Anda di halaman 1dari 1

Pahlawan Tak Pernah Mati Tanggal 10 November merupakan tanggal yang keramat bagi Bangsa Indonesia.

Angka 10 yang menunjukkan satu tujuan dan kebulatan tekad pejuang Surabaya untuk menca pai kedaulatan penuh bagi tanah air yang mereka cintai. Setiap tanggal tersebut banyak acara yang diselenggarakan untuk mengenang para p ahlawan, mulai dari upacara kenegaraan, bahkan sampai mengadakan ceramah yang be rtajuk kebangsaan. Dan sudah menjadi tradisi di sela-sela acara tersebut ada sesion mengheningkan c ipta guna mengenang sejenak peristiwa yang terjadi pada saat itu, yakni arek-are k Surabaya yang telah berjuang, bergelut dengan moncong senapan, mortir dan bom milik sekutu yang sewaktu-waktu bisa mengahantam tubuhnya. Mereka melawan kegana san sekutu yang ingin kembali merongrong dan memperkosa ibu pertiwi yang telah k embali perawan(merdeka). Degan percaya diri tidak peduli yang dipegang hanya bambu runcing, mereka memper tahankan kedaulatan bangsa tanpa terbesit pikiran memperoleh imbalan, maupun gel ar bergengsi. Sehingga patutlah, walaupun mereka sendiri tak menginginkannya, me reka diberi gelar pahlawan. Dan yang cukup menjadi dilema adalah adakah pahlawan sesudah Indonesia berdaulat penuh? Siapakah pahlawan tersebut? Akan mudah diterjermahkan istilah pahlawan jika kita mengacu pada keadaan Indone sia sebelum merdeka, yaitu orang yang menjadi pelopor, berani menyatakan secara lantang bahwa ia menolak penindasan dan kekejaman penjajah serta berjuang membum ihanguskannya, baik dengan cara langsung memakai senjata (konfrontatif) maupun k apasitasnya sebagai intelektual (dialogis). Adalah sangat mungkin akan ada yang diberi gelar pahlawan pasca Indonesia merdek a karena ternyata pahlawan tempoe doeloe (faunding fathers) secara tidak langsun g memberikan gambaran siapa sebenarnya pahlawan itu? Dan gambaran tersebut tidak terbatas ruang dan waktu (luas), dan hal tersebut termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Sehingga yang dinamakan pahlawan saat ini adalah mereka yang bisa menjadikan ban gsa ini bebas dari campur tangan bangsa lain yang menyangkut kedaulatan, serta m ereka yang mampu mewujudkan cita-cita pahlawan terdahulu yang tertuang dalam ale nia ke-4. Yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia, mamajukan kesejahteraan umu m, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melakukan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Namun, tepat sampai peringatan hari pahlawan ke-60 ini, sulit untuk mencari toko h nasional yang bisa mewujudkan hal itu. Hal ini disebabkan perubahan gaya kepem impinan. Jika pada masa perjuangan para tokoh bangsa memimpin secara ikhlas dan jujur untuk kepentingan rakyat, sekarang hal tersebut senantiasa terkikis, dan a pabila hal ini terus barlanjut, bukan tidak mungkin dari rahim Indonesia tidak a kan terlahir seorang pahlawan

Anda mungkin juga menyukai