Anda di halaman 1dari 10

Sistem Agribisnis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akses Petani Terhadap Lembaga Keuangan Formal

Suci Arlavinda 150510100226

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. dan hanya karena rahmat-Nya maka pembuatan tugas ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Dan tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan tugas ini sehingga memudahkan saya untuk mengerjakan tugas ini. Dalam tugas ini saya membahas tentang lembaga keuangan yang berkaitan dengan petani. Tugas ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Agribisnis. Selain itu juga saya membuat tugas ini untuk menambah wawasan untuk diri sendiri maupun untuk semua orang yang membacanya. Saya sadar bahwa tugas ini masih memiliki banyak kekurangan, seperti kata peribahasa: tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, tidak lupa kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi keberhasilan proses pembelajaran dan peningkatan mutu tugas ini. Mudah-mudahan tugas ini bermanfaat.

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ DAFTAR ISI ....................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1.3. Tujuan............................................................................................................... BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3.1. Lembaga Keuangan Petani ............................................................................... 3.2. Penghambat Akses Petani Terhadap Lembaga Keuangan Formal................... BAB III KESIMPULAN ..................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 1 2 3 3 3 3 4 4 6 8 9

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, pertanian juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang diserap dan besarnya jumlah penduduk masih bergantung pada sektor ini memberikan arti bahwa di masa mendatang sektor ini masih perlu ditingkatkan (Noor, 1996). Tetapi untuk meningkatkan sektor pertanian tidaklah mudah. Banyaknya masalah yang timbul menghambat peningkatan di sektor pertanian. Salah satu masalah yang timbul adalah dalam bidang permodalan. Permodalan merupakan salah satu faktor produksi penting dalam usaha pertanian. Namun, dalam operasional usahanya tidak semua petani memiliki modal yang cukup. Aksesibilitas petani terhadap sumber-sumber permodalan masih sangat terbatas, terutama bagi petani-petani yang menguasai lahan sempit yang merupakan komunitas terbesar dari masyarakat pedesaan. Dengan demikian, tidak jarang ditemui bahwa kekurangan biaya merupakan kendala yang menjadi penghambat bagi petani dalam mengelola dan mengembangkan usahatani.

1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dirumuskan permasalahan. Apa saja

faktor-faktor yang mempengaruhi akses petani terhadap lembaga keuangan formal?

1.3

Tujuan Sesuai dengan rumsan masalah tersebut, maka penyusunan makalah ini bertujuan

untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi akses petani terhadap lembaga keuangan formal.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Lembaga Keuangan Petani 2.1.1 Definisi Definisi Lembaga Keuangan Petani adalah Sekumpulan orang-orang berdisiplin tinggi dengan ikatan pemersatu yang bersepakat untuk mengabungkan uangnya sehingga menjadi modal bersama yang digunakan sesama mereka dengan sistem non bunga untuk tujuan produktif dan kesejahteraan bersama. (Konsep Dasar Lembaga Keuangan Petani Yayasan Sejahtera Tani). Yang dimaksud dengan sekumpulan orang adalah sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang dalam satu kelompok pusat yang terdiri dari 2 (dua) kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari 5 (lima) orang. Dan sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) orang dalam satu kelompok pusat yang terdiri dari 8 (delpan) kumpulan yang anggotanya 5 (lima) orang, yang nantinya akan menjadi pemilik, pelaksana, dan pengontrol sendiri. Kemudian dalam satu ikatan pemersatu adalah lingkungan yang digarap khususnya petani dan umumnya masyarakat miskin yang berdomisili dipedesaan/daerah miskin yang saling berdekatan dan diusahakan tidak ada ikatan sukuisme dan kefamilian, dan ada wadah pemersatu mulai dari kelompok arisan sampai ke lembaga koperasi. Serta diadakannya pendidikan dan kegiatan ekstra untuk kelompok. Pengertian dengan sistem non bunga bahwa produk yang dibuat dalam kumpulan menggunakan metode bagi hasil/potong jasa sesuai dengan kemampuan anggota kelompok setempat. Kemudian untuk tujuan produktif dan kesejahteraan artinya bahwa modal yang dipinjamkan hanya diberikan kepada anggota bagi usaha yang bisa meningkatkan hasil dan stabilisasi kehidupan para anggota dan tidak untuk kebutuhan yang konsumtif dan spekulasi. Program pengembangan perekonomian pedesaan sudah dilakuakn di Indonesia dengan pilot project adalah Pusat Penelitian Agro Ekonomi (PAE), Departemen Pertanian bekerjasama dengan Pusat Pengembangan Asia dan Pasifik (APDC) dan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) dan dilakukan di Bogor. Membantu orang-orang termiskin dengan memberikan kredit kepada masyarakat miskin di daerah pedesaan, yang diberikan tanpa mensyaratkan adanya agunan, merupakan suatu pemberian kredit yang tidak konvesional dan menghadapi resiko besar. Hal ini harus dilakukan dengan tujuan dapat

bekerja keras, jujur, dan berusaha sebaik-baiknya agar mempunyai sumber pendapatan yang layak, dapat hidup mandiri dan keluar dari lembah kemiskinan. (Pandu Suharto, hal. 139, 1991). 2.1.2 Ciri-ciri Lembaga Keuangan Petani Adapun ciri-ciri yang akan dipakai menjadi acuan model Lembaga Keuangan Petani Yayasan Sejahtera Tani adalah sebagai berikut : 1. Proses pembentukannya mudah demikian pula jika diperlukan izin, izin formalnya murah dan mudah dilakuakn oleh rakyat desa (petani). 2. Sumber daya manusia berdisisplin tinggi. 3. Modal swadaya untuk keperluan kemajuan usaha lewat kerja sama kelompok, saling mengguntungkan dan tidak eksploitatif. 4. Resiko penggunaan modal ditanggung bersama dengan pembagian keuntungan dan kerugian dengan sistem bagi hasil sesuai dengan kesepakatan. 5. Peragaman produk dan unit usaha yang dikelola lembaga keuangan alternatif. 2.1.3 Prinsip-prinsip Lembaga Keuangan Petani Prinsip-prinsip yang menjadi pegangan dalam usaha mengembangkan LKP di masyarakat miskin : 1. Keanggotaan terbuka dan sukarela 2. Dikontrol dan diselenggarakan oleh anggota secara demokratis 3. Netral dalam keagamaan dan kebangsaan dan politik 4. Pendidikan secara terus-menerus 5. Pinjaman diberikan tanpa agunan 6. Pinjaman diberikan kepada orang yang termiskin 7. Prosedur pemberian kredit sederhana 8. Calon anggota membentuk kelompok kecil dam membentuk kelompok pusat 9. Pinjaman diberikan untuk kegiatan produktif, dan tanpa bunga 10. Pinjaman diberikan berurutan dengan mendahulukan anggota yang paling membutuhkan dan ketua mendapat bagian terakhir 11. Pinjaman diberikan kembali setelah pinjaman terdahulu telah lunas 12. Pembebasan hutang jika anggota meninggal dunia 13. Ada pembagian hasil, ada balas jasa bagi anggota yang berjasa 14. Menjual barang dengan harga pasar 15. Bisa bekerjasama ditingkat lokal, nasional bahkan internasional.

2.1.4

Tujuan Lembaga Keuangan Petani Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam usaha pengembangan Lembaga

Keuangan Petani adalah sebagai berikut : 1. Membentuk kelompok usaha yang mudah mereka mengerti dan mereka jalankan 2. Meningkatkan kesejahteraan melalui proses pendidikan terus-meneus 3. Menciptakan modal bersama 4. Menciptakan kesempatan kerja 5. Mengembangkan sikap bijksana dalam menggunakan uang 6. Memotong penyebab lingkar kemiskinan, menumbuhkan rasa giat menabung, swadaya modal, kerjasama yang tinggi dan rasa tanggung jawab untuk mencapai keejahteraan bersama 7. Menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa persaudaraan

2.2

Penghambat Akses Petani Terhadap Lembaga Keuangan Formal 2.2.1 Teknologi Dalam era teknologi yang sudah sangat canggih ini, masih saja terdapat daerah

yang memiliki teknologi yang rendah yang dapat memungkinkan kurangnya informasi yang didapat. Seperti petani-petani yang berada di daerah yang terpencil yang susah untuk mendapat informasi mengenai Lembaga Keuangan sehingga tidak diterimanya bantuanbantuan yang sebenarnya bisa mereka dapat. 2.2.2 Pendidikan Tidak sedikit petani di Indonesia yang tingkat pendidikan formalnya hanya mencapai Sekolah Dasar atau tidak mendapatkan pendidikan formal. Ini membuat sulitnya petani memiliki akses terhadap Lembaga Keuangan karena pengetahuannya yang rendah. 2.2.3 Modal Pada umumnya pemilik kebun gurem menghadapi masalah kekurangan modal. Yang dimaksud dengan modal disini bukan hanya berupa uang saja, akan tetapi juga modal investasi maupun modal kerja. Modal investasi biasanya diperlukan seperti penambahan lahan yang kecil. Disamping itu kebutuhan modal kerja umumnya lebih dirasakan ketika barang-barang untuk kebutuhan produksi harganya naik dan pembayaran upah harian untuk tenaga para pekerja. Untuk itu kehadiran suatu lembaga keuangan bagi petani yang mampu memberikan jalan keluar bagi para petani sangatlah berarti. Kehadiran lembaga seperti Lembaga Keuangan Petani merupakan angin segar dan suatu pembaharuan bagi para petani

yang selama ini tertekan apabila mereka meminjam melalui para tengkulak atau pengijon atau juga terhadap lembaga keuangan yang selama ini sudah ada seperti perbankan. 2.2.4 Manajemen Para petani tentunnya belum dilengkapi dengan sistem menajemen yang baik. Berbeda bagi mereka yang memiliki modal yang besar secara struktural mereka sudah memiliki ahli manajemen yang mengatur tentang keuangan. Manajemen pembukuan yang lebih baik dan diisi dengan tenaga kerja yang telah memiliki pendidikan yang cukup tinggi. Sementara para petani yang rata-rata tingkat pendidikan formal mereka rendah sudah tentu dalam manajemennya sangat rendah pula. Tidak adanya pembagian kerja dan berapa dana yang akan diperlukan yang pasti akan membuat sistem kerja para petani selama ini menjadi kendala. 2.2.5 Umur Secara umum petani (80%) telah berumur diatas 50 tahun. Para petani yang sudah berumur diatas 50 tahun memiliki keterbatsan dalam masalah mencerna pengetahuanpengetahuan tentang Lembaga Keuangan yang sebenarnya dapat membantu mereka dalam memperbaiki kekurangan yang ada, khususnya dalam masalah permodalan. Biasanya mereka tidak mau susah mengurus prsedur-prosedur yang harus dilakukan dan memilih untuk tidak terlibat dalam Lembaga Keuangan. 2.2.6 Lemahnya kelembagaan Akses petani terhadap Lembaga keuangan tidak hanya dipengaruhi oleh petani itu sendiri, tetapi bisa dipengaruhi oleh kinerja lembaga tersebut. Terkadang ada lembaga yang tidak bekerja dengan baik sehingga membuat petani sulit mengakses lembaga tersebut. Dan ada juga lembaga yang sengaja menyulitkan para petani untuk mendapatkan suatu keuntungan.

BAB III KESIMPULAN


Lembaga Keuangan Petani adalah sekumpulan orang-orang berdisiplin tinggi dengan ikatan pemersatu yang bersepakat untuk mengabungkan uangnya sehingga menjadi modal bersama yang digunakan sesama mereka dengan sistem non bunga untuk tujuan produktif dan kesejahteraan bersama. Faktor-faktor yang mempengaruhi akses petani terhadap Lembaga Keuangan Formal diantaranya : 1. Teknologi 2. Pendidikan 3. Modal 4. Manajemen 5. Umur 6. Lemahnya kelembagaan

DAFTAR PUSTAKA
http://cherudin.blogspot.com/2010/03/fenomena-lembaga-keuangan-mikro-dalam.html http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/9951 http://www.smecda.com/deputi7/file_makalah/LEMBAGA_KEUANGAN_MIKRO.pdf http://www.forplid.net/studi-kasus/8-kepemimpinan-kepemimpinan-/119-programpengentasan-kemiskinan-.html http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/VOL15_02/4_%20Riana.pdf http://bp4k.cilacapkab.go.id/index.php?pilih=hal&id=29

Anda mungkin juga menyukai