Anda di halaman 1dari 3

PEMANFAATAN LINDI (LIMBAH CAIR SAMPAH) UNTUK PRODUKSI BIOGAS SEBAGAI UPAYA MENANGGULANGI DAMPAK PENCEMARAN SAMPAH

Imam Sabari (2306 100 015), Lukman Wibisono (2306 100 143) Dr.Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M.Eng., Ir. Farid Effendi, M.Eng Laboratorium Pengolahan Limbah Industri PENDAHULUAN Seiring meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang relatif masih tinggi menyebabkan volume sampah di kota-kota besar di Indonesia terus bertambah. Akibat adanya penumpukan sampah tersebut akan menghasilkan lindi, karena dalam lindi mengandung senyawa organik khususnya senyawa karbon, maka lindi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biogas yang merupakan sumber energy terbarukan. Hal ini sangat membantu sekali dalam pengembangan energi terbaru yang sekarang dunia dalam masa krisis energi. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan alternatif pengolahan lindi dengan cara memanfaatkan lindi sebagai bahan baku untuk produksi biogas, dan mempelajari pengaruh komposisi antara starter dengan lindi terhadap biogas yang dihasilkan , serta mempelajari pengaruh rate umpan lindi terhadap biogas yang dihasilkan. Penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya adalah Pembuatan biogas dari limbah cair industry tahu oleh D. Rizkiyah, Sakinah dengan hasil dengan adanya penambahan bakteri EM-4 kadar CH4 yang dihasilkan semakin besar daripada tanpa penambahan EM-4, dan Pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas sebagai bahan Bakar alternatif pada industri pengolahan tahu oleh Oesman Raliby, Retno Rusdjijati, and Imron Rosyidi dengan hasil Kapasitas limbah cair tahu sebesar 283,8 m3/hari bila dikonversikan menjadi gasbio akan menghasilkan 442,65 m3/hari. METODOLOGI Metode penelitian yang digunakan adalah prinsip Anaerobic Digester dengan bahan baku lindi (limbah cair sampah) dan inokulum limbah tahu (bakteri Methanogen dalam limbah tahu yang telah ditumbuhkan dan diisolasikan) yang digunakan sebagai starter. Starter diperoleh dari pencampuran inokulum limbah tahu dengan lindi, dengan perbandingan 2:1. Sedangkan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan antara starter dengan lindi pada feed dengan perbandingan 0:100; 20:80; 30:70(v/v) serta rate umpan sebesar 0,8 liter/hari dan 1 L/hari. Penelitian ini dilakukan pada suhu 32-35 oC, pH 6.87,8,dan recycle ratio (Qr/Q0) sebesar 0.5. Penelitian ini berlangsung dua tahap yaitu sistem batch dan kontinyu. Pada proses kontinyu dilakukan penambahan lindi sesuai variabel rate umpan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan gambar 1 dibawah ini diperoleh bahwa pada komposisi perbandingan antara starter : lindi dengan perbandingan 0:100(v/v) dengan rate umpan sebesar 0,8 liter/hari didapatkan rate produksi biogas rata-rata sebesar 0,506 liter/hari, sedangkan pada rate umpan 1 liter/hari didapatkan rate produksi biogas rata-rata sebesar 1,493 liter/hari. Pada komposisi perbandingan starter : lindi dengan perbandingan 20:80(v/v) dengan rate umpan sebesar 0,8 liter/hari didapatkan rate produksi biogas rata-rata sebesar 0,605 liter/hari, sedangkan pada rate umpan 1 liter/hari didapatkan rate produksi biogas rata-

rata sebesar 1,839 liter/hari. Pada komposisi perbandingan starter : lindi dengan perbandingan 30:70(v/v) dengan rate umpan sebesar 0,8 liter/hari didapatkan rate produksi biogas rata-rata sebesar 0,648 liter/hari, sedangkan pada rate umpan 1 liter/hari didapatkan rate produksi biogas rata-rata sebesar 1,869 liter/hari. Sehingga pada variabel antara komposisi starter dan biogas yang sama dengan rate umpan 1 liter/hari menghasilkan produksi biogas yang lebih besar daripada rate umpan 0,8 liter/hari. Hal ini dikarenakan pada rate umpan 1 liter/hari memiliki sumber karbon (C) yang lebih banyak daripada rate umpan 0,8 liter/hari.

Gambar . 1

Gambar . 2 Berdasarkan gambar 2 pada rate umpan sebesar 0,8 liter/hari pada variabel komposisi starter:lindi dengan perbandingan 0:100, 20:80, 30:70(v/v) didapatkan kadar gas metana sebesar 53,80%, 66,72%, 67,36%. Sedangkan pada rate umpan sebesar 1 liter/hari pada variabel komposisi starter:lindi dengan perbandingan 0:100, 20:80, 30:70(v/v) didapatkan kadar gas metana sebesar 56,82%, 68,74%, 69,58%. Berdasarkan gambar 2 menunjukkan penambahan jumlah starter pada komposisi feed menghasilkan kadar gas metana yang semakin besar. Demikian pula pada rate umpan, pada penambahan rate umpan diikuti dengan kenaikan kadar gas metana dalam biogas. Berdasarkan gambar 3 terlihat pada peningkatan rate umpan menghasilkan peningkatan heating value biogas. Untuk komposisi starter : lindi perbandingan 0:100(v/v) pada rate umpan 0,8 liter/hari dan 1 liter/hari dihasilkan heating value sebesar 8.560 kkal/kg dan 9.846 kkal/kg.

Gambar . 3 Heating value pada variabel komposisi starter:lindi 20:80(v/v) pada rate umpan 0,8 liter/hari sebesar 9.976 kkal/kg dan 11.015 kkal/kg untuk rate umpan 1 liter/hari. sebesar 10.525 kkal/kg dan11.126 kkal/kg heating value yang dihasilkan pada rate umpan 0,8 liter/hari dan 1 liter/hari pada komposisi 30:70(v/v). Sehingga dari grafik 4.11 nilai heating value meningkat seiring dengan penambahan starter pada komposisi feed dan penambahan rate umpan. KESIMPULAN 1. Lindi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bio gas. 2. Semakin besar komposisi starter dan rate umpan menghasilkan rate produksi biogas, % gas metana dan heating value yang semakin meningkat. Hasil terbaik pada variabel 1 liter/hari dihasilkan rate produksi biogas sebesar 1,869 liter/hari dengan kadar gas metana 69,58% dan heating value 11.126 kkal/kg. NOTASI BOD5 = Biologycal Oxygen Demand (mg/l) Q V = Flow rate (l/s) = Volume (liter)

DAFTAR PUSTAKA 1. D. Rizkiyah, Sakinah.2008. Pembuatan biogas dari limbah cair industry tahu,ITS, Surabaya 2. Amaru, Kharistya.2005.Metana Sebagai Hasil Dari Dekomposisi Bahan Organic Di Tpa Dan Lindi Sebagai Sumber Pencemar Air Tanah. 3. Nurhasan dan B. Pramudyanto.1991. Penanganan air Limbah Pabrik Tahu. Yayasan Bina Karya Lestari (Bintari) 4. Sundstrom,Donald W.1979.Wastewater treatment. Prentice Hall : New Jersey

Anda mungkin juga menyukai