Anda di halaman 1dari 9

PENCEGAHAN AIDS :Pada prinsipnya, pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah penularan virus AIDS.

Karena penularan AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual maka penularan AIDS bisa dicegah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual. Pencegahan lain adalah melalui pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan penggunaan jarum suntik yang diulang, pengidap virus tidak boleh menjadi donor darah.Secara ringkas, pencegahan dapat dilakukan dengan formula A-B-C. A adalah abstinensia, artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. B adalah be faithful, artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja. C adalah condom, artinya jika memang cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka harus digunakan alat pencegahan dengan menggunakan kondom. PREDIKSI YANG AKAN DATANG : Tahun 2000, diperkirakan jumlah kasus HIV/AIDS akan meningkat menjadi 30-40 juta orang dan pertambahan kasus baru terbanyak akan ditemukan di Asia Selatan dan Tenggara.Di negara industri telah terlihat penurunan jumlah kasus baru (insidens) per tahun. Di Amerika Serikat, telah turun dari 100.000 kasus baru/tahun menjadi 40.000 kasus baru/tahun. Pola serupa juga terlihat di Eropa Utara, Australia dan Selandia Baru.Penurunan kasus baru berkait dengan tingkat pemakaian kondom, berkurangnya jumlah pasangan seks dan memasyarakatnya pendidikan seks untuk remaja. Penurunan infeksi HIV juga terjadi sebagai dampak membaiknya diagnosa dini dan pengobatan yang adekwat untuk penyakit menular seksual (PMS). Di Tanzania, daerah yang pelayanan PMSnya berjalan baik mempunyai insidens HIV yang 40% lebih rendah. Penelitian di Pantai Gading, Afrika memperlihatkan bahwa pengobatan PMS juga mengurangi viral load sehingga mengurangi infectivity.

TAHAPAN PANDEMI AIDS :Pada awalnya dimulai dengan penularan pada kelompok homoseksual (gay). Karena diantara kelompok homoseksual juga ada yang biseksual, maka infeksi melebar ke kelompok heteroseksual yang sering berganti-ganti pasangan.Pada tahap kedua, infeksi mulai meluas pada kelompok pelacur dan pelanggannya.Pada tahap ketiga, berkembang penularan pada isteri dari pelanggan pelacur.

Pada tahap ke empat mulai meningkat penularan pada bayi dan anak dari ibu yang mengidap HIV.

KERENTANAN WANITA PADA INFEKSI HIV :Wanita lebih rentan terhadap penularan HIV akibat faktor anatomis-biologis dan faktor sosiologis-gender.Kondisi anatomis-biologis wanita menyebabkan struktur panggul wanita dalam posisi menampung, dan alat reproduksi wanita sifatnya masuk kedalam dibandingkan pria yang sifatnya menonjol keluar. Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi infeksi khronik tanpa diketahui oleh ybs. Adanya infeksi khronik akan memudahkan masuknya virus HIV.Mukosa (lapisan dalam) alat reproduksi wanita juga sangat halus dan mudah mengalami perlukaan pada proses hubungan seksual. Perlukaan ini juga memudahkan terjadinya infeksi virus HIV. Faktor sosiologis-gender berkaitan dengan rendahnya status sosial wanita (pendidikan, ekonomi, ketrampilan). Akibatnya kaum wanita dalam keadaan rawan yang menyebabkan terjadinya pelcehan dan penggunaan kekerasan seksual, dan akhirnya terjerumus kedalam pelacuran sebagai strategi survival. Kasus di Ghana dalam pembangunan Bendung Sungai Volta, menyebabkan ribuan penduduk tergusur dari kampung halamannya. Kaum pria bisa memperoleh kesempatan kerja sebagai buruh dan kemudian menjadi nelayan. Kaum wanita yang hanya terbiasa dengan pekerjaan pertanian akhirnya tersingkir ke kota dan terjerumus pada pekerjaan hiburan dan penyediaan jasa seksual. Akibatnya banyak yang menderita penyakit menular seksual (termasuk HIV) dan meninggal akibat AIDS. Di Thailand Utara, akibat pembangunan ekonomi dan industri yang berkembang pesat menyebabkan lahan pertanian berkurang dan wanita tergusur dari pekerjaan tradisionalnya di bidang pertanian. Sebagian besar kemudian migrasi ke kota-kota besar dan menjadi pekerja seks dan akhirnya tertular oleh HIV.

SITUASI HIV/AIDS DI INDONESIA :Sampai dengan bulan September 1996, jumlah kasus HIV/AIDS mencapai 449 orang, dengan kelompok umur terbanyak pada usia 20-29 tahun (47%) dan kelompok wanita sebanyak 27%. Kelompok usia produktif (15-49 tahun) mencapai 87%. Dilihat dari lokasi, kasus terbanyak ditemukan di DKI Jakarta, Irian Jaya dan Riau.Jumlah kasus yang tercatat diatas adalah menurut catatan resmi yang jauh lebih rendah dari kenyataan sesungguhnya akibat keterbatasan dari sistem surveilance perangkat kesehatan kita.Permasalahan HIV/AIDS di banyak negara memang memperlihatkan fenomena gunung es, dimana yang tampak memang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah sesungguhnya. Upaya penanggulangan AIDS di Indonesia masih banyak ditujukan kepada kelompokkelompok seperti para pekerja seks dan waria, meskipun juga sudah digalakkan upaya yang ditujukan pada masyarakat umum, seperti kaum ibu, mahasiswa dan remaja sekolah lanjutan. Yang masih belum digarap secara memadai adalah kelompok pekerja di perusahaan yang merupakan kelompok usia produktif.

Proyeksi perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia diperkirakan akan menembus angka 1 juta kasus pada tahun 2005, dan sesuai pola epidemiologis yang ada maka jumlah kasus terbanyak akan ada pada kelompok usia produktif (patut diingat bahwa pada tahun 2003 Indonesia akan memasuki pasar bebas APEC dan membutuhkan SDM yang tangguh untuk bersaing di pasar global).
http://dhiez.wordpress.com/2008/05/02/pencegahan-penanganan-virus-hiv-aids/

Penyebab AIDS, Media Penularan, dan Pengobatan


Share Artikel ini melalui: Diterbitkan pada tanggal 13 - 12 - 2010 | 10 komentar

DokterSehat.com Penyebab timbulnya penyakit AIDS belum dapat dijelaskan sepenuhnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa virus HIV telah ada di dalam tubuh sebelum munculnya penyakit AIDS ini. Namun kenyataan bahwa tidak semua orang yang terinfeksi virus HIV ini terjangkit penyakit AIDS menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang berperan di sini. Penggunaan alkohol dan obat bius, kurang gizi, tingkat stress yang tinggi dan adanya penyakit lain terutama penyakit yang ditularkan lewat alat kelamin merupakan faktor-faktor yang mungkin berperan. Faktor yang lain adalah waktu. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kesempatan untuk terkena AIDS meningkat, bukannya menurun dikarenakan faktor waktu. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa HIV secara terus menerus memperlemah sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang dan menghancurkan kelompok-kelompok sel-sel darah putih tertentu yaitu sel T-helper. Normalnya sel T-helper ini (juga disebut sel T4) memainkan suatu peranan penting pada pencegahan infeksi. Ketika terjadi infeksi, sel-sel ini akan berkembang dengan cepat, memberi tanda pada bagian sistem kekebalan tubuh yang lain bahwa telah terjadi infeksi. Hasilnya, tubuh memproduksi antibodi yang menyerang dan menghancurkan bakteri-bakteri dan virus-virus yang berbahaya. Selain mengerahkan sistem kekebalan tubuh untuk memerangi infeksi, sel T-helper juga memberi tanda bagi sekelompok sel-sel darah putih lainnya yang disebut sel T-suppressor atau T8, ketika tiba saatnya bagi sistem kekebalan tubuh untuk menghentikan serangannya. Biasanya kita memiliki lebih banyak sel-sel T-helper dalam darah daripada sel-sel T-suppressor, dan ketika sistem kekebalan sedang bekerja dengan baik, perbandingannya kira-kira dua banding satu. Jika orang menderita penyakit AIDS, perbandingan ini kebalikannya, yaitu sel-sel Tsuppressor melebihi jumlah sel-sel T-helper. Akibatnya, penderita AIDS tidak hanya mempunyai lebih sedikit sel-sel penolong yaitu sel T-helper untuk mencegah infeksi, tetapi juga terdapat selsel penyerang yang menyerbu sel-sel penolong yang sedang bekerja.

Selain mengetahui bahwa virus HIV membunuh sel-sel T-helper, kita juga perlu tahu bahwa tidak seperti virus-virus yang lain, virus HIV ini mengubah struktur sel yang diserangnya. Virus ini menyerang dengan cara menggabungkan kode genetiknya dengan bahan genetik sel yang menularinya. Hasilnya, sel yang ditulari berubah menjadi pabrik pengasil virus HIV yang dilepaskan ke dalam aliran darah dan dapat menulari sel-sel T-helper yang lain. Proses ini akan terjadi berulang-ulang. Virus yang bekerja seperti ini disebut retrovirus. Yang membuat virus ini lebih sulit ditangani daripada virus lain adalah karena virus ini menjadi bagian dari struktur genetik sel yang ditulari, dan tidak ada cara untuk melepaskan diri dari virus ini. Ini berarti bahwa orang yang terinfeksi virus ini mungkin terinfeksi seumur hidupnya. Selain itu dapat berarti bahwa orang yang mengidap HIV dapat menulari sepanjang hidup. Cara virus ini merusak fungsi sistem kekebalan tubuh belum dapat diungkapkan sepenuhnya. Teori yang terbaru namun belum dapat dibuktikan kebenarannya menyatakan bahwa rusaknya sistem kekebalan yang terjadi pada pengidap AIDS mungkin dikarenakan tubuh menganggap sel-sel T-helpernya yang terinfeksi sebagai musuh. Jika demikian kasusnya, lalu apa yang akan dilakukan oleh mekanisme pertahanan tubuh yaitu mulai memproduksi antibodi untuk mencoba menyerang sel-sel T yang telah terinfeksi. Akan tetapi antibodi juga akan diproduksi untuk menyerang sel T-helper yang tidak terinfeksi, mungkin juga merusak atau membuat sel-sel ini tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Jika demikian, HIV akan menyerang sistem kekebalan tubuh tidak hanya dengan membunuh sel-T tetapi dengan mengelabuhi tubuh dengan membiarkan tubuh sendiri yang menyerang mekanisme pertahanannya. HIV tidak hanya menyerang sistem kekebalan tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus ini juga merusask otak dan sistem saraf pusat. Otopsi yang dilakukan pada otak pengidap AIDS yang telah meniggal mengungkapkan bahwa virus ini juga menyebabkan hilangnya banyak sekali jaringan otak. Pada waktu yang bersamaan, peneliti lain telah berusaha untuk mengisolasi HIV dengan cairan cerebrospinal dari orang yang tidak menunjukkan gejala-gejala terjangkit AIDS. Penemuan ini benar-benar membuat risau. Sementara para peneliti masih berpikir bahwa HIV hanya menyerang sistem kekebalan, semua orang yang terinfeksi virus ini tetapi tidak menunjukkan gejala terjangkit AIDS atau penyakit yang berhubungan dengan HIV dapat dianggap bisa terbebas dari kerusakan jaringan otak. Saat ini hal yang cukup mengerikan adalah bahwa mereka yang telah terinfeksi virus HIV pada akhirnya mungkin menderita kerusakan otak dan sistem saraf pusat. Adakah Obat untuk HIV/AIDS Saat Ini? AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini. HIV, virus yang menyebabkan penyakit ini, merusak sistem pertahanan tubuh (sistem imun), sehingga orang-orang yang menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS. Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh.

Karena ganasnya penyakit ini, maka berbagai usaha dilakukan untuk mengembangkan obatobatan yang dapat mengatasinya. Pengobatan yang berkembang saat ini, targetnya adalah enzimenzim yang dihasilkan oleh HIV dan diperlukan oleh virus tersebut untuk berkembang. Enzimenzim ini dihambat dengan menggunakan inhibitor yang nantinya akan menghambat kerja enzim-enzim tersebut dan pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan virus HIV. HIV merupakan suatu virus yang material genetiknya adalah RNA (asam ribonukleat) yang dibungkus oleh suatu matriks yang sebagian besar terdiri atas protein. Untuk tumbuh, materi genetik ini perlu diubah menjadi DNA (asam deoksiribonukleat), diintegrasikan ke dalam DNA inang, dan selanjutnya mengalami proses yang akhirnya akan menghasilkan protein. Proteinprotein yang dihasilkan kemudian akan membentuk virus-virus baru. Obat-obatan yang telah ditemukan pada saat ini menghambat pengubahan RNA menjadi DNA dan menghambat pembentukan protein-protein aktif. Enzim yang membantu pengubahan RNA menjadi DNA disebut reverse transcriptase, sedangkan yang membantu pembentukan proteinprotein aktif disebut protease. Untuk dapat membentuk protein yang aktif, informasi genetik yang tersimpan pada RNA virus harus diubah terlebih dahulu menjadi DNA. Reverse transcriptase membantu proses pengubahan RNA menjadi DNA. Jika proses pembentukan DNA dihambat, maka proses pembentukan protein juga menjadi terhambat. Oleh karena itu, pembentukan virus-virus yang baru menjadi berjalan dengan lambat. Jadi, penggunaan obat-obatan penghambat enzim reverse transcriptase tidak secara tuntas menghancurkan virus yang terdapat di dalam tubuh. Penggunaan obat-obatan jenis ini hanya menghambat proses pembentukan virus baru, dan proses penghambatan ini pun tidak dapat menghentikan proses pembentukan virus baru secara total. Obat-obatan lain yang sekarang ini juga banyak berkembang adalah penggunaan penghambat enzim protease. Dari DNA yang berasal dari RNA virus, akan dibentuk protein-protein yang nantinya akan berperan dalam proses pembentukan partikel virus yang baru. Pada mulanya, protein-protein yang dibentuk berada dalam bentuk yang tidak aktif. Untuk mengaktifkannya, maka protein-protein yang dihasilkan harus dipotong pada tempat-tempat tertentu. Di sinilah peranan protease. Protease akan memotong protein pada tempat tertentu dari suatu protein yang terbentuk dari DNA, dan akhirnya akan menghasilkan protein yang nantinya akan dapat membentuk protein penyusun matriks virus (protein struktural) ataupun protein fungsional yang berperan sebagai enzim. HIV menular melalui :

Hubungan seksual berganti-ganti pasangan tanpa kondom Pemakaian jarum suntik tidak steril, bekas dipakai orang lain secara bergantian atau tercemar darah mengandung HIV. Tranfusi darah yang tidak melalui proses pemeriksaan terhadap HIV. Dari Ibu HIV positif kepada bayinya saat hamil, proses melahirkan spontan/normal dan menyusui

HIV tidak menular melalui :

Bersentuhan, bersalaman dan berpelukan (kontak sosial) Berciuman (melalui air liur) Keringat Batuk dan bersin Berbagi makanan atau menggunakan peralatan makan bersama Gigitan nyamuk atau serangga lain Berenang bersama Memakai toilet bersama

sumber: sunarti46.wordpress.com

Read more: http://doktersehat.com/penyebab-aids-media-penularan-dan-pengobatan/#ixzz1VuMVP9Lx

Apa Penyebab AIDS?


inShare0

AIDS adalah percepatan paling parah infeksi dengan HIV. HIV adalah retrovirus yang menginfeksi terutama organ-organ vital dari sistem kekebalan manusia seperti sel T CD4 + (subset sel T), makrofag dan sel dendritik. Hal ini langsung maupun tidak langsung menghancurkan sel T CD4 +. Setelah HIV telah membunuh begitu banyak CD4 + T sel-sel yang ada kurang dari 200 sel-sel per mikroliter (uL) darah, kekebalan selular hilang. Akut infeksi HIV berkembang dari waktu ke waktu untuk infeksi laten klinis HIV dan kemudian ke awal gejala infeksi HIV dan kemudian AIDS, yang diidentifikasi baik berdasarkan jumlah sel T CD4 + yang tersisa dalam darah, dan / atau kehadiran tertentu infeksi, seperti dicatat di atas. Dengan tidak adanya ART, waktu rata-rata perkembangan dari infeksi HIV menjadi AIDS adalah sembilan sampai sepuluh tahun, dan waktu survival setelah mengembangkan AIDS hanya 9.2 bulan. Namun, laju perkembangan penyakit klinis sangat bervariasi antara individu, dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhi laju perkembangan. Ini termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk membela melawan HIV seperti fungsi umum kekebalan seseorang yang terinfeksi. Orang tua memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, dan karena itu memiliki risiko yang lebih besar perkembangan penyakit cepat dibandingkan orang yang lebih muda.

Akses masyarakat miskin ke perawatan kesehatan dan adanya infeksi bersamaan seperti tuberkulosis juga dapat mempengaruhi orang untuk perkembangan penyakit lebih cepat. Warisan genetik orang yang terinfeksi memainkan peran penting dan beberapa orang tahan terhadap strain tertentu dari HIV. Sebuah contoh dari ini adalah orang dengan variasi CCR5-32 homozigot tahan terhadap infeksi dengan strain tertentu dari HIV. HIV genetik variabel dan ada sebagai strain yang berbeda, yang menyebabkan tingkat yang berbeda dari perkembangan penyakit klinis.

Transmisi seksual
Penularan terjadi dengan kontak antara sekresi seksual dari satu orang dengan membran mukosa rektum, alat kelamin atau mulut lain. Unprotected tindakan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada tindakan seksual insertif, dan risiko penularan HIV melalui hubungan seks dubur tanpa kondom lebih besar daripada risiko dari hubungan seksual vagina atau seks oral. Namun, seks oral tidak sepenuhnya aman, karena HIV dapat ditularkan melalui seks oral reseptif maupun insertif. Kekerasan seksual sangat meningkatkan risiko penularan HIV karena kondom jarang digunakan dan fisik trauma vagina atau dubur sering terjadi, memfasilitasi penularan HIV. Infeksi menular seksual lainnya (IMS) meningkatkan risiko penularan HIV dan infeksi, karena mereka menyebabkan gangguan pertahanan epitel normal dengan ulserasi genital dan / atau microulceration, dan juga karena adanya penumpukan sel-sel HIV rentan atau terinfeksi HIV (limfosit dan makrofag) pada semen dan sekresi vagina. Studi epidemiologis dari sub-Sahara Afrika, Eropa dan Amerika Utara menunjukkan bahwa ulkus kelamin, seperti yang disebabkan oleh sifilis dan / atau chancroid, meningkatkan risiko terinfeksi HIV sekitar empat kali lipat. Ada juga signifikan meskipun rendah peningkatan risiko dari penyakit menular seksual seperti gonore, klamidia dan trikomoniasis, yang semuanya menyebabkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofag. Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari kasus indeks dan kerentanan pasangan yang tidak terinfeksi. Penularan bervariasi selama penyakit ini dan tidak konstan antarorang. Sebuah viral load tidak terdeteksi tidak selalu menunjukkan viral load yang rendah dalam cairan mani cair atau kelamin. Namun, setiap kenaikan 10-kali lipat dalam tingkat HIV dalam darah dikaitkan dengan tingkat 81% peningkatan penularan HIV. Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi mikroba vagina dan fisiologi, dan prevalensi tinggi penyakit menular seksual. Orang yang telah terinfeksi dengan satu jenis HIV masih dapat terinfeksi di kemudian hari dalam kehidupan mereka dengan lainnya, strain yang lebih mematikan. Infeksi tidak mungkin dalam pertemuan tunggal. Tingginya tingkat infeksi telah dikaitkan dengan pola tumpang tindih hubungan jangka panjang seksual. Hal ini memungkinkan virus dengan cepat menyebar ke beberapa mitra yang pada gilirannya menginfeksi pasangan mereka. Sebuah pola monogami serial atau pertemuan santai sesekali dikaitkan dengan tingkat yang lebih rendah infeksi.

HIV menyebar melalui hubungan seks heteroseksual mudah di Afrika, tapi kurang begitu di tempat lain. Salah satu kemungkinan yang diteliti adalah bahwa schistosomiasis, yang mempengaruhi hingga 50 persen perempuan di beberapa bagian Afrika, merusak lapisan vagina.

Paparan patogen melalui darah


Ini rute transmisi sangat relevan dengan pengguna narkoba intravena, penderita hemofilia dan penerima transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi HIV merupakan risiko utama untuk infeksi HIV. Berbagi jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi HIV baru-di Amerika Utara, Cina, dan Eropa Timur. Risiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang telah digunakan pada orang yang terinfeksi HIV diperkirakan sekitar 1 dalam 150 (lihat tabel di atas). Profilaksis pasca pajanan dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi risiko ini. Rute ini juga dapat mempengaruhi orang-orang yang memberi dan menerima tato dan tindik. Kewaspadaan universal sering tidak diikuti di kedua sub-Sahara Afrika dan sebagian besar Asia karena kedua kekurangan pasokan dan pelatihan memadai. WHO memperkirakan bahwa sekitar 2,5% dari semua infeksi HIV di Afrika sub-Sahara ditransmisikan melalui suntikan kesehatan yang tidak aman. Karena ini, Majelis Umum PBB mendesak negara-negara di dunia untuk mengimplementasikan tindakan pencegahan untuk mencegah penularan HIV oleh petugas kesehatan. Risiko penularan HIV ke penerima transfusi darah sangat rendah di negara-negara maju di mana pemilihan donor ditingkatkan dan skrining HIV dilakukan. Namun, menurut WHO, mayoritas populasi dunia tidak memiliki akses terhadap darah yang aman dan antara 5% dan 10% infeksi HIV dunia berasal dari transfusi darah yang terinfeksi dan produk darah.

Transmisi perinatal
Transmisi virus dari ibu ke anak dapat terjadi in utero''''selama minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat melahirkan. Dengan tidak adanya perawatan, tingkat transmisi antara ibu dan anaknya selama kehamilan, persalinan dan melahirkan adalah 25%. Namun, ketika ibu membutuhkan terapi antiretroviral dan melahirkan dengan operasi caesar, tingkat transmisi hanya 1%.

Kesalahpahaman
Sejumlah kesalahpahaman muncul seputar HIV / AIDS. Tiga dari yang paling umum adalah bahwa AIDS dapat menyebar melalui kontak biasa, bahwa hubungan seksual dengan perawan akan menyembuhkan AIDS, dan bahwa HIV hanya dapat menginfeksi laki-laki homoseksual dan pengguna narkoba. Kesalahpahaman lain adalah bahwa setiap tindakan hubungan seks anal antara laki-laki gay dapat menyebabkan infeksi AIDS, dan bahwa diskusi terbuka

homoseksualitas dan HIV di sekolah akan menyebabkan peningkatan tingkat homoseksualitas dan AIDS.

Bacaan lebih lanjut


Apakah HIV / AIDS? Gejala AIDS AIDS Patofisiologi AIDS Transmisi Pengobatan AIDS AIDS Prognosis Sejarah AIDS Stigma AIDS

Artikel ini berlisensi di bawah Lisensi Creative Commons Attribution-ShareAlike . Ini menggunakan bahan dari artikel Wikipedia pada " AIDS "Semua bahan yang digunakan diadaptasi dari Wikipedia tersedia di bawah persyaratan Lisensi Creative Commons AttributionShareAlike . Wikipedia itu sendiri adalah merek dagang terdaftar dari Wikimedia Foundation, Inc
http://www.news-medical.net/health/What-Causes-AIDS-%28Indonesian%29.aspx

Anda mungkin juga menyukai