Anda di halaman 1dari 14

KALIMAT MAJEMUK BAHSA MELAYU DIALEK DELI MEDAN : SUATU KAJIAN TRANSFORMASI GENERATIF ROZANNA MULYANI Pusat Penelitian

Kemasyarakatan Dan Kebudayaan Universitas Sumatera Utara Abstrak Bahasa Melayu Dialek Deli Medan (BMDDM) adalah salah satu bahasa daerah di Indonesia. Penutur BMDDM adalah suku Melayu yang tinggal di daerah Deli Serdang dan Medan, Sumatera Utara. Kawasan-kawasan penutur BMDDM Deli Serdang meliputi kawasan Tanjung Morawa, Percut Sungai Tuan dan Lubuk pakam. Manakala di Medan pula kawasan penutur BMDDM adalah Kampung Kota Maksum. Kajian ini mengutarakan tentang Kalimat Majemuk BMDDM dengan menggunakan pendekatan Transformasi Generatif (TG). Kajian ini bertujuan ini memperkenalkan Kalimat Majemuk BMDDM dan ingin melestarikan salah satu bahasa daerah di Indonesia, yaitu BMDDM. Kalimat Majemuk BMDDM ini terdiri dari Kalimat Majemuk Setara, Kalimat Majemuk Bertingkat dan Kalimat Majemuk Campuran. BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan maksud dan keinginan kepada orang lain. Dengan kata lain bahwa bahasa seseorang dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan manusia lain, seperti yang dikatakan oleh Kridalaksana (1983) dan Joko Kentjono (1982) bahasa adalah sistem lambang bunyi arbitrer, yang digunakan oleh para kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri. Bahasa bersifat manusiawi, artinya bahasa sebagai alat komunikasi verbal hanya dimiliki oleh manusia. Untuk menguasai bahasa manusia harus belajar, tanpa belajar manusia tidak akan mungkin berbahasa. Tiaptiap orang mempunyai variasi bahasa sendiri, yang disebut idiolek. Variasi idiolek ini berkenan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat dan sebagainya. Jika akrab dengan orang lain dengan hanya mendengar suara bicaranya saja kita dapat mengenalnya. Tiaptiap idiolek mempunyai perbedaanperbedaan kecil dalam menggunakan bahasanya, akan tetapi tidak lari dari garis kasar bahasanya. Idiolekidiolek yang lebih banyak menunjukan persaman dengan ideolek lain dapat digolongkan dalam suatu kumpulan kategori yang disebut dialek (nababan, 1993). Menurut Abdul Chaer, Leoni Agustina (1995) dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah atau area tertentu. Para penutur dalam suatu dialek, meskipun. Mempunyai idiolek masingmasing, namun mereka memiliki kesaan ciri yang menandai bahwa mereka berada dalam satu dialek. Misalnya Bahasa Melayu Dilake Deli Medan (BMDDM) memeiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan ciri yang dimiliki oleh bahasa Melayu dialek lainnya, seperti bahsa melayu dialek Jakarta, bahasa Melayu dialek Riau dan sebagainya. Para penutur bahasa Melayu dialek melayu Medan dapat berkomunikasi dengan para penutur bahasa Melayu dialek Jakarta atau dialek lainnya, karena dialeksialek tersebut masih termasuk bahasa yang sama , yaitu bahasa Melayu.Memang kesaling pengertian antara penutur dari suatu dialek

2004 Digitized by USU digital library

dengan anggota dialek lain bersifat relatif, bisa besar, bisa kecil atau bisa juga sangat kecil. Berdasarkan hal di atas perlu diadakan penelitian tentang bahasa Melayu dialek Deli Medan. 1.2 Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di desa Percut, kecamatan Percut Sungai Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara Luas wilayah desa Percut 1063 ha, dengan letak geografis, sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengn desa Cinta Rakyat, sebelah Barat berbatasan dengan desa Tanjung Rejo, sebelah Timur berbatasan dengan Pematang Lalang. Jarak desa percut dengan kota MEdan kirakira 25 km, keadaan geografis berpantai sampai ketinggian 2m dari permukaan laut, curah hujan 2283 ml pertahun. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1991, jumlah penduduk Desa Percut 7895 orang dengan 1093 keluarga yang terdiri dari 4001 lakilaki dan 3894 orang perempuan. 1.3 Responden Kajian yang bersifat empiris ialah suatu kajian yang memerlukan kesahihan data. Untuk menuju ke arah sifat yang empiris itu, penulis mengutip data dengan membuat beberapa rekaman penuturan terhadap 10 orang penutur asli bahasa Melayu dialek Deli Medan. Aspek yang diperhitungkan dalam memilih responden ialah umur, pendidikan dan interaksinya dengan masyarakat luar. Dalam kajian ini penulis tidak mewawancarai pedagang, pegawai kantor dan pemuda, karena bahasa Melayu yang dituturkan golongan ini dengan tidak disadari telah dipengaruhi oleh bahasa bahasa lain. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kalimat ialah kesatuan kumpulan kata yang mengandung pengertian (Soekono Wirjo Soedarmo, 1987). Kalimat merupakan kesatuan bentuk pendukung bahasa yang sangat penting, karena kalimat dapat menentukan isi bahasa. Ciri utama kalimat dalam bahasa Melayu dialek Deli Medan (BMDDM) adalah: a. Kalimat terdiri dari konstituen subjek dan konstituen predikat. b. Subjek kalimat terdiri dari Frasa Nominal (FN). c. Predikat kalimat diwakili oleh Frasa Nominal (FN), Frasa Verbal (FV), Frasa Adjektival (FA), dan Frasa Preposisi (FP). d. Kalimat bisa menerima keterangan, seperti keterangan tempat, keterangan waktu, dan keterangan alat. Perbedan kalimat tunggal dan kalimat majemuk adalah: a. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terbina dari satu klausa saja, yaitu mempunyai satu konstituen subjek dan satu konstituen predikat. b. Kalimat majemuk adalah kalimat sempurna yang terdiri atas lebih dari satu klausa. Dalam kajian ini penulis mengutip pendapat beberapa pakar tentang penjenisan kalimat majemuk A. Penjenisan Kalimat Majemuk Menurut Soekono Wirjosoedarmo Soekono Wirjosoedarmo (1987) dalam bukunya Tata Bahasa Bahasa Indonesia mengatakan bahwa ada empat macam kalimat majemuk, yaitu kalimat majemuk setara, kalimat majemuk rapatan, kalimat majemuk bertingkat, dan

2004 Digitized by USU digital library

kalimat majemuk berganda. Selanjutnya Soekono Wirjosoedarmo menyebutkan kalimat majemuk sama dengan kalimat tersusun. Dikatakan juga bahwa kalimat majemuk setara terdiri dari kalimat majemuk setara sejalan, kalimat majemuk setara berlawanan, dan kalimat majemuk sebab akibat. Kalimat majemuk setara sejalan adalah kalimat majemuk setara yang terdiri alas beberapa kalimat tunggal persamaan situasinya. Contoh kalimat majemuk setara sejalan adalah sebagai berikut: 1. Ibu berbelanja ke pasar, ayah berangkat ke kantor, sedang adik pergi ke sekolah. Kalimat majemuk setara berlawanan adalah kalimat majemuk setara yang terdiri alas beberapa kalimat tunggal yang isinya menyatakan situasi berlawanan. Contoh kalimat majemuk setara berlawanan adalah : 2. Adiknya pandai, sedang kakaknya bodoh. Kalimat majemuk setara sebab akibat ialah kalimat majemuk setara yang terdiri atas beberapa kalimat tunggal yang isi bagian yang satu menyatakan sebab akibat dari bagian-bagian yang lain. Contoh kalimat tersebut adalah : 3. Orang itu ditahan, karena ia telah menggelapkan uang negara. B. Penjenisan Kalimat Majemuk Menurut Asmah Haji Omar Asmah Haji Omar (1973) mengatakan bahwa kalimat yang mempunyai lebih dari satu subjek dan predikat disebut sebagai kalimat selapis atau kalimat majemuk. Kalimat majemuk diartikan sebagai kalimat luas yang terdiri kalimat-kalimat kecil yang dihubungkan dengan kata penghubung dan atau tetapi. Contohnya adalah sebagai berikut : 4. Saya pergi dan emak pergi. C. Penjenisan Kalimat Majemuk Menurut Nik Safiah Karim Nik Safiah Karim (1979) mengatakan bahwa kalimat majemuk ialah kalimat yang terdiri dari dua atau lebih dari dua ayat tunggal, sama ada disambung secara terus menerus dengan menggunakan kata sambung seperti : dan, atau, tetapi, atau dengan sistem hubungan yang lebih rumit yang memerlukan proses-proses yang memasukkan atau mengugurkan struktur-struktur tertentu, misalnya memasukkan perkataan yang, bahwa, dan sebagainya. Nika Safiah Karim mengajukan tiga jenis kalimat majemuk, yaitu : a. Ayat gabungan (Conjoined sentence) b. Ayat Pancangan (Embedden Sentence) c. Ayat majemuk berketerangan (kalimat yang mempunyai sentence adverbial) Menurut Nik Safiah Karim (1979) kalimat-kalimat dalam bahasa Melayu boleh disambung a.Tanpa menyingkirkan bagian-bagiannya, misalnya : 5. Penonton itu menendang bola dan penonton-penonton gembira. b.Dengan menyingkirkan bagian yang sama, misalnya 6. (i) Ahmad pergi, Ali pergi (ii) Ahmad dan Ali pergi c.Dengan menyingkirkan subjek yang sama 7. (i) Ahmad bertempik, Ahmad bersorak (ii) Ahmad bertempik dan bersorak bersorak dengan

2004 Digitized by USU digital library

d.Dengan menyingkirkan bagian-bagian yang sama, misalnya 8. (i) Ahmad belajar pada waktu malam. (ii) Aminah membaca dan Aminah membaca surat khabar pada waktu malam. Nik Safiah Karim membagi kalimat gabungan ke dalam dua jenis lagi yaitu: a. Kalimat-kalimat yang terdiri dari dua kata kerja. Misalnya : 9. Anak itu duduk menangis seorang diri b. Kalimat-kalimat yang digabungkan dengan kata sambung yang berpasangan. Misalnya : 10.Berita itu entah benar entah bohong Untuk kalimat pancangan Nik Safiah Karim membaginya menjadi dua jenis, yaitu : a. Kalimat relatif, contoh 11. Budak yang gemuk itu berlari 12. Saya membeli buku yang ditulis olehnya. b. Kalimat komplemen, contoh. 13. Dia mengetahui bahwa Ahmad telah pergi 14. Mereka datang untuk membuka perniagaan Dalam bukunya yang berjudul Bahasa Malaysia Syntex (1978) beliau membedakan kalimat relatif yang terdiri dari nominal yang , misalnya T Rel Mereka membeli [rumah [rumah cantik]A2 itu] FN Mereka membe/i rumah yang cantik itu] A Rei

Transformasi relatif yang sama juga berlaku pada kalimat yang mengandung "nominal yang", misalnya; TP KN orang Orang yang pergi itu adik saya Yang pergi itu adik saya

Kemudian menurut Nik Safiah Karim (1979) jenis kalimat majemuk yang dibicarakan kalimat majemuk berketerangan. Kalimat ini diartikan beliau sebagai kalimat-kalimat yang pada struktur dasarnya tidak jauh berbeda dari jenis kalimat gabungan, tetapi dari segi perbedaan fungsi (semantik) di antara kalimat utama (besar) dengan kalimat-kalimat lain (kalimat-kalimat kecil), kalimat-kalimat ini harus dipisahkan dari kalimat-kalimat gabungan biasa. Misalnya : 15. Anak itu menangis kerana ia lapar. 16. la datang ketika kegaduhan sudah selesai. 2.4 Rangka Pembagian Kalimat Majemuk Untuk Kajian Dalam kajian ini pola kalimat majemuk BMDDM akan dikaji berdasarkan pembagian seperti berikut ini : Kalimat Majemuk setara Kalimat Majemuk Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat Majemuk Campuran

2004 Digitized by USU digital library

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian Penulis mendapati bahwa hasil kajian para ahli tentang sintaksis, khususnya kalimat majemuk bahasa Melayu dialek Deli Medan masih sangat terbatas dan masih menggunakan teori deskriptif. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengkaji bidang sintaksis, khususnya tentang kalimat majemuk bahasa Melayu dialek Deli Medan dengan menggunakan teori Transformasi Generatof (TG). Tujuan selanjutnya adalah penulis ingin memperkenalkan di samping menjaga dan melestarikan salah satu bahasa daerah di Indonesia yaitu bahasa Melayu dialek Deli Medan (BMDDM). 3.2 Manfaat Penelitian Bahasa Melayu dialek Deli Medan sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia perlu dikaji lebih mendalam lagi, karena bahasa Melayu ini mempunyai ciri khas yang unik. Bahasa Melayu dialek Deli Medan ini perlu dijaga agar tetap lestari sebagai salah satu kekayaan budaya, atau sebagai bukti sejarah kejayaan suku Melayu di Sumatera Timur. BABIV METODOLOGI PENELITIAN Secara umum kajian ini menggunakan pendekatan tatabahasa Transformasi Generatif (TG). Teori ini berdasarkan prinsip tatabahasa itu sendiri,yaitu sebagai "a grammer which generates -describes, defines, characterizes, specifies, enumerates, or predics, all of and only the well- formed sentences of the languages: a sentencesgenerating grammer. ( Halle, 1962). Sebagai dasar untuk menganalisis Kalimat Majemuk BMDDM penulis menerapkan dua konsep dasar teori TG, Yaitu konsep Struktur Oalaman (SD) dan Struktur Permukaan (SP). Struktur Dalaman (SD) ini dihubungkan dengan Struktur Permukaan (SP) melalui proses- proses Transformasi. Untuk memudahkan analisis proses penerbitan kalimat dari Struktur Dalaman (SD menjadi Struktur Permukaan (SP) akan digambarkan dengan rajah-rajah pohon (constituent- structure tree diagram). 4.1 Struktur Dalaman (SD) Struktur Oalaman (SD) dihasilkan dari kombinasi Rumus Struktur frasa (RSF) dan Leksikon. SD ini sifatnya sangat dasar, dan dia menjadi dasar bagi pembentukan atau penghasilan kalimat-kalimat kompleks. SD merupakan representasi sintaktik kalimat yang bersifat abstrak, dan berada pada tahap pikiran. seperti yang dikatakan oleh Nik Safiah Karim (1988b), Kalimat-kalimat boleh dikatakan mempunyai SD, Yang kewujudannya diketahui oleh penuturnya, tetapi tidak semestinya dimanifestasikan melalui bunyi atau ejaan. Pada SD ini dapat dijumpai semua keterangan yang diperlukan untuk menentukan arti sesuatu kalimat. Seperti yang dikatakan oleh Rosenbaum (1968), SD ini akan memberikan arti dari kalimat. Biasanya bentuk-bentuk kalimat pernyataan dan aktif. Kalimat-kalimat SD dalah seperti berikut: 1. Abang melempar anjing. 2. Emak mencuci baju 3. Ayah sedang tidur. Kalimat -kalimat diatas disebut kalimat dasar, karena merupakan kalimat pernyatan dan kalimat aktif.

2004 Digitized by USU digital library

4.2 Transformasi Transformasi ialah suatu proses perubahan dari SD menjadi SP. Proses ini dapat digambarkan seperti berikut :

Proses perubahan dari SD menjadi SP melibatkan satu yang disebut Rumus Transformasi. Rumus Transformasi berfungsi mengubah aturan atau struktur kalimat serta meluaskan sesuatu unsur dalam kalimat atau frasa. Dalam BMDDM penerbitan kalimat dapat dilakukan melalui proses transformasi yang mengakibatkan proses pengguguran, penyusunan semula, atau perluasan kepada unsur-unsur SD. 4.3 Struktur Permukaan (SP) . Struktur Permukaan (SP) ialah hasil transformasi yang dilakukan terhadap Struktur Dalaman (SD). Tahap SP ini adalah tahap akhir representasi kalimat dalam TG. Pada tahap ini struktur kalimat telah berubah, ada yang mengalami pengguguran, penyusunan semula, atau perluasan pada unsur-unsur SD. Proses perubahan ini dinamakan proses transformasi. Di bawah ini diberikan contoh kalimat SP yang telah mengalami perubahan dari SD 4. a. Anjing menggigit anak kecil itu. (SD) b. Anak kecil itu digigit oleh anjing. (SP) BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 1. PENDAHULUAN Bab ini membicarakan analisis Kalimat Majemuk BMDDM. Dalam kajian ini analisis Kalimat Majemuk menggunakan teori transformasi Generatif (TG),diharapkan dapat melengkapi lagi pembicaran tentang Kalimat Majemuk. Berdasarkan kajian yang telah pengkaji dapati di lapangan, Kalimat Majemuk BMDDM terdiri dari ; (i) Kalimat Majemuk Setara (ii) Kalimat Majemuk Bertingkat (iii) Kalimat Majemuk Campuran Di bawah ini akan diuraikan analisis Kalimat Majemuk tersebut. 5.2 Kalimat Majemuk Setara Dalam BMDDM Kalimat Majemuk Setara sering digunakan. Kalimat Majemuk Setara ialah Kalimat Majemuk yang terdiri dari beberapa kalimat tunggal yang setara atau sederajat kedudukannya, yang masing-masing dapat berdiri sendiri. Kalimat Majemuk Setara BMDDM dalam bentuk rumus dapat diuraikan seperti berikut : K KH Kn = 2 atau lebih Berdasarkan rumus di atas, Kalimat Majemuk Setara ialah kalimat yang terdiri dari sekurang-kurangnya dua kalimat yang bertaraf setara dan digabungkan .

2004 Digitized by USU digital library

Dengan penggunaan kat ahubung. Kata hubung yang digunakan dalam kalimat Majemuk Setara ini antara lain : dan, kemudian, tapi. Dalam BMDDM Kalimat MAjemuk Setara digabungkan dengan cara : a. Tanpa pengguguran bagian bagian dalam kalimat b. Pengguguran bagian yang sama dlam kalimat c. Penggunaan kata hubung A. Tanpa Pengguguran Bahagian Bahagian dalam Kalimat Contoh contoh Kalimat Majemuk Setara BMDDm dapat dilihat seperti di bwah ini : 1. [adek merase malu] K1 kemudian [ei menages] K2 Adik merasa malu kemudian dia mengais. KAlimat (1) terdiri dari sua kalimat, yaitu K1 dan K2, yang digabungkan dengankata hubung kemudian. Hubungan antara kalimat kalimat dalam contoh ini akan diperlihatkan seperti di bawah ini. K K1 KH K2

Ade mesase malu

Kemudian

ie menanges

contoh contoh lain seperti dibawah ini 2. [abah pegi ke padang] K1 dan [emak menanak nasi]K2 Ayah pergi ke ladang dan emak mananak nasi' 3. [Emak belanje ke pekan]K1 sedang [akak ke sekolah]K2 'Emak belanja ke pasar sedang kakak ke sekolah' B. Pengguguran Bahagian yang Sama dalam Kalimat a. Pengguguran subjek yang sama Contoh-contoh Kalimat Majemuk Setara dalam BMDDM dapat dilihat seperti di bawah ini 2.[Pak cik tejatoh dari sampan]K1 [tesangkot di semak-semak]K2 'Pak cik terjatuh dari sampan tersangkut di semak-semak' Kalimat (4) terdiri dari dua kalimat, yaitu K1 dan K2. K1 digabungkan dengan tanda koma. K2 telah mengalami transformasi pengguguran subjek (S) yang sama dengan Subjek K1, yaitu Pak cik. Struktur dasar Kalimat, seperti di bawah ini; 4.a. [Pak cik tejatoh dari sampan]s tesangkot di semak-semak dan [pak cik]s tesangkot di semak-semak. Struktur kalimat di atas diperlihatkan dalam rajah pohon seperti di bawah ini :

2004 Digitized by USU digital library

Setelah mengalami penguguran subjek yang sama dan kata hubung dan, struktur kalimat yang terhasil adalah seperti di bawah ini.

Contoh-contoh lain adalah sebagai berikut 5. [Abah] merase malu]K1 [balek kerumah]K2 'Ayah merasa malu pulang kerumah' 6. [Pencuri]s ian ditangkap orang ramai]K1 [dibawe ke kantor polisi]K2 'Pencuri itu ditangkap orang ramai dibawa ke kantor polisi b. Penguguran Predikat yang Sama Kalimat majemuk yang digabungkan dengan cara ini adalah seperti berikut; 7. [Abah]K1 dan [emak pegi ke rumah atok]K2 'Ayah dan emak pergi ke rumah atok' Kalimat (7) di atas terdiri dari K1 dan K2 yang digabungkan oleh kata hubung . Predikat pada K1 telah mengalami transformasi penguguran. Struktur dasar kalimat (7) di atas adalah seperti (7a) di bawah ini : (7a) [abah[pegi ke rumah atok]p dan emak [pegi ke rumah atok]p Struktur dasr kalimat (7a) dalam rajah pohon adalah seperti dibawah ini ;

2004 Digitized by USU digital library

Setelah mengalami tranformasi penguguran predikat yang sama, maka lahirlah kalimat seperti dibawah ini :

Contoh-contoh lain seperti berikut : 8. [Adek] K1 dan [akak belanje ke pekan]p]K2 'Adik dan kakak belanje ke pasar' 9. [Pak cik]K1 dan [mak cik] pegi ke padang]p]K2 'Pak cik dan mak cik pergi ke ladang' 5.3 Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat Majemuk Bertingkat ialah kalimat yang hubungan pola-pola kalimatnya tidak sederajat. Pola yang lebih tinggi derajat atau kedudukannya adalah induk kalimat. Kalimat Majemuk Bertingkat BMDDM dalam bentuk rumus dapat diuraikan seperti berikut : Ket [KH K2] Rumus di atas menyatakan bahwa Kalimat keterangan (Ket) terdiri dari kata hubung dan K2. K2 ialah kalimat kecil yang dipancangkan ke dalam kalimat induk melalui kata hubung. Ket dipancangkan ke dalam P, kalimat induk yaitu berada di bawah FN atau FK, kedudukan keterangan dalam kalimat induk diperlihatkan seperti berikut :

Kedudukannya tidak tetap. Ket boleh hadir di belakang ataupun di hadapan kalimat induk. Kata hubung yang digunakan dalam Kalimat Majemuk Bertingkat adalah, make 'maka', sebab, supaye 'supaya'. Contoh-contoh Kalimat Majemuk Bertingkat dalam BMDDM adalah seperti berikut : 9. Anak ian menggaru-garu saje [sebab[ digigit nyamuk] K2] Ket.

2004 Digitized by USU digital library

10. 'Anak itu mengggaruk-garuk saja digigit nyamuk' Ket dalam kalimat (10) terdiri dari kata sebab, yang diikuti oleh K2. K2 telah mengalami transformasi penguguran FN subjek 'Anak ian'. Struktur dasar K2 ialah 'Anak ian menggaru-garu digigit nyamuk'. Dengan demikian struktur dasar kalimat (10) ialah 10.a

Dengan penguguran FN Subjek dalam K2, maka terbitlah struktur kalimat seperti kalimat (10) diatas dan tergambar dalam rajah pohon yang berikut :

Contoh-contoh lain seperti berikut : 11. Pembalok- pembalok ian mengilerke kayunye selagi naek aer pasang 'Pekerja balok itu menghilirkan kayunya selagi air pasang' . 11. Ie sudah beristerike anak tetangge kite [make haruslah ie dipanggil]K2Ket Dia sudah beristrikan anak tetangga kita maka haruslah dia dipanggil' 5.4 Kalimat Majemuk Campuran Dalam BMDDM suatu kalimat dapat terdiri dari satu kalimat tunggal atau kalimat yang mengandung lebih dari satu jenis kalimat, yang dikenal sebagai Kalimat Majemuk Campuran. Kalimat Majemuk Campuran ini terdiri dari campuran Kalimat Tunggal dengan Kalimat Majemuk atau deretan berbagai-bagai jenis kalimat majemuk. Kalimat Majemuk Campuran biasanya panjang. Berdasarkan strukturnya Kalimat Majemuk Campuran BMDDM terdiri dari a) Campuran kalimat tunggal dengan kalimat Majemuk b) Deretan Kalimat yang dibina melalui proses gabungan c) Campuran kalimat majemuk yang terdiri dari deretan berbagai-bagai kalimat majemuk

2004 Digitized by USU digital library

10

A. Kalimat Majemuk Campuran antara Kalimat Tunggal dengan Kalimat Majemuk Dalam BMDDM Kalimat Majemuk Campuran antara Kalimat Tunggal dengan Kalimat Majemuk adalah seperti berikut: 13. [Adek tendak pegi sekolah]K1 [make tidor terus]K2[ie pegi ke tempat bemaen] 'Adik tak mau pergi sekolah, maka tidur terus, ia, pergi ke tempat bermain' Kalimat di atas terdiri dari kalimat campuran Kalimat Tunggal dengan Kalimat Majemuk. Kalimat pertama yaitu: "Adek tendak pegi sekolah". Kalimat ini digabungkan dengan kalimat kedua dan kalimat ketiga melalui tanda koma. Kalimat kedua dan ketiga merupakan deretan kalimat Majemuk gabungan yang terdiri dari "maka tidor terus" dan "ie pegi ke tempat bemaen". Deretan kalimat tunggal dan kalimat majemuk di atas dihubungkan dengan kata hubung (KH) make "maka". Secara keseluruhan kalimat (13) mempunyai K1 yang terdiri dari kalimat tunggal, dihubungkan dengan K2 dan seterusnya dihubungkan dengan K3 yang merupakan kalimat tunggal. Struktur kalimat ini dapat digambarkan dalam rajah pohon seperti dibawah ini .

bemaen Contoh-contoh lain seperti berikut : 14. [Emak mengambek sireh]K1. [dibagi kepade mak cik]K2 15. [Abah memelihare budak ian]K1 [dipeliharenye dengan sayang]K2 B. Deretan Kalimat Yang Dibina Melalui Proses Gabungan Gabungan kalimat ini berdasarkan Kalimat Bertingkat yang memerihal peristiwa secara berurutan. Contoh Kalimatnya seperti berikut : 16 [Atok memberi nasehat]K1 make semue orang tediam]K2 [kemudian pulang ke rumah maseng-maseng]K3 'Atok memberi nasihat, maka semua orang terdiam, kemudian pulang kerumah masing-masing' Kalimat (16) terdiri dari kalimat campuran berdasarkan deretan kalimat yang dibina melalui kalimat bertingkat yang memerihal suatu peristiwa secara berurutan. Dengan demikian struktur dasar kalimat (16) adalah seperti berikut :

2004 Digitized by USU digital library

11

Contoh-contoh lain seperti berikut : 17. [Emak membasoh seluar]K1, [lalu menjemornye di luar]K2 [dan setelah kereng menggosoknye]K3 18. Polisi ian menangkap pencuri]K1 [Ialu memasukkannye ke penjare]K2 [dan menghukumnye]K3 C. Kalimat Majemuk Campuran Yang Terdiri Dari Deretan Berbagai-bagai Kalimat Majemuk Contoh-contoh kalimat majemuk ini dalam BMDDM adalah seperti berikut: 19. [Abah memanggel adek dan diberinye uang]K1, [disurohnya membeli makanan]K2. 'Ayah memanggil adik dan memberinya uang, kemudian disuruhnya membeli makanan. Demikian pula dengan kalimat ketiga, kalimat ini digabungkan melalui tanda koma. Kalimat gabungan ini digabungkan dengan kalimat ketiga (setelah mengalami penggugran subjek). Secara keseluruhan kalimat (19) mempunyai K1 yang terdiri dari kalimat majemuk gabungan digabungkan dengan K2. Struktur kalimat tersebut digambarkan dalam rajah pahan seperti di bawah ini

Contah-contah lain seperti berikut : 20. [Emak membeli sayar dan dimasak]K1 [kemudian dihidangkan di meje]K2 21. [Makcik menyuruh memanggel akan dan diberi nasehat]K1 kemudian menyuruhnye pulang]K2 BABVI KESIMPULAN Bahasa Melayu Dialek Deli Medan (BMDDM) adalah satu di antara dialek bahasa Melayu yang terdapat di Indonesia. Sebagai salah satu dialek, BMDDM memiliki ciri tersendiri berbeda dengan ciri yang dimiliki oleh dialek Melayu lainnya, seperti Melayu dialek Jakarta misalnya. Daerah penutur bahasa Melayu Dialek deli Medan (BMDDM) adalah kota madya Medan , Tanjung Morawa, Percut Sungai Tuan dan Lubuk Pakam. Kajian berbagai aspek BMDDM dapat menjadi satu usaha melestarikan bahasa daerah ini di tempat asalnya.

2004 Digitized by USU digital library

12

Dalam kajian ini penulis mencoba mengetengahkan satu aspek bahasa BMDDM, yaitu tentang Kalimat Majemuk BMDDM. Kalimat Majemuk BMDDM terdiri dari: Kalimat Majemuk Setara, Kalimat Majemuk Bertingkat, dan Kalimat Majemuk Campuran. Kalimat Majemuk Setara terdiri dari: (a) tanpa menggugurkan bahagianbahagian dalam kalimat. (b). Pengguguran bahagian yang sama dalam kalimat. Pengguguran kata hubung. Pada Kalimat Majemuk Campuran ini didapati bahwa Kalimat Majemuk Campuran ini terdiri dari: (i) campuran kalimat tunggal dengan kalimat majemuk .(ii) deretan kalimat yang dibina melalui proses gabungan. (iii) Campuran kalimat majemuk yang terdiri dari deretan berbagai-bagai kalimat majemuk. Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah Transformasi Generatif .Pendekatan ini berdasarkan prinsip tatabahasa itu sendiri, seperti yang disebut Halle (1962): "Agrammer whice generates- describer. defines characterise, specifies, enumerates, or predics all of and only the well. Formed sentences of the languages: a sentences generating grammer". Sebagai dasar menganalisis kalimat majemuk penulis menerapkan dua konsep teori TG, yaitu konsep Struktur Oalaman (SO) dan Struktur Permukaan (SP) pada kalimat. Struktur Dalaman (SD) ini dihubungkan dengan Struktur Permukaan (SP) melalui proses transformasi. Untuk memudahkan analisis proses penerbitan dari SD menjadi SP akan digambarkan dengan rajah-rajah pohon (Constituent Structure tree diagram). Dalam kajian ini juga dibicarakan tentang pendapat para pakar tentang kalimat majemuk , seperti Asmah Hajj Omar, Nik Safiah Karim, dan Soekono Wirjosoedarmo. Penulis mendapati bahwa terdapat persamaan dan perbedaan pendapat. Dari pendapat para pakar penulis mengambil kesimpulan bahwa kalimat majemuk, ialah: kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal atau lebih yang dihubungkan melalui proses gabungan. Kajian ini merupakan kajian awal kalimat majemuk BMDDM, masih banyak lagi yang perlu diteliti oleh pengkaji-pengkaji lain tentang kalimat majemuk BMDDM. DAFTAR PUSTAKA Arbak Othman, 1989. Imbuhan Dalam Bahasa Melayu, Petaling Jaya, Penerbit Fajar Bakti SON BHD. ____________, 1981, Enterprise. Tatabahasa Bahasa Malaysia, Kuala Lumpur, Sarjana

Asmah Haji Omar, 1973. Bahasa Malaysia Kini, Vol. 3, Kuala Lumpur, Federal Publication. ____________, 1982. Naahu Melayu Mutakhir, Kuala Lumpur, Dewaan Bahasa dan Pustaka. Asraf, 1978. Beberapa Prinsip dasar untuk Tatabahasa Melayu: Penggolongan dan Penjenisan Kalimat, Kuaala Lumpur, Dewaan Bahasa. Awang Sariyan, 1986. Kesinambungan Bahasa dalam Karya Sastra Melayu, Petaling Jaya, Fajar Bakti. SDN BHD. Chomsky, Noam, 1965. Aspect of the Theory of Syntax, Cambridge, Mass: MIT Press.

2004 Digitized by USU digital library

13

____________, 1957. Syntactic Structure, The Hague, Mauton. Halle Morris, 1962. Phonology in Generatifve Grammer Word, dalam Jerry A. Foder and Jerroid J. Katz, (1964), The Structure of Language, Englewwood Cliffs, N.J: Prentice-Hall Inc. Hashim Musa, 1984. Asas Nahu Bahasa Melayu, Kuala Lumpur, Jabatan Kajian Melayu, UM (Penerbitan Berkala). Jacobs, R.A dan R Peter, 1968. English Transformational Grammer, Mass, Xerox college Publishing. Krida Laksana, Harimurti, 1983. Kamus Linguistik, Jakarta, Gramedia. Nik Safiah Karim, 1979. Kalimat Majemuk dalam Bahasa Melayu, Kuala Lumpur, Dewan Bahasa dan Pustaka. ___________, 1988. Pendekatan Transformasi Generatif daripada 'Syntaactic Structure' kepada 'Aspects', dalam Nik Safiah Karim (Peny), Transformasi Generatif: Suatu Penerapan Pada Bahasa Melayu, Kuala Lumpur, Dewaan Bahasa daan Pustaka. Pateda Mansur, 1988. Linguistik: Sebuaah Pengaantar, Baandung, Penerbit Angkasa. Sanad Md Nasir, 1985. Kalimat Komplemen Bahasa Malaysia, Kuala Lumpur, Dewan Bahasa dan Pustaka. Tarigan, H. Guntur, 1984, Prinsip-prinsip Dasar Sintaksis, Bandung, Angkasa.

2004 Digitized by USU digital library

14

Anda mungkin juga menyukai