2 - 2011
PEDOMAN TEKNIS
PENGEMBANGAN TATA AIR MIKRO DI LAHAN RAWA PASANG SURUT DAN LEBAK
KATA PENGANTAR Dalam pemanfaatan lahan rawa kendala yang ditemui antara lain tingkat produktivitas rendah yang diakibatkan oleh adanya zat-zat / senyawa beracun (pirit) karena drainase yang buruk. Salah satu teknologi untuk mengatasi hal ini adalah dengan pengaturan tata air tingkat usahatani, yang lebih dikenal dengan teknologi Tata Air Mikro" (TAM). Untuk memberikan petunjuk secara teknis kepada daerah di dalam pelaksanaannya, maka Pedoman Teknis ini diberikan dalam rangka arahan dan acuan pengembangan lahan rawa di daerah. Kami menyadari bahwa buku Pedoman Teknis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca akan sangat kami hargai. Akhirnya kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat. Jakarta, Januari 2011 Direktur Pengelolaan Air Irigasi
DAFTAR ISI
RINGKASAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TATA AIR MIKRO (TAM) 2011 Ringkasan Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro (TAM) dilaksanakan dalam upaya peningkatan fungsi, kondisi dan layanan irigasi melalaui pembangunan/peningkatan jaringan dengan rincian sebagai berikut : No 1. Pengembangan TAM Daerah rawa pasang surut atau lebak yang memiliki jaringan utama (makro) a. Pembuatan/perbaikan saluran tersier atau sub tersier/kuarter b. Pemasangan gorong-gorong yang menghubungkan saluran tersier ke sub tersier /kuarter c. Pembuatan tanggul keliling d. Pembuatan pintu air air atau box bagi bila diperlukan 3. 4. Pelaksana Tahap pelaksanaan kegiatan Biaya Kelompok tani a. SID b. Konstruksi Rp. 1.000.000,-/ Ha III. II. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN A. B. C. D. Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Kebijakan Istilah 1 1 3 5 7
Lokasi
2.
Kegiatan
INDIKATOR KINERJA A. B. C. D. Keluaran (Output) Hasil (Outcome) Manfaat (Benefit) Dampak (Impact)
11 11 11 12 12
13 13 14 19 21
5.
IV
DAFTAR LAMPIRAN
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan TAM TA. 2011 Contoh Daftar Resiko Contoh Daftar Penanganan Resiko Check List Pengendalian Pengembangan TAM Form Laporan Realisasi fisik dan keuangan Kegiatan Ditjen PLA TA. 2011 (form PLA 01) Form Laporan Realisasi fisik & keuangan PLA 43 44 27 7. Kegiatan Ditjen PLA TA. 2011 (form PLA 02) Laporan PLA 03) 8. Rekapitulasi Laporan manfaat kegiatan Ditjen PLA TA. 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010 (form PLA 04) 9. 10. 11. 12. Rekapitulasi Outline Laporan Akhir Ketentuan Teknis Alokasi Kegiatan TAM TA. 2011 Rencana Usulan Kelompok/Rencana Usulan Bersama 47 48 69 45 46 manfaat kegiatan Ditjen TA. 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010 (form 30 31 33 37 42
IV.
MONITORING DAN EVALUASI A. B. C. Monitoring Evaluasi Perkembangan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Fisik dan Keuangan
24 24 25 25
V.
PELAPORAN
I. A. Latar Belakang
PENDAHULUAN
namun tantangan ke depan masih cukup berat seperti pertambahan penduduk, adanya alih fungsi lahan yang cukup besar, perubahan iklim dan bencana alam lainnya yang menjadi ancaman terhadap produksi beras nasional. Salah satu peluang untuk peningkatan produksi pangan adalah dengan memanfaatkan lahan rawa, baik rawa pasang surut maupun rawa lebak. Potensi lahan rawa cukup besar, yaitu sekitar 33,4 juta hektar, dimana yang potensial untuk pengembangan pertanian sebesar 11,04 juta hektar. Sampai saat ini telah diusahakan lebih kurang seluas 1.676.786 hektar, terdiri dari lahan rawa pasang surut seluas 801.322 hektar, rawa lebak seluas 757.072 hektar dan tambak seluas 118.392 hektar. Disadari sepenuhnya bahwa lahan rawa bukanlah lahan yang terbaik untuk usaha pertanian dibandingkan lahan pertanian lainnya. Dalam pemanfaatan lahan rawa untuk usahatani tanaman pangan banyak ditemui kendala. Kendala utama adalah adanya lapisan pirit pada tanah sulfat masam dan sifat kering tak balik
2 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
Khusus untuk produksi padi/beras, yang merupakan bahan pangan paling strategis, Pemerintah khususnya Departemen tahun. Pertanian sejak tahun 2006 telah mentargetkan kenaikan produksi padi sebesar 5 % per Untuk mencapai upaya peningkatan produksi beras nasional telah disusun beberapa program, antara lain subsidi benih, pengembangan padi hibrida, sarana produksi, subsidi bunga, pembangunan / perbaikan infrastruktur pertanian seperti Rehab JITUT, JIDES, dan pengembangan TAM.
Dengan berbagai program dan kegiatan tersebut produksi beras telah berhasil ditingkatkan pada tahun 2008 sebesar 60,325 juta ton, sedangkan pada tahun 2009 produksi padi sebesar 64,4 juta ton yang berarti terjadi peningkatan sebesar 6,8 %. Dan pada tahun 2010 berdasarkan ARAM II BPS produksi padi adalah sebesar 65,15 juta ton. Meskipun produksi beras telah berhasil ditingkatkan,
1 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
pada tanah organik/gambut. Penanganan yang salah terhadap tanah organik dan tanah sulfat masam dengan lapisan piritnya akan dapat menyebabkan tanah menjadi sangat masam sehingga tidak dapat lagi untuk budidaya pertanian pada lahan tersebut.
a. Meningkatkan Luas Tanam melalui Penambahan Indeks Pertanaman (IP) dan Penambahan Baku Lahan (PBL). b. Meningkatkan produktivitas lahan. c. Membangun rasa memiliki petani terhadap jaringan TAM yang sudah dibangun.
Salah satu teknologi yang sederhana, mudah dalam perawatan dan pemeliharaan serta relatif murah, yaitu dengan teknologi (TAM), dengan memanfaatkan pola pergerakan pasang surutnya air di lahan rawa pasang surut dan pengelolaan air dengan sistem polder di lahan rawa lebak. Besarnya potensi lahan rawa untuk peningkatan produksi pangan, mengakibatkan kegiatan pengembangan TAM menjadi salah satu kegiatan utama Departemen Pertanian dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian . B. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan Kegiatan Pengembangan TAM di lahan rawa
3 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
2.
dilaksanakannya kegiatan ini antara lain : a. Terbangunnya tata air mikro seluas 45.419 Ha di 13 propinsi, 51 kabupaten. b. Meningkatnya luas tanam melalui
c. Meningkatnya produktivitas usahatani lebih dari 20 %. d. Terciptanya rasa memiliki petani terhadap jaringan TAM yang sudah dibangun.
C. Kebijakan Direktorat kebijakan Pengelolaan teknis untuk Air Irigasi mengeluarkan dalam
5. Prosedur Administrasi bantuan sosial mengacu pada Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. 6. Kegiatan Pengembangan TAM sekaligus dalam rangka pemberdayaan kelembagaan petani. 7. Biaya yang tersedia dalam mata anggaran belanja sosial lainnya dipergunakan untuk kegiatan fisik Pengembangan TAM dengan mengacu pada pedoman umum Bansos Ditjen PSP. Sedangkan untuk kegiatan sosialisasi, pembinaan, monitoring dan evaluasi dibiayai dari dana pendukung/sharing yang berasal dari APBD Propinsi atau APBD Kabupaten/kota.
dijadikan
pedoman
pelaksanaan kegiatan pengembangan yaitu : 1. Kegiatan pengembangan tata air mikro dilakukan pada lahan rawa pasang surut dan rawa lebak yang telah dimanfaatkan untuk usahatani dan benar benar memerlukan tata air mikro sehingga dapat memberikan dampak yang nyata. 2. Dalam keadaan memaksa dan sangat dibutuhkan dana tata air mikro dapat dipergunakan untuk memperbaiki jaringan reklamasi rawa pada tingkat sekunder dengan berkoordinasi dengan Dinas Pengairan setempat. 3. Pelaksanaan konstruksi Pengembangan TAM harus sesuai dengan desain. 4. Pelaksanaan pengembangan TAM dilaksanakan
5 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
6. Padat Karya Pertanian adalah : suatu kegiatan D. Istilah Beberapa istilah yang dipergunakan dalam buku pedoman ini mempunyai pengertian sebagai berikut : 1. padat karya yang melibatkan atau mempekerjakan petani, buruh tani atau warga perdesaan miskin lainnya pada kegiatan pembangunan infrastruktur pengelolaan lahan dan air untuk tujuan produktif di sektor pertanian. 7. Peta Kepemilikan Lahan adalah : gambaran situasi dalam SID yang mencantumkan luas lahan dan nama pemilik yang terkena kegiatan TAM. 8. Pintu Air adalah : Bangunan fisik yang dapat mengatur keluar masuk air pasang atau surut sesuai dengan kebutuhan tanaman yang diusahakan. 9. Produktivitas adalah : Tingkat hasil atau
2.
Gorong-Gorong adalah : Bangunan fisik yang dibangun memotong jalan / galengan yang berfungsi untuk penyaluran air.
3.
Indeks Pertanaman/IP (Croping Intensity) adalah: Suatu ukuran pemanfaatan lahan atau frekuensi tanam dalam luasan tertentu dalam kurun waktu satu tahun.
produksi yang didapatkan per hektar tanam dalam satu kali penanaman. 10. Rehabilitasi adalah : Perbaikan infrastruktur yang sudah pernah ada yang karena sesuatu dan lain hal keadaannya kurang berfungsi. 11. Saluran Cacing adalah : saluran menyilang dan membujur di petakan sawah
4.
Lahan Rawa Lebak adalah: lahan rawa yang tergenang air hujan dalam kurun waktu relatif lama.
5. Lahan Rawa Pasang Surut adalah : Lahan rawa yang dipengaruhi oleh pasang naik dan pasang surut air laut secara nyata.
7 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
8 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
12. Saluran Keliling Petakan adalah : saluran air yang dibuat mengelilingi petakan sawah dalam luasan maximum 1 ha. 13. Saluran keliling. 14. Saluran Sub Tersier adalah : saluran air yang menghubungkan saluran tersier ke kuarter. 15. Sosialisasi adalah : Pemberitahuan sesuatu Kuarter adalah: saluran air yang
18. Swakelola adalah : Pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri, yang dapat dilaksanakan oleh pengguna barang/jasa, instansi pemerintah, kelompok masyarakat dan LSM. 19. Tata Air Makro adalah : Penguasaan air di tingkat kawasan / areal reklamasi yang bertujuan mengelola berfungsinya jaringan drainase irigasi seperti navigasi, sekunder, tersier, kawasan
rencana kegiatan dalam hal ini TAM kepada semua pihak terkait secara runut, transparan, dalam bentuk urun rembuk, diskusi mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan. 16. Stimulan rangsangan adalah : Bantuan dalam bentuk
mempercepat,mempermudah,menyempurnakan kegiatan fisik TAM. 17. Survei Investigasi Desain (SID) adalah : Penentuan / penetapan lokasi dan jenis, spesifikasi infrastruktur, perhitungan RAB yang akan dilaksanakan pembangunannya.
9 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
10
II.
INDIKATOR KINERJA
C.
Indikator kinerja dari kegiatan ini meliputi: keluaran, hasil, manfaat dan dampak. Uraian rinci dari indikator kinerja disajikan sebagai berikut : A. Keluaran (Output) Keluaran dari kegiatan Pengembangan TAM ini adalah : 1. Terbangunnya jaringan TAM sesuai dengan target yaitu seluas 45.419 Ha di 13 Propinsi. 2. Meningkatnya rasa memiliki petani terhadap D.
1.
Meningkatnya luas tanam akibat penambahan Indeks Pertanaman dan Penambahan Baku Lahan.
2.
Meningkatnya
kualitas
lahan
dan
air
serta
produktivitas usahatani.
pendapatan petani di lokasi Pengembangan TAM. Disadari sepenuhnya bahwa pencapaian indikator
kinerja ini merupakan sistem yang saling terkait yang B. Hasil (Outcome) Hasil dari kegiatan Pengembangan TAM ini adalah : 1. Berfungsinya jaringan TAM untuk mendukung ditentukan oleh banyak faktor penentu lainnya, yang berjalan secara proses dan membutuhkan waktu. Namun demikian hendaknya indikator ini dijadikan patokan dalam melakukan penilaian terhadap hasil kinerja, dan keterampilan sehingga seluruh proses kegiatan harus mengacu pada sasaran indikator tersebut.
11 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
12
III. PELAKSANAAN Penunjukan personil didasarkan pada kriteria sebagai berikut : Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian didalam pelaksanaan pengembangan (TAM) adalah: (a) Organisasi (b) Kebijakan, (c) Lokasi (d) SID dan Penyusunan RUKK/RAB, (e) Konstruksi (f) Partisipasi petani (g) Pengawasan dan (h) Pembiayaan. 1. Petugas Tim Teknis pengembangan tata air mikro harus memahami aspek teknis administrasi Bansos. 2. Petugas kegiatan A. Organisasi Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengembangan tata air mikro, Kuasa Pengguna Anggaran/ Pejabat Pembuat Komitmen membentuk Tim Pelaksana yang terdiri dari Tim Teknis dan Koordinator Lapangan. Pembentukan Stuktur organisasi Tim Teknis dan Koordinator Lapangan disesuaikan dengan struktur organisasi Dinas Pertanian yang menangani kegiatan pengembangan tata air mikro. Penunjukan petugas pelaksana selaku Tim Teknis dan Koordinator Lapangan kegiatan pengembangan tata air mikro harus mempertimbangkan kompetensi personil dalam melaksanakan kegiatan yang akan diemban.
13 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
Koordinator
Lapangan tata
pada air
kegiatan dan
pengembangan tata air mikro harus menguasai teknis pengembangan mikro pengadministrasian Bansos 3. Kelompok tani/ P3A pelaksana kegiatan harus
B. Pemilihan/Penentuan Petani dan Lokasi Kegiatan pengembangan (TAM) dilaksanakan pada lokasi yang memerlukan pengaturan di daerah reklamasi rawa pasang surut atau rawa non pasang surut (lebak) dimana jaringan utama (primer dan sekunder) berfungsi dengan baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan :
14
1. Syarat Calon Lokasi (CL) Lokasi yang dinyatakan layak untuk diikutkan dalam program pengembangan TAM adalah lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Sistem Tata Air Makro (saluran primer dan sekunder) berfungsi dengan baik, khusus untuk tipologi lahan rawa pasang surut. b. Sistem Tata Air Makro tidak harus ada, khusus untuk tipologi lahan rawa non pasang surut (lebak). c. Lokasi pengembangan adalah rawa pasang surut atau Umum non atau pasang oleh surut/lebak Departemen lokasi yang yang telah telah dikembangkan Pekerjaan i. h.
kepemilikan maksimum 2 ha/ KK. Lokasi yang diusulkan tidak terkena banjir yang dapat mengancam keberhasilan pertanaman. Lokasi harus didelinasi dengan menunjukan posisi koordinatnya (LU/LS BT/BB) 2. Syarat Calon Petani (CP) Petani yang dinyatakan layak untuk diikutkan dalam program pengembangan TAM adalah petani yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a.
Diutamakan telah terbentuk Kelompok Tani/P3A, apabila belum ada agar segera membentuknya sebelum penetapan lokasi.
merupakan
b.
Mempunyai keyakinan bahwa TAM bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas dan indeks pertanaman.
dikembangkan oleh desa/dusun. d. e. f. Potensi untuk dapat meningkatkan IP. Transportasi dari dan ke lokasi relatif lancar. Lokasi terletak pada satu hamparan blok tersier, dan tidak ada enclove. g. Di lokasi pilihan tersedia petani penggarap, dan atau pemilik penggarap dengan standar
15 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
c.
Bersedia membangun saluran kemalir dan saluran cacing di lahan masing-masing atas biaya masing-masing.
d.
Membutuhkan
dan
mau
membangun
serta
memelihara TAM.
16 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
e.
3)
Berdasarkan didapatkan
survey kebutuhan,
akan dan
f.
Kelompok
Tani/P3A
terpilih
belum
pernah
spesifikasi jaringan dan bangunan tata air mikro yang diperlukan. b. Desain (rancangan teknis)
g.
Diutamakan
kelompok
yang
mempunyai
semangat parsipasif. 3. Survey, Investigasi dan Desain Kegiatan Survey, Investigasi dan Desain (SID)
dilaksanakan meliputi Survey Investigasi, dan Desain (pengukuran, penggambaran dan penyusunan RAB). a. Survey Investigasi 1) Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan data detail kondisi lahan yang akan dikembangkan jaringan tata air mikro, seperti kedalaman lapisan pirit, kedalaman gambut, topografi, batas kepemilikan lahan, jaringan dan bangunan tata air mikro yang sudah ada, kedalaman genangan dan sebagainya. 2) Pelaksanaan kegiatan SI ini dilakukan secara swakelola oleh petugas Dinas Pertanian. 4.
musyawarah kelompok dengan bimbingan tim teknis atau koordinator lapangan. RUKK disusun
17 18 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
berdasarkan kebutuhan bahan dari hasil SID dan harga setempat. RUKK sekurang-kurangnya memuat rencana kebutuhan bahan, tenaga kerja, biaya, sumber biaya dan waktu pelaksanaan. teknis dan RUKK yang telah disusun harus mendapat persetujuan dari
1. Membuat atau melengkapi saluran sub tersier, kuarter dan sub kuarter. 2. Membuat saluran sudetan (drainase). 3. Membuat tanggul keliling yang dilengkapi pintu-pintu air. 4. Membuat bangunan bagi, pintu air (stoplog), goronggorong dan siphon. Pintu air dibangun untuk menghubungkan air dari saluran tersier ke sub tersier/kuarter, dan dari sub tersier/kuarter ke petakan sawah. Jumlah dan spesifikasinya disesuaikan dengan keadaan lokasi. a. Bahan pintu diusahakan dari bahan yang cukup tahan terhadap air masam dan berkadar garam tinggi. Pintu air tersebut diletakkan pada dudukan yang permanen dan kuat (dicor/disemen). b. Gorong-gorong dibangun untuk menghubungkan saluran tersier ke sub tersier/kuarter. c. Dapat menggunakan bahan yang mudah didapat, murah dan tahan lama, antara lain pipa pralon (PVC), bis beton.
diketahui oleh Koordinator Lapangan dan Tim KPA/PPK. Contoh RUKK dapat dilihat pada Lampiran 9.
C. Konstruksi Pelaksanaan konstruksi pengembangan TAM dilaksanakan secara swakelola oleh kelompok anggota tani/P3A, kelompok dalam secara yang kegiatan kelompok dan bergotong royong dengan memanfaatkan tenaga kerja anggotanya. Kepada berperanserta/berpartisipasi ditentukan berdasarkan
pengembangan TAM diberikan insentif yang besarannya musyawarah tertuang dalam RUKK. Pelaksanaan Kegiatan pengembangan TAM yang akan dilaksanakan pada lahan rawa pasang surut dan non pasang surut (lebak) antara lain meliputi :
19 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
20 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
d. Dalam membangun gorong-gorong dan pintu air dimungkinkan digabung agar dapat menghemat biaya. 5. Membuat area water retensi (area penyimpanan air) terutama pada lebak pematang dan lebak tengahan, sehingga pada musim kemarau airnya dapat dimanfaatkan. 6. Pemasangan pompa-pompa air yang berfungsi untuk mengeluarkan memasukkan air air lebih di di musim hujan dan musim kemarau. Sistem
IV. PENGENDALIAN
Kepala Dinas/ Kepala satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran dan penanggung jawab kegiatan pengembangan TAM harus melakukan pengawasan / pengendalian atas pelaksanaan kegiatan pengembangan TAM. Pengawasan / Pengendalian dapat dilakukan dengan membentuk Satuan Pelaksana Pengendalian Internal, yang bertugas melakukan pengendalian dan review atas kinerja pelaksanaan kegiatan pengembangan TAM sehingga pelaksanaan kegiatan dapat mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dengan efektif, efisien, ekonomis, tertib dan akuntabel. sebagai berikut : Secara singkat pengawasan / pengendalian dapat dilakukan dengan tahapan
pengelolaan air ini dikenal dengan sistem Polder. Ketentuan teknis pelaksanaan pengembangan TAM dapat dilihat pada lampiran 11.
D. Partisipasi Kelompok tani/P3A diwajibkan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini sejak dari proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan. Partisipasi tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk tenaga kerja, bahan bangunan, dana dan sebagainya. Tata cara penggunaan dana belanja sosial lainnya untuk pengembangan TAM mengacu pada pedoman umum Bansos Ditjen
Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
A. Analisa Resiko Dalam pelaksanaan pengembangan TAM dilakukan analisa bagianbagian atau dalam tahapan mana yang memiliki resiko dapat mempengaruhi kegiatan. kegiatan, kegiatan penyebab dan keberhasilan pelaksanaan dampak/resiko TAM baik pada yang tahap
22 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
PSP.
21
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan evaluasi, serta tahap pelaporan dan tindak lanjut. Resiko yang tidak dapat terdeteksi atau tidak dapat dikelola dengan baik akan mengakibatkan tujuan dari kegiatan pengembangan TAM yang telah ditetapkan tidak tercapai atau pencapaiannya tidak optimal. B. Penanganan Resiko Dengan telah diketahui titik-titik kritis dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan TAM penyebab dan dampaknya terhadap pencapaian tujuan, maka dilakukan perumusan/ upaya penanganan atau pembinaan sehingga tidak terjadi kesalahan kesalahan yang mungkin terjadi pada titiktitik atau tahapan kritis tersebut. kritis tersebut. Untuk memudahkan pelaksanaan pengendalian dapat Pembinaan dan atau pengawasan perlu dilakukan lebih intensif pada titik-titik
V. A.
pengembangan TAM TA. 2011. 1. Monitoring dititikberatkan saluran pada tersier, pelaksanaan sub tersier,
rehab/penggalian
kwarter, saluran keliling, saluran cacing, JUT, gorong-gorong, pintu air dengan menggunakan Form Laporan Perkembangan Kegiatan Pengembangan TAM TA. 2011 pada lampiran 3. 2. Monitoring tersebut dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Propinsi sesuai dengan tahapan pelaksanaan Tahapan kegiatan ini di masing-masing mengacu pada lokasi. jadwal kegiatan
pelaksanaan kegiatan dan ceklist analisa penanganan resiko. Sebagai contoh diberikan jadwal pelaksanaan kegiatan Pengembangan TAM TA. 2011 (lampiran 1). 3. Hasil Monitoring dilaporkan ke Dinas Pertanian Propinsi, dengan tembusan ke Ditjen PSP dan Direktorat Pengelolaan Air Irigasi (PAI) via fax nomor : 021 7823975.
24 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
dilakukan dengan menggunakan/ membuat daftar analisa resiko, penanganan resiko dan ceklist seperti contoh pada Lampiran 4.
23 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
4. Dinas Pertanian Propinsi menyampaikan rekapitulasi hasil monitoring Kabupaten/kota ke Ditjen PSP dan tembusan ke Direktorat Pengelolaan Air Irigasi (PAI) setiap 1 bulan sekali.
Tabel 1. Tahapan Kegiatan dan Pembobotan Pelaksanaan Kegiatan Fisik dan Keuangan
NO. A 1 2 3 4 5 6
KEGIATAN
B.
pengembangan TAM TA. 2006, TA. 2007, TA. 2008, TA. 2009 dan TA.2010. Untuk kegiatan TA. 2011 evaluasi tersebut dilakukan pada akhir TA. 2011. Selanjutnya hasil monitoring dan evaluasi dibahas secara berjenjang, mulai dari tingkat provinsi sampai tingkat nasional.
Persiapan CPCL DESAIN RUKK SKSK PEMBUKAANREKENING TRANSFERDANA B PELAKSANAAN 1 KONSTRUKSI TOTAL
C.
Perkembangan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Fisik dan Keuangan Dalam melakukan penilaian/ pembobotan kemajuan pelaksanaan pekerjaan fisik dan keuangan dapat dilihat pada tabel berikut ini dengan mengacu pada Jadwal Pelaksanaan Kegiatan TAM (lampiran 1).
Ket: Pembobotandilakukanberdasarkanjumlahpencairandanake rekeningkelompoksesuaidenganRUKK(RancanganUsulan KegiatanKelompok) Contoh: Tahap1: 20% 20/100*80 =16 Tahap2: 80% 80/100*80 =64
25 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
26
IV.
PELAPORAN a) Alur pelaporan Kepala Dinas yang membidangi Tanaman Pangan Kabupaten/ Kota/ Satker Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Pangan di Kabupaten/ Kota yang mendapat alokasi kegiatan pengembangan TAM mengirimkan laporan laporan ( PSP 01, PSP 03 dan Laporan Akhir ) tersebut ke propinsi dengan tembusan ke Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana, dengan alamat Ditjen PSP cq. Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Kementerian Pertanian Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Jaksel, via Fax : 021 7816086 atau Email : simonevpla@deptan.go.id. TAM harus Kepala Dinas yang membidangi Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Pangan Propinsi mengirimkan laporan form PSP 02 dan PSP 04 ke Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, dengan alamat Ditjen PSP cq. Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Kementerian Pertanian Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Jaksel, via Fax : 021 7816086 atau Email : simonevpla@deptan.go.id.
Dinas pertanian kabupaten/kota selaku pelaksana kegiatan wajib menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan pengembangan TAM. Terdapat 3 ( tiga) jenis laporan yang harus disusun oleh pelaksana kegiatan pengembangan TAM, yaitu : Laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan
Pengembangan TAM tahun berjalan ( 2011 ) dilakukan sejak mulai dilaksanakan persiapan sampai dengan selesainya kegiatan/ tahun anggaran PSP 02 (lampiran 6) untuk propinsi. Laporan Akhir kegiatan pengembangan dengan format laporan form PSP 01 (lampiran 5) untuk kabupaten/kota,
disusun setelah kegiatan selesai dilaksanakan. Laporan akhir dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi pada kondisi tahapan pelaksanaan pekerjaan ( awal, 50 % dan setelah pekerjaan selesai). Format laporan mengacu pada Lampiran 10. Laporan perkembangan / dampak/ manfaat kegiatan pengembangan TAM tahun sebelumnya disusun dengan format laporan form PSP 03 (lampiran 7) untuk kabupaten/kota dan PSP 04 (lampiran 8) untuk propinsi.
27 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
28 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
b) Frekuensi pelaporan Laporan kegiatan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: Laporan bulanan adalah laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan (sesuai form laporan PSP 01 dan 03) harus disusun dan dikirim ke Propinsi dan Pusat selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya. Sedangkan laporan Form PSP 02 dan PSP 04 selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. Laporan akhir tahun. Laporan seluruh pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan yang dilengkapi dengan foto - foto dokumentasi pada kondisi awal pekerjaan, sedang dalam pelaksanaan 50 % dan setelah pekerjaan selesai 100% selambat-lambatnya satu bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
29 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
Lampiran 1
No.
Komponen Kegiatan
Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
A. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 B. 1
Persiapan Pembuatan SK-SK Juklak diterima dari Provinsi Pembuatan Juknis oleh Kab/Kota Koordinasi dengan Instansi terkait Sosialisasi Survey Investigasi (CP/CL) Pembuatan Desain Sederhana Penyusunan RUKK Pembuatan Rekening Kelompok Transfer dana Pelaksanaan Konstruksi a. Penyediaan bahan/material b. Pelaksanaan fisik c. Pemeliharaan Monitoring Evaluasi Laporan Bulanan Laporan Akhir
2 3 4 5
30 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
Lampiran2
CONTOH DAFTAR RESIKO
UNIT KERJA NAMA PIMPINAN NIP KEGIATAN TUJUAN No 1. Resiko Persiapan Lokasi kurang sesuai dengan kriteria teknis : : : : :
Pengembangan Tata Air Mikro ........................ Penyebab Petugas kurang pemahami pedoman teknis/juklak/juknis pelaksanaan CPCL Dampak Pencapaian tujuan kegiatan tidak optimal Bangunan tidak sesuai kondisi/ kebutuhan Lapangan Petugas/ petani kurang memahami
2.
3.
Penyusunan Desain Desain tidak sesuai kondisi lapangan Material Rencana kebutuhan material dan tenaga kerja tidak sesuai Kebutuhan dana tidak sesuai/ melebihi kebutuhan nyata Spesifikasi bangunan tidak sesuai
Kesalahan dalam menganalisa kebutuhan bahan, material dan tenaga kerja Penghitungan Kebutuhan material tidak tepat, Penyusunan satuan harga material tidak berdasarkan harga pasaran, penyusunan RAB masih memperhitungkan pajak dan keuntungan Pembelian /penggunan bahan/material tidak sesuai kebutuhan dalam RAB (kurang)
Satuan harga mahal, sasaran tidak tercapai, dan bangunan cepat rusak
31 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
4.
5.
Tahap Konstruksi Pembayaran tenaga kerja sesuai pasar setempat (tidak ada partisipasi petani) Tenaga kerja petani tidak sesuai dengan bukti ( terdapat petani yang tidak bekerja tetapi di bayar). Pelaksanaan diborongkan ke tukang Bangunan Rehabilitasi tidak sesuai dengan rencana/ Desain Konstruksi melewati tahun anggaran Operasi dan Pemeliharaan Jaringan tidak berfungsi optimal Disetujui Tanggal Pimpinan Unit Kerja/Direktur,
Dalam POK tidak dirinci kesalahan penyusunan RAB Kontrol oleh petugas kurang Keterlambatan Penetapan pengelola, Revisi Kegiatan
Tujuan kegiatan secara partisipatif tidak tercapai sasaran fisik tidak tercapai Sasaran kegiatan tidak tercapai
(.................................................) NIP.
..........................
32 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
Lampiran3
CONTOH DAFTAR PENANGANAN RESIKO
: : : : :
dan
memahami
33 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
3.
Material Rencana kebutuhan material dan tenaga kerja tidak sesuai Kebutuhan dana tidak sesuai/ melebihi kebutuhan nyata Spesifikasi bangunan tidak sesuai
Kesalahan dalam menganalisa kebutuhan bahan, material dan tenaga kerja Penghitungan Kebutuhan material tidak tepat, Penyusunan satuan harga material tidak berdasarkan harga pasaran, penyusunan RAB masih memperhitungkan pajak dan keuntungan Pembelian /penggunan bahan/material tidak sesuai kebutuhan dalam RAB (kurang) Dalam POK tidak dirinci kesalahan penyusunan RAB Kontrol oleh petugas kurang Keterlambatan Penetapan pengelola, Revisi Kegiatan
Satuan harga mahal, sasaran tidak tercapai, dan bangunan cepat rusak CPCL dilaksanakan dan dilaporkan sesuai dengan kondisi di lapangan
4.
Tahap Konstruksi Pembayaran tenaga kerja sesuai pasar setempat (tidak ada partisipasi petani) Tenaga kerja petani tidak sesuai dengan bukti (terdapat petani yang tidak bekerja tetapi di bayar). Pelaksanaan diborongkan ke tukang Bangunan Rehabilitasi tidak sesuai dengan rencana/ Desain Konstruksi melewati tahun anggaran
Tujuan kegiatan secara partisipatif tidak tercapai sasaran fisik tidak tercapai Sasaran kegiatan tidak tercapai
Bimbingan pelatihan
dan
34 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
5.
(.......................................................) NIP.
(......................................................) NIP.
Diperiksa Tanggal : Pemeriksa, ............................ Disetujui Tanggal Pimpinan unit kerja/Direktur, Dibuat Tanggal Penyusun,
(......................................................) NIP.
............................
35 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
No. A. PERSIAPAN 1. Pedoman Teknis 2. Petunjuk Pelaksanaan 3. Petunjuk Teknis 4. Organisasi/kelembagaan 5. SID 5.1. Calon Lokasi
Uraian Kegiatan
Keterangan
a. Apakah lokasi masuk dalam kategori rawa pasang surut/lebak b. Apakah terdapat potensi peningkatan IP c. Apakah terdapat potensi peningkatan produktivitas d. Apakah calon lokasi mudah diakses e. Apakah calon lokasi dilengkapi dengan titik koordinat f. Apakah di calon lokasi terdapat kelompok tani yang bersedia melaksanakan pembangunan TAM g. Apakah calon lokasi dilengkapi dengan titik koordinat
ya/tidak
36 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
h. Apakah di calon lokasi sering terjadi banjir 5.2. Calon Petani a. Apakah telah terbentuk kelompok tani b. Apakah calon petani bersedia membangun saluran kemalir dan saluran cacing c. Apakah calon petani bersedia memelihara jaringan TAM d. Apakah calon petani bersedia mengusahakan lahan minimal dua kali dalam setahun e. apakah ada proposal dari kelompok tani/P3A 5.3. Desain a. Apakah ada peta situasi (skala 1:1000) b. apakah ada peta kedalaman lapisan pirit/ kedalaman gambut c. Apakah ada peta topografi d. Apakah ada peta desain sederhana e. Siapakah yang membuat desain sederhana f. Apakah desain sesuai keadaan lapangan g. Apakah ada daftar kepemilikan lahan anggota kelompok tani/P3A 5.4. RAB a. Apakah ada RAB b. Apakah dalam RAB dibuat perhitungan kebutuhan material dan tenaga
ya/tidak
Sudah/Belum ya/tidak
ya/tidak ya/tidak
Ada/tidak
Ada/tidak ya/tidak
37 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
c. Apakah RAB dilengkapi dengan rincian biaya sesuai tahapan pekerjaan d. Apakah RAB memperhitungkan pajak-pajak dan keuntungan e. Apakah RAB sudah dilegalisir oleh Kadis. Kab./Kota f. Apakah sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan sosialisasi g. Apakah penetapan lokasi dan kelompok tani dengan SK h. Apakah penyusunan RUKK dilaksanakan melalui musyawarah kelompok i. Apakah RUKK sudah dilegalisir oleh Kadis Kab/Kota j. Apakah rekening kelompok tani melalui kontra sign antara KPA/PPK dan Ketua kelompok tani k. Apakah perjanjian kerjasama sudah ditandatangani para pihak
Sudah/Belum
B.
ORGANISASI 1. SK KPA, PPK, Bendahara Pengeluaran 2. SK Tim Teknis 3. SK Penetapan lokasi dan Kelompok Tani 4. SK Panitia Pengadaan (bila dilaksanakan oleh pihak ketiga/ rekanan) 5. Pembagian Tugas Kelompok 6. Kegiatan Kelompok 7. Pembentukan Kelompok 8. AD/ART Kelompok Ada/tidak Ada/tidak Ada/tidak Ada/tidak Ada/tidak Ada/tidak Ada/tidak Ada/tidak
38 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
C.
PELAKSANAAN ( per lokasi kegiatan) 1. Apakah pengadaan material sesuai RUKK 2. Apakah penggunaan insentif sesuai dengan rencana / RAB (lakukan uji petik kebeberapa petani). 3. Apakah pembersihan/penggalian dilakukan oleh anggota Kelompok Tani (uji petik) 4. Apakah pengerjaan konstruksi jaringan TAM dilakukan oleh anggota KT (uji petik) 5. Apakah bangunan jaringan TAM sesuai dengan rencana/ desain a. Pintu-pintu air b. Gorong-gorong c. Saluran tersier d. Saluran kuater e. Saluran keliling/saluran cacing f. JUT g. dsb 6. Apakah penarikan/pencairan dana dilakukan bertahap, sesuai RUKK 7. Apakah seluruh dana dimanfaatkan untuk pengembangan TAM sekali/bertahap ya/tidak sesuai/ lebih/kurang sesuai/ lebih/kurang sesuai/ lebih/kurang sesuai/ lebih/kurang sesuai/ lebih/kurang sesuai/ lebih/kurang ya/tidak ya/tidak Sesuai/tidak Sesuai/tidak
D.
OPERASI DAN PEMELIHARAAN ( perlokasi kegiatan) 1. Apakah jaringan TAM yang telah dibangun dilakukan pemeliharaan ya/tidak
39 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
petani/KT/pemerintah
E.
MONITORING DAN EVALUASI 1. Monitoring a. Apakah sudah dibuat Jadual monitoring b. Apakah sudah dibuat Tim/petugas monitoring c. Apakah sudah dibuat Pedoman monitoring d. Apakah sudah dibuat Laporan monitoring Sudah/Belum Sudah/Belum Sudah/Belum Sudah/Belum
2. Evaluasi a. Apakah sudah dibuat Jadual evaluasi/supervisi b. Apakah sudah dibuat Tim/petugas evaluasi c. Apakah sudah dibuat Pedoman evaluasi d. Apakah sudah dibuat Laporan evaluasi Sudah/Belum Sudah/Belum Sudah/Belum Sudah/Belum
F.
PELAPORAN 1. Laporan pertanggungjawaban penggunaan dana dari kelompok tani a. Laporan pertanggungjawaban penggunaan dana tahap I b. Laporan pertanggungjawaban penggunaan dana tahap II c. Laporan pertanggungjawaban penggunaan dana tahap III Sudah/Belum Sudah/Belum Sudah/Belum
40 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
d. Laporan pertanggungjawaban penggunaan dana tahap IV 2. Apakah sudah dibuat Pedoman Laporan akhir 3. Apakah sudah dibuat Pedoman Pelaporan
G.
PERTANGGUNG JAWABAN ( per lokasi kegiatan) 1. Apakah sudah dibuat Berita Acara Penyelesaian pekerjaan 2. Apakah sudah dibuat Berita Acara Penyerahan Pengelolaan 3. Dokumentasi a. Apakah dibuat dokumentasi sebelum konstruksi b. Apakah dibuat dokumentasi pada saat sedang dikerjakan c. Apakah dibuat dokumentasi pasca konstruksi d. Apakah dibuat dokumen bukti pembelanjaan e. Apakah dibuat Pembukuan Sudah/Belum Sudah/Belum Sudah/Belum Sudah/Belum Sudah/Belum Sudah/Belum Sudah/Belum
41 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
Lampiran 5
LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR T.A. 2011
Dinas Kabupaten Provinsi Subsektor Program Bulan : .. : .. : .. : .. : .. : .. Pagu DIPA No. 1 A. Aspek 2 Pengelolaan Air Kegiatan 3 1. JITUT 2. JIDES 3. TAM 4. dst 1. JUT 2. Optimasi Lahan 3. Reklamasi Lahan 4. dst .. 1. SID 2.Konstruksi 3. Pengadaan Saprodi 4. dst .. Keuangan (Rp) 4 Fisik (Ha) 5 Keuangan (Rp) 6 (%) 7 Konstruksi (Ha) 8 Realisasi Fisik Tanam (Ha) 9 Nama Kelompok 10 Lokasi Kegiatan Desa/ Kecamatan 11
Form PLA.01
Koordinat 12
Keterangan 13
B.
Pengelolaan Lahan
C.
JUMLAH Catatan : 1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PSP Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan 2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Kementan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta Selatan via Fax : 021-7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id 3. Realisasi adalah realisasi kumulatif s/d bulan ini (bulan laporan) 4. Kolom (13) dapat diisi serapan tenaga kerja, dll *) Coret yang tidak perlu ., .... 2011
42 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
Lampiran 6
LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA 2011
Dinas Propinsi Subsektor Program Bulan No. 1 1 Dinas Kabupaten/Kota*) 2 Dinas.*) Kab/Kota Aspek 3 Pengelolaan Air : .. : .. : .. : .. : .. Pagu DIPA Kegiatan 4 1. JITUT 2. JIDES 3. TAM 4. dst 1. JUT 2. Optimasi Lahan 3. Reklamasi Lahan 4. dst .. 1. SID 2.Konstruksi 3. Pengadaan Saprodi Keuangan (Rp) 5 Fisik (Ha) 6 Keuangan (Rp) 7 (%) 8 Konstruksi (Ha) 9 Realisasi Fisik Tanam (Ha) 10 Keterangan 11
Form PLA.02
Pengelolaan Lahan
1. JITUT 2. JIDES 3. TAM 4. JUT 5. Optimasi Lahan 6. Reklamasi Lahan 7. Perluasan Areal 8. dst Ctt: 1. Laporan dikirim ke Ditjen PSP Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan 2. Laporan ke Pusat ke Bag Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Kementan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel. Fax : 021 7816086 atau E-mail :
JUMLAH
simonevpla@deptan.go.id
3. Realisasi adalah realisasi kumulatif s/d bulan ini (bulan laporan) 4. Kolom (13) dapat diisi serapan tenaga kerja, dll *) Diisi nama Dinas Kabupaten/Kota yang melaksanakan kegiatan PSP. **) Coret yang tidak perlu
43 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
Form PLA.03 LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA. 2006, TA. 2007, 2008 ,TA.2009 DAN TA.2010 Dinas Kabupaten Provinsi Subsektor Tahun No. 1 A. 1 2 3 4 B. 1 2 3 4 C. 1 2 3 4 Aspek Pengelolaan Air JITUT JIDES TAM dst Aspek Pengelolaan Lahan JUT Pengembangan Jalan Produksi Optimasi Lahan dst Aspek Perluasan Areal Cetak Sawah Perluasan Areal Hortikultura Perluasan Areal Perkebunan dst : : : : : .. .. .. .. .. Target Fisik DIPA 3 Realisasi Fisik 4 Manfaat 5
Kegiatan 2
Catatan : 1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PSP Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan 2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Kementan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel via Fax : 021-7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id 3. Manfaat harus terukur, contoh : Kegiatan JITUT/JIDES dengan kenaikan IP 30 % , peningkatan produktivitas 0,5 ton/Ha (produktifitas awal 5 ton/ Ha) maka : - Peningkatan produksi akibat penambahan produktifitas (500 Ha X 0,5 Ton) = 250 ton, - Peningkatan produksi akibat kenaikan IP (500 Ha x 0,3 X 5,5 Ton) = 825 Ton Maka total peningkatan produksi adalah sebesar 250 Ton + 825 Ton = 1075 Ton
. . 2011
44 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
Lampiran 8
Form PLA.04 REKAPITULASI LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA. 2006, TA. 2007, 2008,2010 DAN TA.2011 Dinas Provinsi Subsektor : .. : .. : ..
Kegiatan 2
Target Fisik 3
Realisasi Fisik 4
Manfaat 7
Aspek Pengelolaan Lahan JUT Pengembangan Jalan Produksi Optimasi Lahan dst Aspek Perluasan Areal Cetak Sawah Perluasan Areal Hortikultura Perluasan Areal Perkebunan dst
Catatan : 1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan 2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel via Fax : 021-7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id 3 Manfaat harus terukur, contoh : Kegiatan JITUT/JIDES dengan kenaikan IP 30 % , peningkatan produktivitas 0,5 ton/Ha (produktifitas awal 5 ton/ Ha) maka : - Peningkatan produksi akibat penambahan produktifitas (500 Ha X 0,5 Ton) = 250 ton, - Peningkatan produksi akibat kenaikan IP (500 Ha x 0,3 X 5,5 Ton) = 825 Ton Maka total peningkatan produksi adalah sebesar 250 Ton + 825 Ton = 1075 Ton . .. 2010
45 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
Lampiran 9
Kelompok Desa/Kelurahan Kecamatan Kab./Kota Provinsi : ............................. : ............................. : ............................. : ............................. : .............................
*) Bupati/Walikota atau Kepala Dinas lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk **) Format ini dapat disesuaikan untuk kegiatan pada DIPA Pusat dan DIPA Propinsi
Lampiran 10
REKAPITULASI RENCANA USULAN KEGIATAN KELOMPOK/RENCANA USULAN BERSAMA ......................,..................................... Kepada Yth : Kuasa Pengguna Anggaran ........................ Kab/Kota ..................................................... Sesuai dengan Surat Keputusan *)......No......tanggal...........tentang penetapan kelompok sasaran kegiatan....................dengan ini kami mengajukan permohonan Dana Bantuan Sosial kepada petani sebesar Rp................(terbilang................) sesuai Rencana Usulan Kelompok (RUK) /Rencana Usulan Bersama (RUB) terlampir dengan rekapitulasi kegiatan sbb : Biaya (rupiah) No. Kegiatan Pemerintah APBN (Rp) 1 2 A. Bahan/Material 1................................ 2.................................. B. Tenaga Kerja C. Dst... Jumlah 3 APBD (Rp) 4 Partisipasi Masyarakat (Rp) 5
I.
PENDAHULUAN A. B. Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Masukan Lokasi Tahap Pelaksanaan Permasalahan Pemecahan Masalah
II.
Jumlah (Rp) 6
PELAKSANAAN A. B. C. D. E.
Selanjutnya kegiatan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan Surat Perjanjian Kerjasama Nomor..................tanggal................., Dana Bantuan Sosial kelompok tersebut agar dipindahbukukan ke rekening petani/kelompok......................No. Rekening...........pada cabang/unit Bank...................di..................... MENYETUJUI Ketua Tim Teknis, Penangung Jawab .................................. NIP MENGETAHUI/MENYETUJUI Pejabat Pembuat Komitmen Kabupaten/Kota.............. .................................... NIP Ketua kelompok, ................................
46 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
47
Lampiran 11
e. Kelembagaan tani f. Potensi lahan usahatani (luas, pola tanam, jenis tanaman, produktivitas, IP dll)
KETENTUAN TEKNIS
A.
g. Sosial ekonomi (pemasaran hasil, harga, pemilikan lahan. Pembuatan peta bila dana memungkinkan antara lain : peta situasi dan peta jasira (skala 1 : 10.000), peta petak tersier (1 : 5.000), peta rancangan TAM (1 : 2.000). Apabila dana tidak memungkinkan, dapat dibuat peta sederhana namun semua dimensi terukur sehingga dapat dijadikan dasar pelaksanaan konstruksi dan penyusunan RAB. Hasil survei perlu dilengkapi dengan data sekunder antara lain : data iklim, jumlah penduduk, harga bahan/upah setempat dan data potensi desa/kecamatan. 2. Investigasi Investigasi adalah menyelidiki atau meneliti lebih dalam karakteristik lahan pasang surut / lebak meliputi : a. Keadaan agroklimat b. Jenis dan sifat-sifat fisik dan kimia tanah, khususnya kandungan pirit (FeS2) c. Kualitas air, untuk mengetahui salinitas air.
48 49 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
SID adalah rangkaian kegiatan yang meliputi : 1. Survei Survei meliputi observasi, inventarisasi/pengumpulan data CPCL dan pembuatan peta. Kegiatan ini dilakukan dengan cara meninjau dan mencatat data/informasi CPCL, wawancara dan diskusi menggunakan kuisioner dan dengan CP, dengan formulir yang sudah
disiapkan lebih dulu. Kuisioner dan formulir berisikan data sebagai berikut : a. Nama-nama kelompok tani, jumlah petani, desa dan kecamatan. b. Tata letak lokasi dengan posisi koordinat (LS/LU, BB/BT) c. Prasarana usahatani seperti jalan, jembatan, goronggorong dll. d. Iklim dan tipe luapan air pasang/surut.
Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
d. Hidrotopografy, untuk mengetahui tipe luapan air pada lahan pasang surut / lebak. e. Kondisi lahan usahatani, untuk mengetahui jenis vegetasi pada lahan yang akan dikembangkan.
perkebunan.
Tabel 1. Penataan dan pola pemanfaatan lahan yang dianjurkan pada setiap tipologi lahan dan tipe luapan air di pasang surut.
Tipologi Lahan Kode Tipologi SMP-1 Aluvial bersulfida dangkal SMP-2 Aluvial bersulfida dalam SMPAluvial 3/A bersulfida sangat dalam SMA-1 Aluvial bersulfat 1 SMA-2 Aluvial bersulfat 2 Alluvial bersulfat 3 Aluvial bersulfida dangkal bergambut Gambut dangkal Gambut sedang Gambut dalam Tipe luapan air B C Sawah Sawah Sawah /surjan Sawah /surjan Sawah /surjan Sawah /surjan Sawah Sawah/ surjan Sawah/ tegalan/ kebun Sawah/ surjan Sawah/ surjan Sawah/ kebun Sawah/ tegalan Sawah/ tegalan Kebun/ kebun Kebun/ kebun
A Sawah Sawah
D Sawah/ tegalan /kebun Tegalan /Kebun Sawah /tegalan /kebun Sawah/ tegalan /kebun Tegalan /Kebun Tegalan/ Kebun Tegalan/ Kebun Kehutan an Konserva si
3. Desain TAM
a. Penataan Lahan Penataan lahan perlu dilakukan agar lahan dapat sesuai dengan kebutuhan tanaman yang akan dikembangkan. Dalam melakukan penataan lahan perlu diperhatikan hubungan antara tipologi lahan, type luapan dan pola pemanfaatannya. Penataan lahan untuk berbagai tipe luapan dapat dilihat pada Tabel 1. Sistem Surjan adalah salah satu contoh usaha penataan lahan untuk melakukan diversifikasi tanaman dilahan rawa. Bila pada tanah gambut lapisan dibawahnya berpasir atau pasir kuarsa dan atau lapisan mengandung pirit maka tanah gambut tersebut jangan disurjan atau dibuat sawah, tetapi sebaiknya gambut dipertahankan untuk tanaman padi gogo dan palawija, sayuran, buah-buahan, dan
50 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
SMA-3 HSM
Sawah -
51 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
Pintu klep dipasang berlawanan arah. Pada b. Desain Sistem Pengairan/drainase Saluran tersier Pengelolaan air tingkat tersier ditujukan untuk saluran irigasi pintu klep membuka ke arah dalam sedang pada saluran drainase pintu klep membuka ke arah luar sehingga pencucian lahan dapat berlangsung dengan efektif.
mengatur saluran tersier agar berfungsi : Memasukkan air irigasi Mengatur tinggi muka air di saluran dan secara tidak langsung di petakan lahan Mengatur kualitas air dengan membuang bahan beracun yang terbentuk di petakan lahan serta mencegah masuknya air asin ke petakan lahan. Sistem pengelolaan air di tingkat tersier dan mikro tergantung kepada tipe luapan air pasang. Penataan air pada tingkat ini dapat dilakukan dengan 2 sistem yaitu sistim aliran satu arah (one-way flow system) dan sistim aliran dua arah (two-way flow system). Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pemilihan sistim adalah sinkronisasi antara tata air makro dan .
stoplog.
pengelolaan tata air di saluran kuarter dan petakan lahan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan sekaligus memperlancar pencucian bahan beracun. Saluran kuarter biasanya dibuat di setiap batas
53 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
pemilikan lahan, sedangkan di dalam petakan lahan dibuat saluran cacing dengan interval 3 12 meter dan disekeliling petakan lahan tergantung pada kondisi lahannya. Semakin tinggi tingkat masalah keracunan, semakin rapat pula jarak antar saluran cacing tersebut. Usaha pencucian ini akan berjalan baik apabila terdapat cukup air segar, baik dari hujan maupun dari air pasang. Oleh Karena itu, air di petakan lahan perlu diganti setiap dua minggu pada saat pasang besar.
1 2 3 4 5 6 Lbr.Atas 0,80m Lbr.Atas 0,30m No GambarPenampangMelintang Lbr.Atas SaluranKemilir Lbr.Bawah Tinggi
Gambar penampang melintang saluran dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini :
0,30m 0,25m SaluranKeliling Lbr.Bawah 0,25m SaluranSubTersier Lbr.Bawah 0,60m Tinggi 0,80m Tinggi 0,40m 0,25m
54 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
55
Lbr.Atas 0,80m
Lbr.Bawah 0,60m
Tinggi 0,60m
pengembangan
model
pembuatan
TAM
disusun
1)
Jarak antara 2 saluran tersier tidak lebih dari 200 m, kalau lebih dari 200 m perlu dibuat saluran sub-tersier pada bagian tengahnya (efek kuarter tidak lebih 100 m).
flapgate
untuk
dan
2)
Ujung saluran tersier dalam kondisi buntu, maka harus dihubungkan dengan saluran sekunder yang terdekat (dalam kondisi buntu, pengaturan air di ujung saluran tersier adalah sangat penting).
3)
Aliran
satu
arah
di
saluran
tersier air
direkomendasikan
untuk
penggelontoran
asam (bisa satu arah dari SPD ke SDU kalau tidak ada pintu sekunder, dan apabila ada pintu di SPD maka aliran satu arah dari SDU ke SPD).
diatur menurut kebutuhan. Pintu flapgate dan stoplog sudah banyak dikembangkan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan sekarang ada pintu stoplog yang dibuat dari fiber. d. Kriteria Model Desain TAM Rencana yang akan diterapkan dalam pembinaan/
56 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
4)
Operasi diletakkan
pintu
sorong
harus
rutin, Hal
keperluan ini maka pembuatan pintu air perlu dekat untuk lokasi pemukiman. memudahkan pintu tersebut. dimaksudkan menjangkau
57 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
gorong
pada
saluran
tersier
dapat
dibuka atau dipasang stoplog. Bila saluran tersier dihubungkan dengan sekunder (SDU) maka hanya dibuat gorong-gorong (dengan pipa) untuk keperluan aliran satu arah dari SPD ke SDU. b) Lahan dengan tipe luapan C/D Lahan ini dapat digunakan untuk penanaman padi pada musim hujan dan palawija pada musim kemarau. Pengembangan model di lahan drainase dengan untuk tipe luapan C/D ini dimaksudkan untuk meningkatkan potensi keperluan penanaman palawija di musim kemarau. Untuk itu, sub tersier dihubungkan dengan sekunder SDU perlu dibuat gorong-gorong (dengan pipa) yang dilengkapi dengan stoplog. Bila dihubungkan dengan saluran SPD hanya perlu gorong-gorong. Bila tidak ada pintu air di saluran sekunder (SPD), maka pada saluran tersier perlu
59 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
5)
Ditinjau dari tipologi lahan pada daerah rawa pasang surut, penerapan pengembangan model pembangunan jaringan TAM, dibedakan : a) Lahan dengan luapan A/B Untuk tanaman padi pada musim hujan dan pada musim kemarau, harus dibantu dengan pompanisasi khususnya pada tipe luapan B. Jika pada lahan tipe luapan A/B belum ada pintu, maka dibiarkan terbuka tanpa ada pintu (one-way flow system) untuk keperluan drainase dan suplai. Apabila sudah ada saluran sub tersier, maka perlu dibuat gorong-gorong terbuka (tanpa pintu). Apabila tidak ada pintu air di saluran sekunder (SPD) maka saluran tersier perlu dibuat pintu sorong pada saluran penghubungnya. Jika ada pintu pintu air di saluran sekunder maka gorong58
Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
dibuat
pintu
sorong Jika
di
ujung tersier
saluran sudah
penghubung.
saluran
dihubungkan dengan SPD maka tidak perlu dibuat pintu air atau hanya perbaikan pintu yang ada. Bila ada pintu air di saluran sekunder (SPD) maka pada penghubung hanya dibuat pintu gorong-gorong saja, atau perbaikan yang sudah ada di tersier. Pada saluran sekunder (SDU) pada saluran penghubung (pada tersier) dibuat goronggorong dengan pipa dan stoplog. Bila saluran sudah ada pintu maka hanya perbaikan saja. Saluran kuarter dapat dibuat pada batas kepemilikan lahan saja, tetapi jika terdapat lapisan pirit (pada sub-soil) atau untuk tanaman palawija maka saluran kuarter dapat dibuat lebih intensif dengan jarak 50 m untuk keperluan pencucian sulfat masam atau untuk drainase pada penanaman palawija.
1) Pembersihan Lapangan
Untuk memperlancar pekerjaan galian maupun timbunan tanah, di posisi jalur saluran dilakukan pembersihan lapangan terlebih dahulu sehingga diperoleh ruang kerja yang leluasa untuk melaksanakan pekerjaan galian dan timbunan. Khususnya untuk pekerjaan timbunan, bahan timbunan adalah tanah asli setempat yang tidak tercampur dengan unsur yang lainnya. Pekerjaan pembersihan lapangan ini dapat tidak dilakukan selama kondisi lapangannya mendukung, maksudnya sepanjang jalur rencana saluran kondisinya terbuka, tidak ada penghalang baik berupa semak atau hal lainnya sehingga dipastikan dapat langsung mengerjakan pekerjaan galian atau timbunan. Demikian juga untuk saluran keliling dan kemalir yang posisinya ada di dalam lahan usahatani tidak memerlukan pembersihan lapangan.
Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
kuarter,
untuk
mendapatkan
kelurusan
arah
berjarak 25 m antara satu dengan yang lainnya, maka untuk mendapatkan kelurusan saluran, diantara 2 patok ajir (yang berjarak 25 m) yang menunjukkan ujung kiri/ kanan lebar atas saluran ditarik garis bantu (bisa berupa tali plastik). Berpatokan mendapatkan kepada garis bantu tersebut pekerjaan galian dapat dilakukan dan untuk bentuk dan kedalaman galian, dibuat dari bahan kayu ukuran 3/5 rangka bouwplank berbentuk penampang saluran (segi empat/trapezium) dengan catatan untuk tingginya sudah ditambahkan.
saluran maka berdasarkan patok-patok bantu pada pekerjaan uitzet, dipasang patok ajir yang menunjukkan ujung kiri/ kanan dari lebar atas/ bawah saluran dan pematang/ tanggul dan dipasang papan bouwplank untuk menunjukkan ketinggian timbunan. Baik patok ajir maupun papan bouwplank di pasang pada jalur rencana saluran per 25 m. Karena tanah asli bahan timbunan akan mengalami penyusutan maka untuk ketinggian, ukurannya harus djilebihkan antara 5 10 cm dari tinggi rencana. Demikian pula dengan kedalaman galian saluran, untuk mencapai kestabilan lereng/ talud saluran yang dibuat baru maka setelah pembentukan saluran dan dioperasikan nantinya akan mengalami pengendapan sehingga kedalaman galian saluran juga harus dilebihkan antara 5 10 cm dari kedalaman rencana. Baik tinggi timbunan maupun kedalaman galian diukur dari permukaan tanah asli.
3) Pekerjaan Galian
Setelah patok dan papan bouwplank terpasang
62 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
dari galian di sisi sebelah luar rencana saluran. Untuk mendapatkan tinggi timbunan yang diinginkan ditarik garis bantu dari antara 2 patok ajir (yang berjarak 25 m) yang menunjukkan ujung kiri/ kanan lebar atas timbunan yang diinginkan ditarik garis bantu dari antara 2 patok ajir ( yang berjarak 25 m ) yang menunjukkan ujung kiri/ kanan lebar bawah timbunan tanggul/ pematang. Untuk mendapatkan bentuk timbunan yang diinginkan, dapat juga dilakukan dengan membuat rangka bouwplank dari bahan kayu ukuran 3/5 berbentuk penampang timbunan tanggul/pematang (segi empat/trapesium).
timbunan, karena kering maka terjadi retakanretakan di timbunan tanggul/ pematang maka harus dilakukan galian pembentukan atau kembali timbunan penampang
tanggul/pematang.
7) Pekerjaan Perapihan
Pekerjaan perapihan Maksud maupun perapihan timbunan dilakukan selama masa disini sesuai adalah dengan untuk galian yang
tanah tertentu
yang yang
dipadatkan sudah
dengan ditetapkan
ukuran dalam
perencanaan (desain). Untuk memperkokoh konstruksi, dapat juga di kedua sisi jalan usaha tani dibuat konstruksi siring (dinding penahan) dari kayu. Sebagai bangunan pelengkap jalan usahatani adalah jembatan yang dapat berupa konstruksi kayu atau pasangan batu/beton.
65 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
ditentukan, misalnya pada waktu pekerjaan galian dilakukan ternyata peletakan tanah timbunannya belum membentuk seperti yang ditentukan, ada longsoran di lereng/ talud galian maupun
64 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
Bangunan air Jenis bangunan air yang diperlukan untuk melengkapi gorong. Secara garis besar pekerjaan sarana jaringan TAM adalah: Pintu Sorong, Pintu Stoplog, Pintu Klep dan Gorong-
terjadinya banjir. Pemeliharaan saluran harus dilakukan secara rutin. Pemeliharaan pemotongan saluran. rutin rumput menyangkut dan pemeliharaan tanggul tidak saluran, bangunan pintu air, pembersihan dari kotoran, perbaikan sebelumnya dan tanggul Pemeliharaan yang tepi insidentil mencakup
penunjang ini meliputi pekerjaan tanah (galian dan timbunan dan pemadatan), konstruksi kayu, pasangan batu bata, pasangan beton. B. Pemeliharaan Jaringan 1. Pemeliharaan Jaringan Drainase Jaringan drainse perlu dipelihara, agar ; (1) sarana dan prasarana hidrolik yang telah dibangun tetap berfungsi sehingga dapat bermanfaat secara berkelanjutan, dan (2) untuk mengurangi biaya perbaikan yang lebih tinggi pada masa yang akan datang. Kerusakan bangunan air di lahan rawa lebih besar dibandingkan dengan dilahan sawah irigasi. Beberapa factor yang menyebabkan kerusakan pada jaringan drainase adalah : (1) adanya erosi, (2) tumbuhnya vegetasi rawa, dan (3) akibat
66 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
diperkirakan atau ditaksir kuantitasnya, antara lain endapan lumpur, dan perbaikan saluran yang rusak. Sedangkan pemeliharaan darurat adalah pemeliharaan terhadap kerusakan yang sifatnya mendadak sehingga diperlukan perbaikan segera, seperti kerusakan akibat bencana alam, banjir. 2. Pemeliharaan saluran Tersier Pemeliharaan saluran tersier meliputi kegiatan sebagai berikut : a. Pemotongan rumput pada lereng dan tanggul saluran. b. Pembersihan saluran meliputi pengangkatan kotoran atau rumput ditengah saluran.
67 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
Kegiatan ini sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pemotongan rumput ditepi saluran. c. Pembentukan dan perapihan tanggul saluran tersier. Hal ini dilakukan bila terjadi kerusakan tanggul ada di akibat saluran retakan/longsoran. seperti pintu air Selain yang
3 11 No 1 1 1 2 3 4 2 5 6 7 8 9 10 Prop/Kab/Kota 2 TOTAL KABUPATEN (TP) Prop. Sumatra Utara Kab. Labuhan Batu Kab. Langkat Kab. Deli Serdang Kab. Labuhan Batu Utara Prop. Riau Kab. Bengkalis Kab. Indragiri Hilir Kab. Indragiri Hulu Kab. Pelalawan Kab. Rokan Hilir Kab. Meranti Prop. Jambi Kab.TanjungJabungBarat (TP) Kab.TanjungJabungTimur (TP) Prop. Sumatera Selatan Kab. Musi Banyuasin (TP) Kab. Ogan Komering Ilir Kab. Banyuasin (TP) Kab. Ogan Ilir Prop. Lampung Kab. Tulang Bawang Kab Mesuji Prop. Bengkulu Kab. Muko-muko Prop. Kalimantan Barat Kab. Kubu Raya Kota Singkawang Kab. Pontianak Kab.Sambas Kab. Kayong Utara Prop. Kalimantan Tengah Kab. Kota W aringin Timur Kab. Kapuas Kab. Pulang Pisau Kab. Katingan Kab. Kobar Prop.Kalimantan Selatan Kab. Banjar Kab. Tapin Kab. Barito Kuala Kab. Tanah Laut Kab. Kota baru Prop. Kalimantan Timur Kab. Pasir Kab. PPU Kab. Bulungan Kab. Kutai Timur Kab. Berau Kab Kutai Kertanegara Prop. Sulawesi Tenggara Kab. Kolaka Kab. Konawe Kab. Konawe Selatan Kab Konawe Utara Kab. Bombana Kota Kendari Prop. Sulawesi Tengah Kab. Poso Kab. Morowali Kab. Donggala Kab. Parigi Moutong Prop. Papua Kab. Merauke
Lampiran 12
memelihara saluran tersier bangunan yang dipelihara. Pemeliharaan yang harus dilakukan adalah :
4
12
13
Penimbunan
dan
pemadatan
timbunan
5
14 15 16 17 18 6 19 7 20 21 22 23 24 8 25 26 27 28 29 9 30 31 32 33 34 10 35 36 37 38 39 40 11 41 42 43 44 45 46 12 47 48 49 50 13 51
pada bangunan tersier. Penambahan cerucuk gelam pada sayap bangunan tersier untuk menahan benturan langsung pada bagian sayap dan memperkokoh bangunan tersier. Penanaman rumput pada lereng bangunan yang berfungsi sebagai pengaman lereng dari erosi/ longsor. Pembersihan rutin sekat blok dan dan pembersihan pintu papan
sponeng.
68 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011
69 Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011