Anda di halaman 1dari 13

OSTEOPOROSIS DAN HYPERPARATIROIDISM

MAKALAH PATOFISIOLOGI PENYAKIT

Oleh : KELOMPOK II Catur Mei Astuti, 0906513730 Clara Nadya Puspasari, 0906513743 Defry Lesmana, 0906513762 Dwi Meila Bestari, 0906513794

PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan karunianya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah yang berjudul Osteoporosis dan Hyperparatiroidism ini tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah patofisiologi penyakit. Dalam makalah ini, kami akan menerangkan tentang struktur dan letak hati di dalam tubuh manusia, beserta penjelasan-penjelasan struktur daripada hati tersebut. Selain itu, penulis juga akan membahas struktur dan letak kantong empedu, beserta penjelasan mengenai strukturnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya karya tulis ini. Selain itu, penulis pun mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang tulisannya penulis kutip sebagai bahan rujukan. Akhir kata, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan karya tulis ini karena penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih memiliki sejumlah kekurangan. Penulis juga berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

Depok, Februari 2010

Tim Penulis

BAB II OSTEOPOROSIS

2.1

Definisi

Osteoporosis termasuk penyakit gangguan metabolisme, dimana tubuh tidak mampu menyerap dan menggunakan bahan-bahan untuk proses pertulangan secara normal, seperti zat kapur = kalk (calcium), phospat, dan bahan-bahan lain. Pada keadaan ini terjadi pengurangan masa / jaringan tulang per unit volume tulang dibandingkan dengan keadaan normal. Dengan kata lain, tulang lebih ringan atau lebih rapuh. Meskipun mungkin zat-zat dan mineral untuk pembentuk tulang di dalam darah masih dalam batas nilai normal. Proses pengurangan ini terjadi di seluruh tulang dan berkelanjutan di negara maju seperti Amerika, setahunnya sampai ratusan ribu dari kejadian patah tulang pada kelompok usia setengah tua dan usia lanjut.

2.2 Diagnosa Osteoporosis

Diagnosa secara klinis Terjadi gangguan proses pengerasan tulang (demineralisasi) pada tulang

panggul dan taji-taji ruas tulang belakang, yang terlihat pada gambaran rontgen. Keluhan paling mula biasanya sakit di daerah punggung, karena kelainan terjadi pada ruas tulang belakang. Perjalanan penyakit ini berangsur-angsur tetapi bisa tiba-tiba sesudah peristiwa kecelakaan, dan jatuh atau karena benturan. Penampilan penderita osteoporosis lebih tua dari sebayanya, baik karena kulit yang berkerut, terkait dengan penderitaan penyakit berkepanjangan, maupun karena postur tubuh yang agak membungkuk bila osteoporosis mengenai ruas-ruas tulang punggung sehingga penyakit ini pernah diberi istilah janda bongkok (widows hump), karena memang penderitanya banyak wanita tua yang sudah menjanda. Kulit mengerut biasa timbul pertama-tama pada kulit dada bagian bawah dan bagian atas perut. Posisi penderita yang bungkuk bisa dikarenakan terjadi patah ruas tulang punggung untuk mengatasi rasa sakit dan kekakuan otot sekitar patah tulang. Sebagai tambahan, terlihat tonjolan lengkungan tulang rusuk bawah, lebih menonjol dari tonjolan pinggiran tulang

panggul atas depan (krista iliaka). Pada pemeriksaan tulang sewaktu otopsi, tulang yang terkena osteoporosis rapuh seperti kulit telur.

Diagnosa Secara Ilmiah Diagnosa ditegakkan dengan Dual X-ray Absorbtio-metry (DEXA), suatu alat

standar untuk skrining. Untuk osteoporosis dinyatakan dengan T-Score. T-score adalah perbedaan Bone Mineral Demsity (BMD = kepadatan tulang) hasil pengukuran, dengan nilai rata-rata BMD puncak. Karena biaya untuk pemeriksaan DEXA dan BMD mahal, maka ditentukan kriteria untuk skrining DEXA dan BMD secara selektif sebagai berikut :
1. Wanita menopause yang bersedia mengikuti program pencegahan bila hasil

DEXA positif.
2. Pada hasil rontgen mencurigakan ada osteoporosis. 3. Penderita yang akan menjalani pengobatan 1 bulan dengan obat yang

mengandung risiko menimbulkan osteoporosis.


4. Penderita hiperparatiroid primer dan tanpa gejala dengan ancaman terjadi

osteoporosis sekunder dengan indikasi operasi pengangkatan kelenjar paratiroid.


5. Untuk pemantauan respons terhadap pengobatan osteoporosis dalam menentukan

perubahan dosis atau mengganti jenis obat. Untuk menegakkan diagnosa Osteoporosis, terlebih dahulu diperlukan hasil pemeriksaan laboratorium, antara lain darah lengkap, urin lengkap, tirotropin, dan kimia serum darah. Sedangkan bila ada indikasi, diperlukan hasil pemeriksaan laju endap darah, hormon paratiroid dalam darah, 25-hidroksi vit. D, zat kapur dalam urine 24 jam, serum / urine elektroporesis, dan biopsi sumsum tulang.

Diagnosa Banding (Deferential Diagnosa)

1. Osteomalacia 2. Myeloma (merupakan salah satu penyakit gangguan metabolisme)

3. Anak sebar (metastase suatu penyakit keganasan ke tulang)

2.3 Klasifikasi Osteoporosis


1. Osteoporosis dengan gambaran klinik yang sering terjadi : -

Hypogonadism (berkaitan dengan gangguan hormon kelamin pria) Hyperadrenocorticism (terjadi peningkatan hormon anak ginjal) Pemberian glukokortikoid yang lama Hyperparathyroidism (peningkatan hormon kelenjar anak gondok) Tirotoxicosis (keracunan hormon kelenjar gondok) Malabsorption (gangguan pencernaan) Scurvy (kekurangan vitamin C yang berat) Ca Deficiency (kekurangan kalsium) Istirahat di tempat tidur terlalu lama Pemberian obat antibeku darah (heparin) terlalu lama Mastocytosis Hipopathasia

2. Osteoporosis yang belum jelas perjalanan penyakit dan proses terjadinya : -

Rheumathoid Arthritis Malnutrition (kurang gizi yang berat) Alcoholism (peminum alkohol yang menahun) Penderita ayan / epilepsi Primary Biliari Chirrhosis (penyakit hati)

Diabetes Mellitus (penyakit gula) Chronic obstructive pulmonary obstructive disease (penyakit paru kronis) Menkes Syndrome

3. Pengelompokkan lainnya -

Osteoporosis primer Faktor-faktor risiko terjadinya :

o o o

Umur (banyak terjadi pada usia lanjut) Jenis kelamin (lebih sering wanita dibandingkan dengan pria) Ras (lebih banyak terjadi pada orang timur dan kulit putih dibandingkan dengan orang kulit hitam / negro)

o o o

Kehamilan (lebih banyak terjadi pada wanita yang mempunyai banyak anak) Postur tubuh (lebih berisisko pada postur tubuh gemuk daripada tubuh kurus) Keluarga (seseorang lebih berisiko mendapat osteoporosis bila ada kaitan keluarga yang menderita osteoporosis)

Makanan (mereka yang makanan sehari-harinya kurang zat kapur lebih berisiko mendapat osteoporosis dibandingkan dengan yang diet sehari-hari cukup Ca)

Pola hidup sehat (mereka yang pola hidup sehat, lebih tidak berisiko menderita osteoporosis dibandingkan dengan yang menerapkan pola hidup sehari-hari yang sembarangan) Osteoporosis primer dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :

Osteoporosis tipe 1 Disebut juga osteoporosis ideopatik (post-menoposal

osteoporosis), bisa terjadi pada dewasa muda dan usia tua, baik pria maupun wanita. Pada wanita usia 51-75 tahun 6 kali lebih

banyak dibandingkan dengan pria kelompok usia yang sama. Osteoporosis tipe 1 berkaitan dengan perubahan hormon setelah menopause dan banyak dikaitkan dengan patah tulang pada ujung tulang pengumpil (radius) lengan bawah. Pada osteoporosis tipe ini terjadi penipisan bagian keras tulang paling luar (korteks) dan perluasan rongga tulang (trabikula).
o

Osteoporosis tipe 2 Disebut juga senile osteoporosis (involutional osteoporosis), banyak terjadi pada usia di atas 70 tahun, dan dua kali lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan pria pada usia yang sama. Osteoporosis tipe 2 sering dikaitkan dengan patah tulang kering (tibia) dekat sendi lutut, tulang lengan atas dekat sendi bahu, dan patah tulang paha dekat sendi panggul. Kelainan pertulangan terjadi baik di bagian korteks maupun di bagian trabikula. Osteoporosis tipe 2 terjadi karena gangguan pemanfaatan vit D oleh tubuh, misalnya karena keadaan kebal terhadap vit D (vit D residen); kekurangan dalam pembentukan vit D (vit D synthesa); dan kurangnya sel-sel perangsang pembentuk vit D (vit D reseptor).

Osteoporosis sekunder Faktor-faktor risiko terjadinya :

Gangguan hormon seperti hormon gondok, tiroid dan paratiroid, insulin pada penderita diabetes mellitus, dan glucocorticoid.

Zat kimia dan obat-obatan seperti nikotin rokok, obat tidur, corticosteroid, alkohol, dan heparin (obat untuk menghentikan pendarahan).

Lain-lain seperti istirahat total dalam waktu lama, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit gangguan penyerapan usus (malabsorption syndroma), penyakit kanker dan keganasan lain, Sarcoidosis, penyakit sumbatan saluran paru yang menahun, berkurangnya gaya tarik bumi dalam waktu lama seperti awak pesawat ruang angkasa yang melanglang buana di ruang angkasa sampai berbulan-bulan lamanya. Osteoporosis sekunder lebih jarang ditemukan, hanya 5 persen dari seluruh osteoporosis. Penyakit-penyakit dan faktor penyebab Osteoporosis sekunder :

Hormon / metabolik (Akromegali, Amenoroe pada atlet sering menggunakan obat-obatan penghalang menstruasi selama periode pertandingan akbar, Anorexia (puasa atau tidak mau makan dalam waktu lama), diabetes mellitus, kehamilan, Talasemia, Hormon paratiroid tinggi dalam darah, dan lai-lain.

o o

Kelainan genetika Obat-obatan (misalnya Fenitoin, Penobarbital, Heparin, Hormon tiroid,

Kortikosteroid, Metotrexate (sejenis obat antileukemia), dan lain-lain).


o

Gizi (alkohol, kekurangan vit D, penyakit hati yang kronis, operasi lambung, dan penyakit gangguan pencernaan)

Osteoporosis pada usia anak-anak Faktor-faktor risiko terjadinya :

o o

Osteogenesis infecta (kelaina pertulangan yang tidak wajar) Immobilisatio (istirahat total, dimana tekanan berat badan merupakan rangsangan utama dalam proses pertulangan)

Scorbut = scurvy (penyakit kurang vitamin C), dimana terjadi gangguan pada proses pertulangan dari serat kolagen oleh sel pembentuk tulang dan gigi (osteoblast dan odontoblast)

o o o o

Beberapa jenis penyakit ginjal Kelainan metabolisme Kelainan hormon Dermatomyositis

Osteoporosis pada usia muda (Transient Osteoporosis of Childhood) Disebut juga Ideopathic juvenile Osteoporosis, karena belum jelas penyebabdan proses terjadinya penyakit. Timbul biasanya menjelang pubertas (masa pancaroba); sedangkan publikasi lainnya mengatakan bahwa osteoporosis pada usia muda ini timbul pada usia sekitar 23 tahun. Keluhan osteoporosis jenis ini :

Rasa nyeri pada tulang-tulang yang menahan beban, misalnya daerah pertemuan tulang punggung dan tulang pinggang, sendi pergelangan kaki, ujung tulang kering, lutut, dan ujung tulang paha.

Bisa juga terjadi pemadatan tulang punggung (compresi fracture), hingga tinggi badan penderita berkurang.

o o

Bisa terjadi patah tulang hanya karena sedikit goncangan atau benturan. Terjadi patah tulang pada tulang yang menahan beban seperti ruas tulang punggung ke-8 sampai ke bawah. Patah tulang punggung ruas ke-4 ke atas berkaitan dengan keganasan atau kanker.

LAMPIRAN

DEXA Femur

Hiperparathyroidsm

T Score

Anda mungkin juga menyukai