Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang Wilayah perkotaan mengalami perubahan yang sangat besar akibat banyaknya industri yang didirikan. Hal ini menyebabkan penduduk yang tinggal di pedesaan mulai berpindah ke kota untuk menjadi tenaga kerja. Selain itu faktor yang menyebabkan mereka berpindah (urban) adalah faktor ekonomi.Dengan adanya pendirian industri tersebut menyebabkan lingkungan yang hijau kini menjadi gersang akibat ditebang untuk dijadikan lahan industri dan perumahan.Seiring dengan perubahan waktu maka hal tersebut menimbulkan beberapa dampak terhadap lingkungan sekitar, salah satu dampaknya adalah penularan penyakit. Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah penduduk yang besar dengan angka pertumbuhan yng cukup tinggi dan penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah.Keadan ini dapat menyebabkan lingkungan fisik dan biologis yang tidak memadai sehingga memungkinkan berkembang biaknya vektor penyakit. Dalam menuju Indonesia sehat tahun 2011 dan untuk mewujudkan kualitas dan kuantitas lingkungan yang bersih dan sehat serta untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesepakatan umum dari tujuan nasional, sangat diperlukan pengendalian vektor penyakit. 1.2.Rumusan Masalah 1. Bagaimana perlunya pengendalian vektor penyakit 2. Pengertian Vektor-borne disease 1.3.Tujuan Penulisan

Umum : 1. Tujuan dari pedoman ini adalah untuk meningkatkan sanitasi kesehatan. Khusus : 1. Sebagai pedoman dalam upaya pengendalian vector penyakit. 2. Terselenggaranya pengendalian vector penyakit secara efektif dan efisien di rumah sakit.

BAB II PEMBAHASAN 2.1.Pengertian pengendalian vektor Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan.Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit, seperti yang sudah diartikan diatas. Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria, deman berdarah, dan Phyluml chodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu masih banyak binatang lain yang berfimgsi sebagai vektor dan binatang pengganggu. Namun kedua phylum sangat berpengaruh didalam menyebabkan kesehatan pada manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang penggangu tersebut harus di tanggulangi, sekalipun demikian tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnya melainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan populasinya kesatu tingkat ertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia.Dalam hal ini untuk mencapai harapan tersebut perlu adanya suatu managemen pengendalian dengan arti kegiatan-kegiatan/proses

pelaksanaan yang bertujuan untuk memurunkan densitas populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan.

Jadi Pengendalian vektor adalah semua upaya yang dilakukan untuk menekan, mengurangi, atau menurunkan tingkat populasi vektor sampai serendah rendahnya sehigga tidak membahayakan kehidupan manusia.

2.2. Meteologi Pengendalian vektor Dalarn pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia.Namun hendaknya dapat diusahakan agar segala kegiatan dalam rangka memurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik.Untuk itu perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhanapun, yang penting d dasarkan prinsip dan konsep yang benar. Adapun prinsip dasar dalam pengendalian vektor yang dapat dijadikan sebagai pegangan sebagai berikut : 1. Pengendalian vektor harus menerapkan bermacam-macam cara pengendalian agar vektor tetap berada di bawah garis batas yang tidak merugikan/ membahayakan. 2. Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologi terhadap tata lingkungan hidup.

2.3. Konsep dasar pengendalian Vektor 1. Harus dapat menekan densitas vektor 2. Tidak membahayakan manusia

3. Tidak mengganggu keseimbangan lingkungan

2.4.Tujuan pengendalian vektor 1. Mencegah wabah penyakit yang tergolong vector-borne disease >> memperkecil risiko kontak antara manusia dg vektor penyakit dan memperkecil sumber penularan penyakit/reservoir 2. Mencegah dimasukkannya vektor atau penyakit yg baru ke suatu kawasan yg bebas >> dilakukan dengan pendekatan legal, maupun dengan aplikasi pestisida (spraying, baiting, trapping)

2.4.Cara Pengendalian Vektor 1. Usaha pencegahan (prevention) >> mencegah kontak dengan vektor >> pemberantasan nyamuk, kelambu 2. Usaha penekanan (suppression) >> menekan populasi vektor sehingga tidak membahayakan kehidupan manusia 3. Usaha pembasmian (eradication) >> menghilangkan vektor sampai habis

2.5.Metode pengendalian Vektor 1. Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) >> memanfaatkan kondisi alam yang dapat mempengaruhi kehidupan vector >> jangka waktu lama 2. Pengendalian terapan (applied control) >> memberikan perlindungan bagi kesehatan manusia dari gangguan vektor>> sementara

a. b.

Upaya peningkatan sanitasi lingkungan (environmental sanitation improvement) Pengendalian secara fisik-mekanik (physical-mechanical control) >> modifikasi/manipulasi lingkungan>> landfilling, draining

c.

Pengendalian secara biologis (biological control) >> memanfaatkan musuh alamiah atau pemangsa/predator, fertilisasi

d. Pengendalian dengan pendekatan per-UU (legal control) >> karantina e. Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (chemical control)

2.6.Jenis jenis vektor Seperti telah diketahui vektor adalah Anthropoda yang dapat memindahkan/menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan. Sebagian dari Anthropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciriciri kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum yang terbesarjumlahnya karena hampir meliputi 75% dari seluruh jumlah binatang. Antropoda dibagi menjadi 4 kelas : 1. Kelas crustacea (berkaki 10): misalnya udang 2. 3. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau

4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk

BAB III PENUTUP 3.1.Kesimpulan Pengendalian vektor adalah semua upaya yang dilakukan untuk menekan, mengurangi, atau menurunkan tingkat populasi vektor sampai serendah rendahnya sehigga tidak membahayakan kehidupan manusia. Dalarn pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia.

3.2.Saran Untuk pengendalian vektor tidak lah dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas maka gunakanlah kelambu di saat tidur hal ini dapat mengurangi popilasi vektor.

DAFTAR PUSTAKA

1. Santio Kirniwardoyo (1992), Pengamatan dan pemberatasan vektor malaria, sanitas. Puslitbang Kesehatan Depkes Rl Jakarta 2. Adang Iskandar, Pemberantasan serangga dan binatang pengganggu, APKTS Pusdiknakes. Depkes RI. Jakarta 3. http://fkmutu.blogspot.com

Pengendalian Vektor
A. Penyakit yang Berhubungan dengan Air Penyakit yang berhubungan dengan air dikelompokkan menjadi 4 antara lain

1.Wate-Borne Disease (infeksi yang menyebar melalui air yang tercemar mikoorganisme pathogen, sebagai contoh : Diare, Demam typoid pada terutama Balita) 2.Water-Washed Disease (Penyakit karena minimnya Hygiene dan Sanitasi, sebagai contoh : Ascariasis, Ankylostomiasis) 3.Water-Based Disease (Penyakit yang ditularkan melalui invertebrata air, sebagai contoh : Schistosomiasis) 4.Water Related Vector-Borne Disease ( Penyakit yang ditularkan oleh insekta yang perkembangbiakannya tergantung air, sebagai contoh : Malaria, Onchocercariasis, demam Dengue). Beberapa Alasan Masih tingginya prevalensiWater Related Disease : 1. Tidak cukupnya sanitasi (pembuangan sampah) dan penyediaan air bersih. Jumlah air bersih tidak memadai maka personal hygiene juga kurang. Instalasi sanitasi dan pembuangan sampah akan membaik jika tingkat perekonomian meningkat termasuk system irigasi yang baik. 2. Rumah yang masih belum memenuhi syarat perumahan sehat dan minimnya hygiene. Perbaikan rumah dan kondisi hygiene dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan serta perubahan tingkat ekonomi. Misalnya pembangunan jamban, termasuk penggunaan dan pemeliharaan.. Untuk menurunkan kontak agen- manusia (misalnya Schistosomiasis), maka perlu perbaikan saluran air dan tandon..Pembangunan perumahan yang jauh dari tempat perindukan vector, termasuk pemasangan kasa pada ventilasi. 3. Minimnya perawatan Kesehatan Hal ini berkaitan dengan masalah ekonomi, manajemen dan teknik. 4. Manajemen Sumber Daya Air Water based dan Water related disease penularannya dapat dicegah atau diturunkan melalui teknik kesehatan lingkungan, modifikasi dan manipulasi lingkungan. Teknik pengelolaan air (manajemen lingkungan penting), misalnya system drainase, saluran air, pengerasan tepi saluran air, peninggian tanah dan penimbunan, pengendalian kebocoran, perpipaan, disiplin dalam penggunaan air. Promosi dan peningkatan ekonomi, karena tidak ada cara tunggal dalam mengendalikan vector maka perlu pengendalian terintegrasi sehingga hsilnya dapat
B. Pengendalain Terintegrasi

Merupakan perencanaan manajemen lingkungan, ditambah pengendalian secara kimia maupun biologis. Tujuan Manajemen Lingkungan dalam pengendalain vector adalah menurunkan kepadatan populasi sampai spesies target di bawah tingkat penyebaran. Vektor akan menyebar dan jumlahnya meningkat jika tempat perindukan mempunyai kondisi fisik, kimia, biologi yang sesuai. Dalam manajemen lingkungan harus mengetahu ekologi vector, perkembangan populasi atau epidemiologi vector.
C. Air yang berhubungan Dengan Penyakit Karena Vektor 1. Water Based Disease

Infeksi oleh parasit oleh air atau tempat yang agak basah sebagai media hidup host intermediate misalnya keong. Sebagai contoh Schistosomiasis, ada dua jenis penyakit yang pertama menyeranga saluran usus dan yang kedua menyerang system saluran kencing. Agen adalah trematoda yang dewasa hidup di vena pada host, sebagain siklus hidup adalah keong.Ynag menyerang usus adalah S mansoni, S japonicum, S intercalatum. Penyebaran Afrika, Karibia, Amerika Selatan bagian barat dan timur. Keong yang bertindak sebagai host intermediet adalah dari genus Biomphalaria untuk S. mansoni dan genus Aoncomelania untuk S japonicum. S haemotobium terdapat pada vena sekitar saluran kencing yang banyak terdapat di Afrika dan Timur Tengah dengan host intermediet keong Bulinus. Semua genus keong tersebut berada di air bersih, Onchomelania (sumpil) berada di air maupun agak basah.
Siklus Hidup

Manusia yang terinfeksi, telur yang mengandung larva keluar bersama tinja maupun urin ke air, karena tekanan ostmotik air maka telur pecah dan larva miracidium keluar dari telur.Kemudian larva miracidium masuk ke dalam keong (6- 24 jam). Dalam keoang membentuk sporocyt dalam waktu 4-8 minggu menjadi cercaria dalam sporocyt keluar dari keoang dan berenang bebas dalam air selanjutnya mencari host vertebrata (dalam waktu 24-48 jam) atau jika tidak akan mati. S haemotobium dan S mansoni terdapat hanya pada manusia tetapi S japonicum juga hidup dalam hewan domestik (kerbau, anjing, kucing, babi dan tikus) kemudian masuk vena peripherial menjadi cercaria dan dewasa, setelah kawin antara jantan dan betina hidup bersama (betina masuk ke dalam tubuh jantan). Untuk memutus siklus hidupnya, kontak manusia dengan air dikurangi, tidak ada feces atau urin penderita yang masuk ke dalam air, jumlah keong dikurangi, pengobatan pada penderita.
Bionomik Keong Sebagai Host Intermediet 1. Faktor Fisik

Suhu 18-32o C, yang dapat hidup baik pada suhu 26o C. Tidak menyukai hidup di air dengan kecepatan arus 0,7 meter/detik maupun aliran turbulen/bergelombang, jarang ditemukan pada kedalaman lebih dari 1,5 meter. Sebagian spesies tahan terhadap badan air yang dikeringkan, keong lain dapat bertahan dimana air hanya ada selama 3 bulan per tahun. Onchomelania dapat hidup semi basah, keong ini mudah beradaptasi pada system irigasi, sawah, khususnya saluran air dan kolam

2. Faktor Biologis Musuh alami sangat jarang, biasanya menempel pada tanaman yang rapat, tanaman melindungi dari sinar matahari langsung dan arus air. Termasuk Omnivora, suka makan material yang berada di akar tanaman. Rumput memainkan peranan penting dalam proses penempelan telur keong ini. 3. Faktor Kimia Keong tahan terhadap klorida, mineral dan garam, hidup pada pH 5-10. Air yang mengandung barium, Nikel dan Zink dapat membunuhnya. 4. Faktor Air Terpolusi Air dengan tercemar oleh feces atau material organic sangat disukai untuk perkembangbiakan keong. 2. Water-Related Vector Borne Disease Penularan oleh insekta pada tahap imatur dalam air a. Mosquito-Borne Disease Nyamuk merupakan binatang kosmopolitan, spesies lebih dari 300. Terdapat tiga subfamily : Anopheline, Culicine dan Toxorhynchitinae (tidak masuk vector). Nyamuk betina yang menghisap darah untuk perkembangan telurnya.Hanya Vektor untuk penyakit malaria, Vektor Filariasis Brugia malayi dan vector penyakit Japanesse echepalitis yang hidup pada saluran irigasi.Vector untuk demam kuning dan DBD menyukai air yang berada ditempat lingkungan buatan manusia di sekitar rumah, secara tidak langsung berkaitang dengan irigasi. a.1. Malaria Tingkat morbiditas dan mortalitas masih tinggi di daerah tropis dan subtropics menyerang golongan umur muda, Biasanya infeksi berulang, sosek rendah. a.2. Filariasis Disebabkan oleh cacing parasit yaitu filarial (nematoda). Cacing filarial antara lain : W bancrofti, B malayi, B timori. W bancrofti distribusinya luas terutama di negara-negara trropik. Vektornya adalah Culex quinquefasciatus terdapat di kota dan pinggiran. Vektor lain adalah Anopheles, mansonia, Aedes. a.3. Japanesse Enchepalitis Merupakan pneyakit akut dan fatal, termasuk dalam arbovirus. Vektor sebagian besar Culex tritaenorhichus, C pseudofishmi, C gelides. Penyebaran di Asia Selatan, Asia tenggara, China, Korea.Penyebaran baik pada air sawah yang menggenang, dimana nyamuk tumbuh subur. a.4. Yellow Fever Akut dan fatal termasuk arbovirus, ditularkan A aegypti. Spesies : haemophagus dan Sabethes (jungle yellow fever) di daerah Amerika dan Aedes di Afrika. a.5. Dengue Fever

Enampuluh negara tropis dan subtropics, acute fibrile disease.Tingkat kematian rendah.Karakteristik : demam, nyeri sendi dan otot. Penular adalah A aegypti. Kontainer merupakan tempat perindukan untuk melanjutkan perkembangannya. DBD kematian tinggi pada anak-anak : Asia Tenggara, Karibia. Tahap Imatur adalah : telur, larva, pupa yang hidup dalam lingkungan air dan yang dewasa di daratan. b. Siklus Hidup Telur Anopheline, bertelur secara terpisah dipermukaan air.lateral, Culicine (culex) beberapa telur menjadi satu mengapung di air.Aedes, meletakkan telur terpisah pada kontainer dan genangan setelah banjit atau hujan.
Larva

Menetas dalam awaktu 2-3 hari setelah kontak dengan air, sebagian Aedes menetas dalam waktu kurang dari setenagh jam.Larva berganti kulit sebanyak emapt kali, sebelum menjadi dewasa.Pupa larva (kepala, dada, perut), terdiri 8 segmen.Bernafas denagn organ di akhir tubuh (spiracles).Anopheles posisi horizontal terhadap permukaan ait.Larva culicine, spiraclesnya treletak di akhir organ tubular (siphon) yang merupakan perkembangan segmen perut nomor 8, menggantung di permukaan air, siphjon dilekatkan bawah muka iar untuk bernafas.
Pupa

Tidak makan dalam satu atau beberapa hari terjadi perubahan morfologi dan fisiologi, transisi larva ke dewasa.Pupa sangat mobil dapat meyelam jika diganggu.Pupa istirahat di permukaan, bernafas di permukaan dengan menggunakan sepasang trompet pernafasan pada daerah dada.
Dewasa

Setelah 5-10 hari meletakkan telur, nyamuk idewasa beristirahat beberapa menit di kulit ppupanya sambil memekarkan sayapnya sehingga cukup kuat untuk terbang.Proboscisnya panjang dan masih lembut pada hari pertama setelah keluar.Kedua jenis kelamin pada saat tersebut masih makan sari/cairan tanaman.Betina makan darah, karena perkembangan telur tergantung darah. c. Bionomik Faktor iklim, memainkan peranan penting dalam penyebaran, perilaku daya tahan dan kemampuan vector.Air merupakan media esensial, yang tenang maupun mengalir, bersih maupun terpolusi, berasa ataupun tidak, teduk maupun tidak, permanen maupun intermiten merupakan factor predominan perkembangan naymuk.Pada tahap matur dan dewasa sangat tergantung lingkungan, dewasa butuh air untuk meletakkan telur. Faktor fisik, Faktor perkembangan tahap imatur tergantung suhu.Ada hubungan langsung antara suhu dan perkembangan.Contoh, Nyamuk yang berkembangbiak di daerah tropik biasanya pada suhu 23-33 o C, siklus hidup komplit setelah 2 minggu.Hujan yang cukup dapat meningkatkan perkembangan. Tetapi hujan lebat dan berulang mengakibatkan banjur dan

menggelontor tempatperindukan sehingga mengurangi populasi nyamuk. Dapat hidup di temapt teduh maupun tidak. Sinar langsung mengendalikan malaria ole A minimus da A dinus. Faktor Biologis, Tanaman, tempat perindukan. Larva tidak ditemukan di permukaan badan air yang luas atau air bersih yang dalam (danau, kolam, sungai dan reservoir).A. gambiae menyukai genangan dangkal dan kolam buatan bekas hujan. Lingkungan air (tanaman) = larva Aedes menyukai kontainer kecil. Pencemaran Air dan Faktor Kimia, A funestus menyukai air bersih dengan tanaman.A sundaicus menyukai air payau.Culex menyukai air terpolusi berat, a gambiae menyukai bekas telapak kaki, kolam.
D. Konsep Pengendalian Vektor Terpadu a. Manajemen Lingkungan untuk Pengendalian Vektor

Merupakan perencanaan, pengorganisasian, perawatan dan pengawasan terhadap kegiatan dengan memodifikasi dan atau memanipulasi factor lingkungan atau hubungannya dengan manusia dengan cara mencegah atau mengurangi perindukan vector dan menurunkan kontak manusia dan vector. b. Modifikasi Lingkungan Manajemen lingkungan yang meliputi perubahan fisik secara permanen tehadap tanah, air, dan tanaman yang ditujukan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi habitat vector tanpa menyebabkan dampak yang merugikan kualitas lingkungan. Meliputi : drainase, pengisian/penimbunan, peninggian tanah, perubahan dan batas pinggir kolam. Biasanya secara permanen dan alamiah, operasi yang handal dan adekuat. c. Manipulasi Lingkungan Merupakan bentuk manajemen lingkungan yang meliputi beberapa kegiatan berulang yang direncanakan ditujukan dengan menghasilkan kondisi sementara yang tidak disukai untk perkembangbiakan vector pada habitatnya. Contoh : Perubahan salinitas, penggelontoran arus air, pengaturan ketinggian reservoir, pengeringan atau penggenangan kubangan, penghilangan vegetasi, melindungi atau memaparkan terhadap sinar matahari. d. Modifikasi atau Manipulasi Kebiasaan dan Perilaku Manusia Manajemen lingkungan yang bertujuan menurunkan kontak manusia dengan vector. Contoh : tempat tinggal jauh dari sumber vector, melindungi rumah dari nyamuk, memakai pelindung diri dan hygiene, instalasi penyediaan air bersih, pembuangan air limbah dan ekskreta, pencucian, mandi, zoopropilaksis, penempatan kandang yang strategis

Anda mungkin juga menyukai