnya mampu membuat kebijakan yang dapat mengakomodir kepentingan kedua pihak tersebut, melalui kebijakan-kebijakan proteksionis terhadap usaha kecil perseorangan serta membatasi ruang gerak toko retail

waralaba di beberapa daerah. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan kebijakan berdasarkan populasi suatu daerah. Misalnya dengan memberikan pembatasan jumlah jenis usaha yang satu perusahaan sejenis dalam satu daerah, contohnya di suatu kecamatan hanya boleh ada satu toko retail waralaba yang satu perusahaan, itu pun dengan penentuan jarak dari satu toko retail waralaba ke toko retail warlaba lainnya. Bisa juga melalui pembatasan berdasarkan populasi diamana setiap 3000 jiwa hanya boleh ada satu toko retail waralaba, dengan system ini diharapkan persaingan antara toko retail waralaba dengan toko perorangan dapat berjalan seimbang, karena adanya pertimbangan jarak dan kepraktisan dalam berbelanja dari konsumen. Selain itu factor monopoli dari suatu perusahaan retail waalaba di suatu daerah dapat dihindari dengan hanya ada satu toko retail waralaba seperusahaan di satu kecamatan. Tentunya dibutuhkan kajian mendalam untuk nyelesaikan masalah ini, tapi demi kebaikan semuanya marilah kita berfikir dengan hati nurani, bukan hanya dengan modal semata yang didasari system ekonomi kapitalis perekonomian di Indonesia ini, tetapi system ekonomi yang berbasiskan kerakyatan bukan berarti mengabaikan para kapitalis pemilik modal besar tetapi memberikan harus kesempatan juga kepada pemilik modal kecil perorangan untuk berkembang dan menjadi pilar ekonomi masyarakat bahkan negara. Tak dibisa dipungkiri bahwa keberadaan pemilik modal perorangan kecil ini mampu bertahan dalam krisis keuangan global di Indonesia beberapa tahun silam, selain itu juga mereka bisa banyak menyerap tenaga kerja. Karena para pemilik modal perorangan ini bergerak di sector informal maka mereka akan memiliki banyak keterbatasan atas pemanfaatan akses sumbersumber ekonomi, oleh karena ini seharusnya pemerintah mempunyai kebijakan khusus untuk memperhatikan dan di lindungi mereka

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahanbahanmakanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar modern sebenarnya tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang, berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan dan hypermarket, supermarket, dan minimarket. Masing-masing jenis pasar tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dari pasar tradisional sendiri terletak pada beberapa hal. Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, barang berupa sayur-sayuran yang segar dan alami tanpa perlu adanya alat penyegar, sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional. Dilihat dari aspek sosiologi, pasar tradisional juga memiliki keunggulan dalam hal interaksi diantara penjual dan pembeli maupun antar penjual yang ada dalam satu lingkup pasar tersebut. Interaksi sosial merupakan hubungan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orangorang perorangan, antara kelompok kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang atau lebih bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, atau saling berbicara. Aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial. Juka kita bandingkan aktivitas-aktivitas yang ada di pasar tradisional dengan pasar modern, terlihat sekali perbedaan

interaksi pada keduanya. Di pasar tradisional, interaksi sosial itu lebih sering terjadi. Misalnya dalam hal tawar menawar barang, pastinya terjadi suatu komunikasi. Biasanya orang-orang yang datang ke pasar tradisional merupakan orang yang bertempat tinggal di kawasan tersebut sehingga mereka saling mengenal. Ketika bertemu/berpapasan di pasar mereka akan saling bertegur sapa. Sedang jika kita melihat pada pasar modern, interaksi yang terjalin itu mungkin tidak sekuat di pasar tradisional, meski tetap ada yang namanya interaksi. Dengan segala kelemahan pasar modern, banyak sekali keunggulan yang diberikannya, sehingga pada saat ini pasar modern merupakan alternatif pilihan berbelanja yang lebih banyak diminati orang. Tempat yang nyaman, tata letak dan ruang yang bagus, kualitas barang yang bagus, pilihan barang yang beragam, praktis dan tidak ribet untuk tawar menawar harga, promosi penjualan dan jam operasional yang tidak terbatas / sampai malam bahkan 24 jam merupakan daya tarik dan keunggulan yang diberikan pasar modern.

y y y y y
y

Ciri Pasar Tradisional Dikelola Pemda Retribusi > Infrastruktur Tidak aman, kotor, kurang sirkulasi udara, lahan parkir sempit Kedekatan psikologis

y y y y

Ciri Pasar Modern Memberikan berbagai nilai plus bagi konsumen Didirikan di tempat strategis Sarana nyaman Posisi tawar > pemasok

Selanjutnya Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yan g beragam. Selain menyediakan barang -barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang

relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak). Pasar modern juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya pendingin udara yang

Pada pasar tradisional, kelembagaan pengelola umumnya ditangani oleh Dinas Pasar yang merupakan bagian dari sistem birokrasi. Sementara pasar modern, umumnya dikelola oleh profesional dengan pendekatan bisnis. Selain itu, sistem pengelolaan pasar tradisional umumnya terdesentralisasi dimana setiap pedagang mengatur sistem bisnisnya masing-masing. Sedangkan pada pasar modern, sistem pengelolaan lebih terpusat yang memungk inkan pengelola induk dapat mengatur standar pengelolaan bisnisnya

Mayoritas keberadaan Pasar Modern di Kota Bandung, tidak mengindahkan Perda Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2009, Tentang Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan

Dan Toko Modern Misalnya : Seperti dijelaskan pada Bab VI Perda Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2009 Tentang Lokasi Dan Jarak Tempat Usaha Perdagangan Perda Pasal 18 Lokasi pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Tata Ruang Kota termasuk Peraturan zonasinya. Pasal 19 (1) Perkulakan hanya dapat berlokasi pada sistem jaringan jalan arteri atau kolektor primer atau arteri sekunder. (2) Hypermarket dan Pusat Perbelanjaan : a. hanya dapat berlokasi pada sistem jaringan jalan arteri atau kolektor; dan b. dilarang berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan di dalam kota/perkotaan. (3) Supermarket dan Departement Store : a. dilarang berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan; dan b. dilarang berada pada kawasan pelayanan lingkungan di daerah. (4) Minimarket dapat berlokasi pada sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di daerah. (5) Luas gerai minimarket pada sistem jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) maksimal 200 m2 (dua ratus meter persegi); dan (6) Pasar Tradisional dapat berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan.

Pasal 20 Dalam penyelenggaraan pusat perbelanjaan dan toko modern harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. minimarket berjarak minimal 0,5 Km dari pasar tradisional dan 0,5 Km dari usaha kecil sejenis yang terletak di pinggir kolektor/arteri; b. supermarket dan departement store berjarak minimal 1,5 Km dari pasar tradisional yang terletak di pinggir kolektor/arteri; c. hypermarket dan perkulakan berjarak minimal 2,5 Km dari pasar tradisional yang terletak di pinggir kolektor/arteri; d. minimarket yang terletak di pinggir jalan lingkungan dengan luas gerai s/d 200 m2, berjarak minimal 0,5 Km dari pasar tradisional dan Usaha Kecil Sejenis; e. penempatan pedagang tradisional berjarak dalam rangka kemitraan dilarang menggunakan ruang milik jalan; dan f. pengaturan jarak sebagaimana ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4 tidak berlaku untuk kawasan pusat primer;
Faktanya pasar modern banyak didirikan berdekatan dengan pasar tradisional

Selanjutnya BAB XII Perda Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2009 tentang Waktu Pelayanan Pasal 34 (1) Waktu pelayaan Pusat Perbelanjaan dan/toko Modern dimulai pukul 10.00 sampai dengan pukul 22.00 WIB. (2) Untuk hari bear keagamaan, Libur Nasional atau hari tertentu lainnya Walikota dapat menetapkan waktu pelayanan melampaui pukul 22.00 WIB. (3) Untuk penyelenggaraan usaha Pusat Perbelanjaan dan/atau Toko Modern yang waktu pelayanannya diluar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki izin khusus. (4) Izin khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) datur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota Faktanya beberapa Pasar Modern memeberikan pelayanan sampai 24 jam non stop

Kesimpulan Untuk mempertahankan eksistensi dan meningkatkan potensi pasar tradisional sebagai penggerak ekonomi rakyat kecil, diperlukan sebuah model pengembangan pasar tradisional, dimana pemerintah berperan sebagai pengatur alokasi peran para stakeholders dan penyusun regulasi. Regulasi mengenai pasar tradisional dan pasar modern harus mengatur tentang pembagian zona usaha, jam buka, harga barang, dan jenis retailer. Strategi yang dapat digunakan untuk mengatur harga barang yaitu dengan melakukan pembedaan produk dan harga, serta melalui peraturan perpajakan dan pengelolaan retribusi yang efisien. Disamping itu juga diperlukan sumber daya manusia pengelola pasar tradisional yang

bermanajemen modern namun tetap mempertahankan cita rasa khas pasar tradisional

Anda mungkin juga menyukai